Cinta Al-Qur'an Dan As-Sunnah

Cinta Al-Qur'an Dan As-Sunnah

Menebar Sunnah Di Bumi Sulawesi

15/09/2023

Bismillah..

Malam pertama setelah aqad nikah, dianjurkan melakukan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Suami hendaknya meletakkan tangannya pada ubun-ubun isterinya seraya mendo’akan baginya.

إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً أَوِ اشْتَرَى خَادِمًا فَلْيَأْخُذْ بِنَاصِيَتِهَا (وَلْيُسَمِّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ) وَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ، وَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ.

“Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta do’akanlah dengan do’a berkah seraya mengucapkan:

‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.
(HR Abu Dawud,lbnu Majah dan Al Hakim)

2. Shalat sunnah dua raka’at bersama isterinya.

Abu Waail berkata, “Seseorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud , lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari syaitan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua raka’at di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdo’alah):

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَهْلِيْ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ، اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي مِنْهُمْ، وَارْزُقْهُمْ مِنِّي، اَللَّهُمَّ اجْمَعْ بَيْنَنَا مَا جَمَعْتَ إِلَى خَيْرٍ، وَفَرِّقْ بَيْنَنَا إِذَا فَرَّقْتَ إِلَى خَيْرٍ

“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan(HR Abdurrazaq)_

3. Bercumbu rayu dengan penuh kelembutan dan kemesraan.
Asma’ binti Yazid berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah. Setelah itu saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit(HR Ahmad)

4. Berdo’a sebelum jima’ (bersenggama)

بِسْمِ اللهِ، اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا.

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.”
Rasulullah bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya(HR Bukhari,Muslim,Abu Dawud,Tirmidzi)

5. Boleh menggauli isterinya dengan cara bagaimana pun yang disukainya asalkan pada kemaluannya.

"Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangi-lah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.(Qs. Al-Baqarah : 223)

“Setubuhilah isterimu dari arah depan atau dari arah belakang, tetapi hindarilah (jangan engkau menyetubuhinya) di dubur dan ketika sedang haidh.
(HR An Nasa'i,Tirmidzi dan lbnu Hibban)

“Silahkan menggaulinya dari arah depan atau dari belakang asalkan pada kemaluannya(HR Al Baihaqi,Bukhari dan Muslim)

6. Janganlah tergesa-gesa bangkit hingga isterinya melepaskan hajatnya juga. Apabila suami mampu dan ingin mengulangi jima’ sekali lagi, maka hendaknya ia berwudhu’ terlebih dahulu.

“Jika seseorang diantara kalian menggauli isterinya kemudian ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah ia berwudhu’ terlebih dahulu.(HR Muslim dan Ahmad)

7. Lebih utama mandi terlebih dahulu.

Dari Abu Rafi’ bahwasanya Nabi pernah menggilir isteri-isterinya dalam satu malam. Beliau mandi di rumah fulanah dan rumah fulanah. Abu Rafi’ berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak dengan sekali mandi saja?” Beliau menjawab.
“Ini lebih bersih, lebih baik dan lebih suci.(HR Abu Dawud dan An Nasai)

8. Haram menyetubuhi isteri pada duburnya dan haram menyetubuhi ketika ia sedang haidh/ nifas.

“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haidh. Katakanlah, ‘Itu adalah sesuatu yang kotor.’ Karena itu jauhilah isteri pada waktu haidh; dan janganlah kamu dekati sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang bertaubat dan mensucikan diri(Qs. Al-Baqarah : 222)

“Barangsiapa yang menggauli isterinya yang sedang haidh, atau menggaulinya pada duburnya, atau mendatangi dukun, maka ia telah kafir terhadap ajaran yang telah diturunkan kepada Muhammad(HR Abu Dawud,Tirmidzi dan lbnu Majah)

"Dilaknat orang yang menyetubuhi isterinya pada duburnya.(HR Abu Dawud dan Ahmad)

Kaffarat/tebusan bagi suami yang menggauli isterinya yang sedang haidh
Ibnu ‘Abbas dari Nabi tentang orang yang menggauli isterinya yang sedang haidh. Lalu Nabi bersabda "Hendaklah ia bershadaqah dengan satu dinar atau setengah dinar(HR Abu Dawud ,An Nasa'i,Tirmidzi)_

