I NYOMAN BAWA
seorang tunanetra dari Denpasar Bali
Nyoman Bawa, Ayah Netra yang Peduli Mutu Pnndidikan bagi Anak-Anaknya
Ajiwan Arief Hendradi
July 1, 2024
12:18 pm
View: 10
Solidernews.com – Di tengah keramaian Kota Denpasar Bali, terukir kisah inspiratif Nyoman Bawa (N.B.), seorang ayah dengan hambatan penglihatan yang mendedikasikan banyak waktunya untuk mengantarkan sang buah hati meraih pendidikan terbaik. Bagi N.B., hambatan penglihatan tak sertamerta menjadi pematah semangatnya untuk menunjukkan kasih sayang dan dukungan penuh kepada anaknya.
Keterlibatan N.B. dalam pendidikan anaknya sudah dimulai sejak anak sulungnya. Saat pertama kali mendaftarkan sang anak ke sekolah, N.B. hadir dengan antusias, mengikuti setiap proses pendaftaran dengan seksama. Ia tak segan bertanya dan berdiskusi dengan pihak sekolah jika mengalami suatu kendala seperti mengisi formulir pendaftaran secara offline maupun online demi memastikan anaknya mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
“Saya bersyukur karena ditempat anak saya bersekolah lingkungannya sangat support dan saya merasa sangat terbantu dengan pelayanan yang pihak sekolah berikan. Seperti saat saya perlu mengisi formlulir pendaftaran secara offline saat anak saya yang pertama waktu itu saya dibantu salah seorang guru yang bertugas untuk mengisi form yang tidak bisa saya lakukan secara mandiri. Karena itu saya berusaha selalu berkomunikasi tentang kelengkapan apa saja yang dibutuhkan agar sampai tidak ada yang tertinggal bagi anak saya,” ujar N.B.
Semangat N.B. tak berhenti di situ. Kehadirannya di sekolah tak hanya sebatas mengantar dan menjemput sang anak. Ia kerap hadir dalam berbagai acara sekolah, seperti perayaan Hari Pendidikan Nasional, perpisahan siswa, dan bahkan beberapa kali diminta pihak sekolah untuk mengisi hiburan musik dengan organ tunggalnya jika sedang ada acara perayaan hari-hari tertentu. N.B. tak canggung untuk berbaur dengan orang tua lain yang anaknya bersekolah ditempat yang sama dan N.B. juga selalu antusias dalam setiap kegiatan sekolah.
Dalam memilih sekolah bagi putra-putrinya N.B. lebih memilih yang berada tidak jauh dari kediamannya, hal tersebut ia lakukan agar lebih mudah untuk bermobilitas dan mengurus segala sesuatunya berkenaan dengan keperluan sekolah anak-anaknya. Alhasil seluruh putra-putrinya memulai jenjang pendidikannya di tempat yang sama yang tak jauh dari tempat tinggalnya yaitu di sekolah TK Kumara Loka begitu pun jenjang SD yang bertempat di SD Negeri 1 Panjer Denpasar.
Cerita perjuangan N.B. dalam membimbing putra-putrinya patut menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi para orang tua yang ia temui di sekolah anaknya. Ia menunjukkan bahwa kasih sayang dan dedikasi orang tua tidak mengenal batas. Meskipun memiliki hambatan penglihatan, N.B. tetap mampu memberikan dukungan penuh kepada anaknya dalam meraih pendidikan dan masa depan yang cerah.
“Saat pertamakali saya menghantarkan anak ke sekolah dulu waktu itu saya merasa sedikit was-was karena saya belum mengenal lingkungan sekolah dan bagaimana saya jika sampai menemui kesulitan saat itu. Namun ternyata dugaan saya salah justru saya sangat di sambut dengan hangat, dan itu merupakan hal yang begitu spesial buat saya karena masih belum banyak saya temukan di tengah masyarakat luas khususnya di Bali,” jelas N.B. menambahkan.
Dalam mengasuh dan membimbing putra-putrinya N.B. selalu bersinergi dengan pasangan hidupnya terlebih N.B. adalah satu-satunya orang dengan difabel di keluarga kecilnya yang sekaligus menjadi kepala keluarga. Jadi istri N.B. adalah seorang patner setia yang dimilikinya untuk memantau setiap pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya dari waktu-kewaktu.
