A Tiger in The Heart Secara filosofis Rampogan Macan memiliki makna yang beragam.
kan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan maupun para pejabat dari Belanda, sehingga secara tersirat kegiatan ini ditujukan untuk memperlihatkan bahwa kekuatan rakyat dapat mengalahkan kekuasaan para penjajah yang dilambangkan dalam bentuk Macan. Di kalangan para prajurit dan masyarakat kegiatan Rampogan Macan justru dijadikan ajang unjuk kekuatan dan keberanian dalam menghadapi Macan yang buas dan berbahaya. Berbeda dengan di Karaton Surakarta Hadiningrat, perhelatan Rampogan Macan yang diselenggarakan di Blitar diadakan sebagai sebuah kegiatan budaya untuk menghibur dan meramaikan Hari Raya Idul Fitri. Karena melibatkan banyak orang, maka acara ini tidak cuma sekedar sebagai sebuah acara hiburan semata, tetapi kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi untuk merayakan Idul Fitri. Perhelatan Rampogan Macan merupakan sebuah kegiatan yang mulai diadakan pada tahun 1890 di Karaton Surakarta Hadiningrat dan dilarang pada tahun 1905 pada masa pemerintahan Inggris oleh Raffles yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jendral. Pelarangan ini sekaligus membuat perhelatan Rampogan Macan menjadi sebuah perhelatan budaya yang terkubur dan jarang sekali diketahui kisahnya. Pelarangan ini berhubungan dengan pelestarian lingkungan dimana Macan merupakan hewan yang dilindungi. Dimasa sekarang, kami berusaha untuk mengangkat kembali perhelatan Rampogan Macan yang sudah terkubur lebih dari 1 abad dengan menggunakan konsep yang berbeda. Bila dahulu Rampogan Macan merupakan simbolisasi perlawanan masyarakat terhadap penjajah, maka dimasa kini Rampogan Macan merupakan simbolisasi perlawanan masyarakat terhadap berbagai penyakit masyarakat. Bila dahulu Rampogan Macan merupakan ajang pembantaian Macan, maka sekarang perhelatan ini merupakan sebuah pertunjukan budaya dalam bentuk tari kolosal. Kami juga ingin membangun kembali semangat silaturahmi dalam Rampogan Macan di Blitar seperti dahulu pernah terjadi melalui kegiatan ini. Dalam membuat sebuah kegiatan atau sebuah even yang diharapkan bisa menjadi sebuah kegiatan budaya dan pariwisata maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai sebuah parameter untuk mengkonsep dan menterjemahkan konsep tersebut dalam pelaksanaan di lapangan. Beberapa hal tersebut adalah unsur rekreasi dari sebuah even, edukasi dan ekonomi. Sedangkan beberapa faktor pendukung yang harus di perhatikan dalam membuat sebuah even budaya adalah otentifikasi atau latar belakang sejarah dari suatu kegiatan budaya, keunikan, daya tarik yang membuat khalayak tertarik untuk datang dalam acara tersebut, kualitas, dan pengembangan acara di masa yang akan datang sehingga acara tersebut menjadi lebih menarik dan menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Bedasarkan pada beberapa aspek diatas, maka kami ingin membuat sebuah kegiatan Rampokan Macan dalam suatu rangkaian kegiatan. Diawali dengan kirab yang diikuti oleh semua pengisi acara, mulai dari para petinggi daerah sampai pada para penari, pangrawit, dan pengisi acara lainnya, dilajutkan dengan Wilujengan (selamatan) sebagai sebuah tradisi Jawa yang selalu dilakukan dalam berbagai perhelatan, lalu masuk dalam pertunjukan tari-tarian khas Blitar dan berbagai pertunjukan budaya dan diakhiri dengan tari kolosal Rampogan Macan. Semua kegiatan diatas berpusat di Alun-alun kota Blitar, tempat dimana Rampogan Macan pada masa lalu pernah diadakan. Di tempat yang sama, kami juga membuat sebuah pasar rakyat sama seperti pasar rakyat yang muncul setiap acara Rampogan Macan diadakan pada masa lalu. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam sebuah perhelatan budaya, kegiatan ini tidak hanya sekedar sebuah event budaya, tetepi kegiatan ini merupakan sebuah bentuk konkrit dari pelestarian budaya, dimana masyarakat bukan hanya sekedar sebagai obyek tetapi masyarakat berperan sebagai subyek dari pelestari budaya itu sendiri. Bukan hanya seniman dan budayawan saja yang memilki kewajiban untuk melestarikan budaya tetapi melalui kegiatan ini seniman dan budayawan bisa menjadi fasilitator bagi masyarakat untuk bisa melestarikan budaya secara aktif. Dari sudut pandang ekonomi, kegiatan ini bisa diajadikan sebagai sebuah even pariwisata, yang secara ekonomis bisa mendatangkan penghasilan bagi masyarakat dan pemerintah. Bila selama ini pemerintah berusaha untuk mengeksplorasi potensi wisata melalui obyek-obyek wisata andalan, maka dengan kegiatan ini kami mencoba untuk meningkatkan potensi wisata melalui event budaya. Sama seperti seorang Antropolog yang melakukan penggalian terhadap situs-situs purbakala, demikian juga kami melakukan “penggalian” terhadap sebuah pagelaran budaya yang sudah terkubur selama 1 abad. Dan seiring berjalannya waktu, kami juga perlu untuk melakukan berbagai modifikasi sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih menarik, tanpa menghilangkan sisi muatan-muatan positif yang ingin disampaikan dalam kegiatan tersebut. Page ini kami buat untuk sarana pengumpulan dana amal untuk pelestarian bidhaya dengan mengangkat kembali perhelatan Rampogan Macan yang sudah terkubur lebih dari 1 abad dengan menggunakan konsep yang berbeda.