Apabila seorang suami ingin bercumbu dengan isterinya yang sedang haidh, ia boleh bercumbu dengannya selain pada kemaluan
"Lakukanlah apa saja kecuali nikah (jima’/ bersetubuh(HR Muslim dan Abu Dawud dari Anas bin Malik)

Setelah jima’ (bercampur), hendaklah mencuci kemaluannya dan berwudhu’ terlebih dahulu, serta mencuci kedua tangannya

Dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah bersabda
“Apabila beliau hendak tidur dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu’ seperti wudhu’ untuk shalat. Dan apabila beliau hendak makan atau minum dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya kemudian beliau makan dan minum.(HR Abu Dawud,An Nasai dan lbnu Majah)

"Dari ‘Aisyah , ia berkata, "Apabila Nabi hendak tidur dalam keadaan junub, beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu’ (seperti wudhu’) untuk shalat.(HR Bukhari,Muslim dan Abu Dawud)

"Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya pada hari Kiamat adalah laki-laki yang bersenggama dengan isterinya dan wanita yang bersenggama dengan suaminya kemudian ia menyebarkan rahasia isterinya.(HR Ibnu Abi Syaibah,Muslim dan Abu Dawud)

“Jangan kalian menceritakan hubungan suami isteri). Perumpamaannya seperti syaitan laki-laki yang berjumpa dengan syaitan perempuan di jalan lalu ia menyetubuhinya (di tengah jalan) dilihat oleh orang banyak…” (HR Ahmad)

"Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka(Qs. An-Nisaa’ : 34)

Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor

28/08/2023


Sebaik-Baik Kesenangan.

Bismillah..

Menjadi istri shalihah memang berat. Karena balasannya adalah Syurga.

Kita semua tahu, betapa berat dan tidak mudahnya meraih predikat itu.

Tetapi bukankah sebelum menikah, cita-cita tertinggi kita adalah Syurga?
Maka berjuanglah untuk bisa memasukinya.

Dengan melakukan ketaatan demi ketaatan kepada suami.

Jika suatu saat kita (kembali) durhaka, solusinya adalah meminta maaf dan taubat.
Bukan malah putus asa dan memilih berhenti berjuang.

Kita semua sama.
Sama-sama pernah durhaka.
Sama- sama pernah mengeluarkan nada tinggi kepada suami ketika marah.
Sengaja ataupun tidak sengaja.

Bedanya, ada yang segera tersadar dan meminta maaf, ada yang tidak sadar dan tak mau meminta maaf.

Maka jadilah shalihah seburuk apa pun akhlak dan sikap yang pernah kau torehkan kepada suamimu.

Tidak ada kata terlambat untuk menjadi istri shalihah.
Berjuanglah untuk menjadi sebaik-baiknya kesenangan bagi suami.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu ‘anhu diceritakan bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

“Dunia adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangannya adalah istri yang shalihah.”
(HR. Muslim).

Hadits yang jumlah katanya sangat sedikit ini telah memberikan posisi yang sangat agung kepada wanita (istri) yang shalihah.

Boleh jadi hal itu tidak bisa ditangkap oleh orang yang membacanya dengan tergesa-gesa.

Namun ada beberapa pelajaran berharga dari hadits ini yang selayaknya membuat para wanita layak untuk berbangga,

1. Nabi ﷺ telah mengangkat derajat wanita yang shalihah di atas semua yang diinginkan manusia di dalam dunia, seperti kekayaan, pop**aritas, jabatan, dan kekuasaan.

Wanita lebih baik dari itu semua.
Ini jelas-jelas penghormatan yang setinggi-tingginya kepada kaum wanita.

2. Hadits ini memberikan arahan kepada para pemuda yang ingin menikah, agar memilih wanita yang shalihah, bukan yang cantik, kaya, atau berdarah biru.

Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits-hadits yang lain.

“Diantara (sumber) kebahagiaan anak Adam ialah tiga hal: istri yang shalihah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang bagus. Dan di antara (sumber) kesengsaraan anak Adam ialah: istri yang jahat, tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang jelek.” (HR. Ahmad dengan sanad yang shahih).

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Pilihlah wanita yang memiliki agama, maka engkau akan beruntung,”. (HR. Muttafaq Alaih).