Tak lupa disetiap harinya N.B. juga selalu meluangkan waktunya untuk bercerita atau sekedar bercengkrama dengan istri dan anak-anaknya selepas bekerja. Semua itu ia lakukan demi menjaga komunikasi dan menjalin kedekatan emosional dengan keluarga sederhananya. Terlebih di era yang sudah serba digital di mana anak-anak sudah sangat dekat dengan gadget yang membuat tak jarang dari mereka lupa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
“Saya selalu berusaha memiliki waktu berkumpul dan bercerita dengan anak-anak saya yang biasanya saya lakukan di jam-jam makan malam selepas saya bekerja atau saat saya sedang tidak ada jadwal untuk mengisi musik karena kebetulan saya pemain organ tunggal. Saya ingin menanamkan pada anak-anak saya bahwa komunikasi dan interaksi secara langsung itu sangat penting dan tidak larut dengan terus memegang gadget saja hingga berjam-jam hingga lupa dengan dunia nyata” jelas N.B.
Kisah N.B. adalah sekelumit cerita yang mengingatkan kita bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan terbaik tidak peduli latar belakangnya dan orang tua memiliki peran penting dalam mengantarkan mereka mencapai cita-cita. Dengan semangat dan dedikasi, hambatan apapun itu bentuknya bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan.
N.B. menggunakan berbagai cara untuk mengatasi hambatan penglihatannya dalam mendampingi anaknya. Ia menggunakan teknologi bantu seperti pembaca layar dan perangkat lunak pengenalan suara untuk mengakses informasi dan berkomunikasi dengan orang lain. N.B. juga belajar Braille dan menggunakan tongkat untuk membantunya beraktivitas.
N.B. tidak sendiri dalam perjuangannya. Ia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat. Istrinya selalu setia mendampinginya dan membantunya dalam mengurus kebutuhan sehari-hari baik yang berkenaan dengan rumah maupun sekolah anak-anaknya.. Guru-guru di sekolah anaknya pun sangat supportive dan selalu memberikan bantuan kepada N.B.
“Saya benar-benar bersyukur ketika saya diberi Tuhan seorang istri yang begitu baik dan dia seorang perempuan nondifabel yang sering membantu saya jika ada hal-hal yang memang tidak memungkinkan untuk saya kerjakan sendiri semisal mengajar anak menulis ataupun membaca huruf latin atau menyiapkan keperluan seragam sekolah anak-anaknya” tutupnya dengan senyuman.
Kini N.B. telah memiliki tiga orang anak di mana seluruh anak-anaknya terlahir dengan kondisi non-difabel, dan kini anak sulungnya sudah berhasil melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Semua itu tak terlepas hasil dari perjuangan serta semangat dan kerja kerasnya agar bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga sederhananya.
Cerita N.B. adalah bukti nyata bahwa orangtua dengan difabel juga mempunyai kemampuan untuk dapat menghantarkan putra/putrinya dalam menggapai kesuksesan.[]
Reporter : Harisandy
Editor : Ajiwan Arief
Sumber:
https://solidernews.com/nyoman-bawa-ayah-netra-yang-peduli-mutu-pnndidikan-bagi-anak-anaknya/
Partisipasi Difabel Bali dalam Persiapan Pemilu 2024
Ajiwan Arief Hendradi
February 13, 2024
10:49 am
View: 14
Solidernews.com – Dalam upaya meningkatkan inklusi dan partisipasi dalam proses demokrasi, Daerah Provinsi Bali telah memulai persiapan untuk Pemilu 2024 dengan melibatkan masyarakat difabel sebagai pemantau. Salah satu perwakilan yang terlibat adalah Nyoman Bawa, seorang individu difabel netra yang juga aktif sebagai pengisi musik di sebuah restoran di Kota Denpasar.
Nyoman Bawa, yang telah lama menjadi advokat bagi hak-hak orang-orang difabel, kini berperan sebagai salah satu nara sumber kunci dalam memastikan partisipasi mereka dalam proses politik. Dengan pengalaman yang luas, baik dalam aktivitas politik maupun seni, Nyoman memberikan wawasan berharga tentang tantangan yang dihadapi oleh komunitas difabel dalam meraih akses yang setara dalam pemilihan umum.
“Pemilu adalah momen penting bagi setiap warga negara, termasuk orang-orang dengan disabilitas. Namun, seringkali aksesibilitas dan pendampingan yang diperlukan untuk partisipasi mereka diabaikan,” kata Nyoman Bawa dalam wawancaranya dengan solidernews.