Dan dalam hadits lain disebutkan,

“Tidaklah seorang mukmin mendapatkan manfaat yang lebih baik setelah taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dari pada (manfaat yang di dapatkannya dari) istri yang shalihah,” (HR. Ibnu Majah).

Pengarahan dari Nabi ﷺ agar menikahi wanita yang shalihah adalah penghargaan kepadanya dan wasiat untuk kebaikannya.

3. Istri yang shalihah adalah sumber kebaikan yang sangat besar.

Sebab, Nabi ﷺ tidak menyatakan di dalam haditsnya,

“Dan kesenangannya yang paling menyenangkan ialah wanita shalihah.

Tetapi beliau ﷺ menyatakan, “dan sebaik-baik kesenangannya adalah istri yang shalihah.”

Ini mengisyaratkan bahwa kesenangan ini (istri shalihah) bukan semata-mata memberikan kenikmatan, melainkan memberikan kebaikan yang sangat banyak.

Seperti, kedamaian, pemeliharaan, perhatian, dukungan untuk taat kepada Allah, dan banyak lagi yang lainnya.

4. Hadits ini mengecualikan jutaan wanita cantik, kaya, dan berdarah biru dari nilai kebaikan ini, bilamana mereka tidak shalihah.

Artinya, bahwa keshalihan adalah satu-satunya yang bisa memberikan kedudukan tinggi itu kepada wanita.

Dan, kedudukan wanita yang shalihah tidak saja mengungguli apa saja yang ada di dunia, melainkan juga mengungguli kedudukan wanita-wanita lainnya yang tidak shalihah.

Jadi, wanita shalihah bisa lebih bangga dengan keshalihannya dari pada wanita-wanita lainnya yang bangga dengan kecantikan, kekayaan, atau status sosialnya.

5. Apa yang disebutkan di atas itu, pada gilirannya, akan memberi wanita shalihah rasa percaya diri, kerelaan terhadap pemberian Allah, dan ketenangan batin.

Karena dia dimuliakan di sisi Allah, dan diwasiatkan oleh Nabi ﷺ

“Jika seorang suami dianugerahi istri shalihah yang baik agama dan akalnya, maka inilah kesenangan dunia terindah, karena istri shalihah akan menjaga rahasia suami, harta, dan anaknya”. [Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, 3/136-137]

✍ Sumber :
👤 Diadaptasi dari buku “Ahaditsul Mar’ah Fii Sahihain” karya Syaikh Muhammad Rasyid Al-Uwayyid
🌐wiz.or.id

👤Riany Azzahra
🌐instagram

📃Andakah Istri Shalihah di Zaman Ini?

Istri shalihah, sebuah predikat mulia yang diimpikan setiap suami yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari Akhir.

Demikian p**a gelar ukhrawi ini idealnya menjadi obsesi setiap wanita.

Untuk meraih figur mulia ini, salah satu kiat yang harus dilakukan seorang wanita adalah taat dan menghargai suaminya dalam rangka ketaatan pada Allah Ta’ala.

Menjadi wanita shalihah butuh keimanan kuat dan perjuangan berat, sebagaimana rekaman episode kehidupan shahabiyah yang semoga memotivasi para wanita agar tampil menjadi perhiasan dunia terindah.

Dalam hadits ‘Umar radhiyallahu ’anhu diceritakan,

“Kami dari kalangan Quraisy biasa mengalahkan wanita-wanita kami ketika kami datang ke kota al-Madinah berjumpa dengan kaum al-Anshar.

Tiba-tiba kami dapati mereka adalah kaum yang dikuasai oleh kaum wanita.

Hampir-hampir saja wanita-wanita kami meniru kebiasaan wanita-wanita al-Anshar.

Aku pernah membentak istriku, namun ia melawan.
Aku menyalahkan perbuatannya yang melawan diriku.

Istriku menjawab,

“Mengapa engkau menyalahkan diriku yang melawan kepadamu?
Demi Allah sesungguhnya istri-istri nabi pun melawan beliau. Sampai ada salah satu istri beliau yang meninggalkan sehari semalam.”

Pernyataan istriku itu sungguh membuat diriku terkejut.

Akupun berkata,

“Sungguh celaka wanita yang melakukan perbuatan seperti itu.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 5191)

Demikianlah dalam pergaulan suami istri dibutuhkan kesabaran ekstra.