Dalam upaya untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah daerah dan organisasi masyarakat di Bali telah memulai langkah untuk memastikan bahwa setiap pemilu bersifat inklusif. Ini termasuk pelatihan khusus bagi petugas pemungutan suara untuk memberikan dukungan yang tepat kepada pemilih difabel, serta memastikan bahwa fasilitas pemungutan suara dapat diakses dengan mudah oleh semua orang.
Nyoman Bawa menegaskan pentingnya melibatkan orang-difabel dalam pemantauan pemilu. “Keterlibatan kami bukan hanya tentang memastikan hak kami dipenuhi, tetapi juga tentang memastikan bahwa demokrasi benar-benar mewakili keberagaman dan inklusi,” tambahnya.
Bagi Nyoman bawa keterlibatannya sebagai salah satu peserta pemantau dalam Pemilu merupakan pengalaman pertama di tahun 2024 ini. Sebelumnya pada Pemilu tahun 2014 Nyoman Bawa juga pernah terlibat sebagai relawan demokrasi yang mendorong dan memastikan setiap teman-teman disabilitas untuk bisa menggunakan hak pilihnya dengan bijak.
“Menjadi salah satu peserta pemantau Pemilu tahun 2024 ini memang hal yang baru bagi saya, karena di tahun-tahun sebelumnya kesempatan itu belum pernah ada. Tentu hal ini akan menambah pengalaman saya yang dapat saya jadikan sebagai pembelajaran untuk membangun kesadaran dan inklusifitas dikalangan masyarakat, bahwa suara difabel adalah bagian dari demokrasi yang perlu diakomodasi dengan layak.”
Dengan dukungan dari individu seperti Nyoman Bawa dan upaya kolaboratif dari berbagai pihak di Bali, harapan untuk sebuah pemilu yang inklusif dan berkeadilan semakin memungkinkan. Langkah-langkah ini memberikan contoh inspiratif bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk memperkuat partisipasi dan representasi orang-orang dengan disabilitas dalam proses demokrasi mereka.[]
Reporter: Harisandy
Editor : Ajiwan
Sumber Berita:
https://solidernews.com/partisipasi-difabel-bali-dalam-persiapan-pemilu-2024/
Home HOT NEWS ","nextArrow":"","autoplay":true,"autoplaySpeed":5000}' dir="ltr" data-typing="1"> Lorem Ipsum? Test artikel baru 2023 Keterlibatan Organisasi PERSAMA dalam Penyadaran Perubahan Iklim Pelatihan Perspektif GEDSI dan Pembangunan Inklusi Kapanewon Bantul Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Orangt...
Dalam konsep orang Bali dikenal namanya ruwa Bhinneda.
Yang artinya, 2 hal yang berbeda.
Namun terkadang, dua hal yang berbeda tersebut dapat disatukan menjadi satu kesatuan.
Video di bawah ini, adalah satu contohnya.
Siapa sangka, dunia gelap dan dunia sunyi dapat bersatu atau bekerja sama.
Seorang tuli, mempraktekkan bahasa isyarat kepada seorang tunanetra.
Inilah I NYOMAN BAWA (tunanetra dan Wahyu hadi(tuli)
mumpung hari ini lagi libur dan tidak ada kegiatan, silakan bagi yang memerlukan jasa:
player elektone,
Ataupun pijat relaksasi,
bisa Langsung kontak kami. Walaupun dalam keterbatasan, akan berusaha melayani semaksimal mungkin.
Galungan Bertepatan dengan Hari Pahlawan, Momentum Refleksikan Nilai Kepahlawanan untuk Menegakkan Dharma
DENPASAR, NusaBali.com – Hari Raya Galungan pada Budha Kliwon Dungulan, Rabu (10/11/2021), terasa istimewa karena bertepatan dengan hari Pahlawan.
“Karena momen ini langka, maka sebaiknya hari raya Galungan yang terlaksana hari ini , juga digunakan sebagai refleksi diri, mengamalkan nilai-nilai kepahlawanan untuk selalu menegakkan dharma (kebenaran),” ujar I Dewa Gede Darma Permana, Kabid Litbang PC Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Denpasar.
I Dewa Gede Darma Permana mengungkapkan bahwa berdasarkan Babad Raja-Raja Bali (Pulasari, 2010) diceritakan bahwa hari raya Galungan berawal dari adanya suatu konflik, yang sangat erat kaitannya dengan kisah Raja Mayadenawa. Dikisahkan Raja Mayadanawa dengan segala kesaktiannya, tumbuh menjadi raja yang arogan dan tidak segan untuk menyiksa, bahkan membunuh rakyat yang bertentangan dengannya.