Mencari keridhaan pasangan agar romansa kehidupan pasutri harmonis lahir batin dunia akhirat butuh keimanan.

Dan menahan emosi dan amarah ketika konflik melanda akan menjauhkan pengaruh dan bisikan setan.

Bisa jadi problematika ketidaktaatan istri pada suaminya karena ia dipermainkan oleh setan sehingga nampak keburukan dan kelemahan suaminya.

Istri shalihah harus menyandarkan harapan dan tujuan hidupnya kepada Allah Ta’ala.

Bukankah surga memang terhijabi hal-hal yang tidak disukai?
Bukankah ini rumah tangga di dunia?

Wajar bila penuh perkara yang kadang membuat rona kehidupan rumah tangga bergejolak.

Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, apabila ditimpa kemarahan dari setan, mereka segera ingat kepada Allah maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahan mereka).”
(QS. Al-A’raf : 201)

Ketika muncul tanda-tanda berkurangnya tingkat kualitas dan kuantitas ketaatan seorang istri kepada suaminya, maka sang istri perlu mempererat kesabaran dan mengedepankan rasa syukur bahwa memiliki suami shalih yang taat pada syariat merupakan anugerah istimewa yang harus disyukuri.

Mengelola emosi dengan bijak serta menahan diri dari perkara-perkara yang dibenci suami adalah salah satu kunci sukses agar menjadi istri yang taat.

Inginkah Anda, wahai wanita shalihah melanjutkan perjalanan ini hingga meretas ke surga?

Sabar dalam meniti tangga biduk cinta, menguatkan hati untuk mensyukuri kebaikan suami niscaya Anda akan menjadi pengantin akhirat.

Ibnul Jauzi mengatakan,

“Tidaklah ada dalam beban syariat ini sesuatu yang lebih susah daripada bersabar menghadapi ketetapan, dan tidak ada sesuatu di dalamnya yang lebih utama daripada bersikap ridha terhadapnya.”
(Shaidul Kathir hlm. 107)

Semua khidmat istri kepada suami merupakan amalan pembuka kebahagiaan abadi.

Selayaknya kaum wanita gembira menyambut janji Allah Ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya dia akan masuk surga dari pintu-pintu surga yang dia sukai.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya no. 1661, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 4151, dihasankan al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 1931)

Ketaatan kepada suami akan terasa ringan dan mudah dengan taufik dan petunjuk Allah Ta’ala.

Banyak berdoa agar bisa kita mengemban amanah sebagai istri yang dicintai suami, diridhai Allah Ta’ala dan mampu menjadi pasutri yang selalu menaati-Nya sehingga hidupnya barakah dan selalu dihiasi dengan kebahagiaan. Aamiin.

✍ Sumber :
👤Isruwanti Ummu Nashifa
🌐muslimah.or.id

06/03/2023

🏷 SIHIR DALAM PANDANGAN ALQURAN DAN AS-SUNNAH

Oleh :
👤 Wahid bin Abdissalam Baali

Bismillah..

Dalil yang Menunjukkan Adanya Sihir

Pertama: Dalil-Dalil dari Alquran

1. Allah ﷻ berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan, bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia, dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negri Babil, yaitu Harut dan Marut. Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu). Sebab itu janganlah kamu kafir.’
Maka mereka memelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka memelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada mereka dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini, bahwa barang siapa yang menukarnya (Kitabullah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di Akhirat. Dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” [QS. Al-Baqarah/2: 102]

2. Firman-Nya:

قَالَ مُوسَىٰ أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ ۖ أَسِحْرٌ هَٰذَا وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ

“Musa berkata: ‘Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini. Padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan.” [QS. Yunus/10: 77]

3. Firman-Nya:

فَلَمَّا أَلْقَوْا قَالَ مُوسَىٰ مَا جِئْتُمْ بِهِ السِّحْرُ ۖ إِنَّ اللَّهَ سَيُبْطِلُهُ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ﴿٨١﴾وَيُحِقُّ اللَّهُ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ

“Maka setelah mereka melemparkan, Musa berkata kepada mereka,: ‘Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir. Sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya).” [QS. Yunus/10: 81-82]

4. Firman-Nya:

فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَىٰ ﴿٦٧﴾ قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَىٰ ﴿٦٨﴾ وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ

“Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: ‘Janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.” [QS. Thaahaa/20: 67-69]