Puncak dari keangkamurkaannya adalah ketika melarang seluruh rakyat Bali pada saat itu untuk melaksanakan upacara dan menyembah Tuhan, menghancurkan pura-pura yang ada, dan memaksa rakyat untuk menyembah dirinya layaknya seorang Dewa. Hal tersebut menjadikan rakyat Bali hidup dalam ketakutan dan kesengsaraan.
Melihat penderitaan rakyat Bali, seorang pendeta di Pura Agung Besakih bernama Mpu Sangkulputih menjadi iba. Dengan kekuatan mistiknya, Mpu Sangkulputih akhirnya melakukan tapa samadhi di Pura Agung Besakih untuk memohon petunjuk kepada para Dewata (Dewa-Dewa), agar berkenan memperbaiki kondisi di Bali pada saat itu. Dari hasil tapa Samadhi tersebut, Dewa Mahadewa akhirnya memberikan petunjuk kepada Mpu Sangkulputih agar berkenan meminta bantuan ke Jambu Dwipa, nama untuk India di masa itu.
Berkat usaha Mpu Sangkulputih, bantuan dari Dewa Indra beserta pas**an-Nya akhirnya tiba ke Bali untuk mengalahkan Mayadanawa. Terjadilah perang besar di antara keduanya, yang pada akhirnya berakhir dengan kematian Mayadanawa di tangan Dewa Indra. Kematian Mayadanawa tersebut menjadikan rakyat Bali bisa hidup damai kembali, termasuk merayakan hari suci yang selama ini dilarang.
Peristiwa tersebut kemudian diperingati oleh rakyat Bali sebagai hari suci Galungan, yaitu hari kemenangan dharma yang diwakili oleh Dewa Indra dan pas**an-Nya, melawan adharma (ketidakbenaran) yang diwakili oleh Mayadanawa. Dari sejak itu p**a, hari suci Galungan beserta rangkaiannya menjadi hari suci wajib yang dirayakan oleh umat Hindu sampai ke generasi saat ini. “Berdasarkan kisah tersebut, jika dicermati terdapat nilai-nilai kepahlawanan di sana, seperti peran dari Mpu Sangkulputih, Dewa Indra dan para pas**annya menyelamatkan masyarakat Bali pada saat itu,” jelas I Dewa Gede Darma Permana.
Lebih lanjut I Dewa Gede Darma Permana menyatakan, bahwa perayaan hari raya Galungan beserta kisah di dalamnya yang bertepatan dengan hari Pahlawan tersebut jika dihubungkan dengan problematika masa kini, maka sebenarnya masih banyak ketidakbenaran yang bisa ditemui setiap orang dalam kehidupan. Bahkan tidak jarang, siapa pun bisa merubah dirinya sendiri menjadi sosok ‘Mayadanawa’ sewaktu-waktu tanpa mereka kehendaki dan sadari. Hal ini bisa tercermin dari beberapa perilaku menyimpang yang menjadi kebiasaan seperti, berbohong, berbuat curang, sering mengalpakan kewajiban, bersikap egois, dan tidak memiliki rasa empati kepada orang lain.
“Untuk itulah dari sana dapat disimpulkan bahwa, bertemunya hari suci Galungan dan peringatan Hari Pahlawan pada hari Rabu, 10 November 2021, bisa dimaknai oleh umat Hindu di Indonesia sebagai momentum untuk ber-mulat sarira (introspeksi diri), serta berjuang sekuat tenaga dalam mengembangkan sikap berani, dan sikap rela berkorban sebagai ciri dari nilai kepahlawanan,” tandasnya.
Perlu diketahui hari raya Galungan merupakan salah satu hari suci yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali maupun di Indonesia. Hari suci tersebut dirayakan setiap 210 hari kalender Bali, di mana selalu jatuh pada hari Rabu (Budha) Kliwon, wuku Dungulan menurut perhitungan wariga (penentuan hari baik-buruk menurut Hindu).
Hari Raya Galungan dilaksanakan dengan s**a cita dan meriah oleh umat Hindu dengan bukti berjejernya penjor di setiap kanan-depan pintu rumah sebagai simbol rasa syukur kepada anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. *rma
Sumber Berita
Galungan Bertepatan dengan Hari Pahlawan, Momentum Refleksikan Nilai Kepahlawanan untuk Menegakkan Dharma Galungan Bertepatan dengan Hari Pahlawan, Momentum Refleksikan Nilai Kepahlawanan untuk Menegakkan Dharma - Bali Update