5. Firman-Nya:

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ ﴿١١٧﴾ فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١١٨﴾ فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ ﴿١١٩﴾ وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ ﴿١٢٠﴾ قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٢١﴾ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ

“Dan Kami wahyukan kepada Musa: ‘Lemparkanlah tongkatmu.’ Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud, mereka berkata: ‘Kami beriman kepada Rabb semesta alam (yaitu) Rabb Musa dan Harun.” [QS. Al-a’raf/7: 117-122]

6. Juga Firman-Nya:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

“Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai Subuh, dari kejahatan mahluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki.” [QS. Al-Falaq/113: 1-5]

Al-Qurthubi mengemukakan:
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, yakni tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan pada buhul-buhul pada saat membaca mantra.” [Tafsir al-Qurthubi (XX/257)]

Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan:
“Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul: Mujahid, Ikrimah, al-Hasan, dan adh-Dhahhak mengemukakan, yakni, para tukang sihir.” [Tafsir Ibnu Katsiir (IV/573)]

Ibnu Jarir ath-Thabari mengungkapkan:
“Yakni dari kejahatan para tukang sihir wanita yang menghembuskan buhul-buhul pada saat membaca mantra. Al-Qasimi mengatakan, pendapat itu p**a yang dikemukakan oleh para ahli tafsir.“ [Tafsir al-Qaasimi (X/302).]

Ayat-ayat Alquran yang membahas masalah sihir dan para penyihir cukup banyak dan sangat populer, meski bagi orang yang memiliki pengetahuan paling minim sekalipun tentang agama Islam.

Kedua: Dalil-Dalil dari As-Sunnah

1. Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah ﷺ pada suatu malam. Kemudian kami kehilangan beliau, sehingga kami pun mencari beliau di lembah-lembah dan perbukitan, lalu kami katakan: ‘Beliau telah dibawa terbang atau dibunuh. Sehingga kami bermalam dengan malam yang tidak menyenangkan di tempat itu bersama suatu kaum. Pada pagi harinya kami bangun, dan ternyata beliau datang dari arah gua Hira’. Maka kami katakan: ‘Wahai Rasulullah, kami telah kehilangan engkau, lalu kami mencarimu, tetapi kami tidak mendapatkan dirimu, sehingga kami bermalam dengan malam yang tidak menyenangkan bersama suatu kaum di sana.’ Maka beliau ﷺ bersabda:

أَتَانِي دَاعِي الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ

“Aku telah didatangi utusan dari jin, lalu aku pergi bersamanya. Dan selanjutnya aku bacakan Alquran kepada mereka.“

Lebih lanjut Ibnu Mas’ud berkata: “Kemudian Rasulullah ﷺ berangkat bersama kami, lalu beliau memerlihatkan kepada kami bekas-bekas mereka dan bekas api mereka. Dan mereka pun (jin) bertanya kepada beliau tentang perbekalan (makanan), maka beliau bersabda: ‘Bagi kalian setiap tulang yang disebutkan padanya nama Allah (pada saat menyembelihnya atau memasaknya,). Tulang-tulang itu jatuh ke tangan kalian lebih baik dari daging. Dan setiap kotoran hewan adalah makanan bagi binatang kalian. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:

اَ تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلاَ بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنَ الْجِنِّ

“Maka janganlah kalian beristinja dengan kedua benda tersebut (tulang dan kotoran), karena keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian.“ [HR. Muslim (IV / 170-Nawawi)]

2. Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepadaku:

إنِّي أراكَ تُحِبُّ الغنمَ والباديةَ ، فإذا كنتَ في غَنَمِك ، أو باديتِك ، فأذَّنتَ بالصَّلاةِ ، فارفَع صوتَك ، فإنَّهُ لا يسمَعُ مدى صوتِ المؤذِّنِ جنٌّ ولا إنسٌ ، ولا شيءٌ ، إلَّا شَهدَ لَه يومَ القيامَةِ

“Aku lihat kamu menyukai kambing dan padang pasir. Jika kamu berada ditengah-tengah sekelompok kambing dan padang pasir lalu kamu mengumandangkan azan untuk salat, maka keraskanlah suaramu itu. Karena sesungguhnya tidaklah jin, manusia, dan segala sesuatu yang mendengarnya, melainkan akan menjadi saksinya pada Hari Kiamat kelak.” [HR. Malik (I /68),al-Bukhari (VI/434-Fat-h), an-Nasa-i (II/12) dan Ibnu Majah (II/12)]

3. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dia berkata, Rasulullah ﷺ pergi bersama beberapa orang sahabatnya menuju pasar Ukazh, sedang antara berita langit dan setan-setan telah diberikan penghalang, sementara mereka juga dilempari bintang-bintang, sehingga setan-setan itu kembali kepada kaum mereka.
Maka kaum mereka bertanya: ‘Apa yang terjadi pada kalian?’
Mereka menjawab: ‘Kami telah dihalangi dari berita langit, serta dilempari dengan bintang-bintang.’

Kaum mereka berkata: ‘Kalian tidak dihalangi dari berita langit, melainkan karena sesuatu yang telah terjadi. Oleh karena itu, menyebarlah kalian ke seluruh penjuru bumi bagian Timur maupun Barat, lalu perhatikan, apa yang telah menghalangi kalian dari berita langit.’

Kemudian mereka yang berangkat ke Tihamah menuju kepada Nabi ﷺ, yang ketika itu beliau tengah berada di Nakhlah menuju pasar Ukazh. Beliau tengah mengerjakan salat Subuh bersama para sahabat. Ketika mereka mendengarkan Alquran, mereka pun mendengarkannya secara seksama dan kemudian berkata: ‘Demi Allah, inilah yang menghalangi kalian dari berita langit.’

Dari sanalah kemudian mereka kembali kepada kaum mereka seraya berkata: ‘Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar Alquran yang sangat menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Lalu kami beriman kepadanya, dan kami tidak akan pernah menyekutukan Rabb kami dengan seorang pun.’

Maka Allah menurunkan firman kepada Nabi-Nya ﷺ:

قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ

“Katakanlah (hai Muhammad): Telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekump**an jin telah mendengarkan (Alquran).“

Dan ucapan jin itu diwahyukan kepada beliau. [HR. Bukhari (II/253-Fat-h) dan Muslim (IV/168-Nawawi). Lafal hadis ini dari Bukhari]

4. Dari Aisyah radhiyallahu anha dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

“Para Malaikat itu diciptakan dari cahaya dan jin diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.” [HR. Ahmad (VI/153 dan 168) dan Muslim (XVIII/123-Nawawi)]

5. Dari Shafiyah binti Huyay radhiyallahu anha, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan itu berjalan pada diri anak Adam dalam aliran darah.” [HR. Bukhari (IV/282-Fat-h) dan Muslim (XIV/155-Nawawi)]

6. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah dia makan dengan tangan kanannya, dan jika minum maka hendaklah dia minum dengan tangan kanannya, karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya.” [HR. Muslim (XIII / 191-Nawawi)]

7. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ بَنِي آدَمَ مَوْلُودٌ إِلَّا يَمَسُّهُ الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلُّ صَارِخًا مِنْ مَسِّ الشَّيْطَانِ، غَيْرَ مَرْيَمَ وَابْنِهَا

“Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan ditusuk oleh setan, sehingga dia menjerit dengan suara keras karena tusukan setan itu, kecuali putra Maryam dan ibunya.” [HR. Bukhari (VII/212-Fat-h) dan Muslim (XV/120-Nawawi)]

8. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu dia berkata: “Pernah diceritakan di hadapan Rasulullah ﷺ tentang seorang laki-lakiyang tidur malam hari sampai pagi. Maka beliau ﷺ pun bersabda:

ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ – فِى أُذُنِهِ

“Itulah orang-orang yang telah dikencingi setan pada kedua telinganya, atau salah satu telinganya.” [HR. Bukhari (III/28-Fat-h) dan Muslim (VI/64-Nawawi)

9. Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

الرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلْمًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ

“Mimpi yang baik itu dari Allah, sedangkan mimpi yang tidak baik itu dari setan. Oleh karena itu, barang siapa mimpi sesuatu yang tidak dia sukai, maka hendaklah dia meludah tipis ke sebelah kirinya sebanyak tiga kali, dan memohon perlindungan (kepada Allah) dari setan. Maka mimpi itu tidak akan membahayakannya.” [HR. Bukhari (XII/283-Fat-h) dan Muslim (XV/16-Nawawi)]

10. Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيْهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ

“Jika salah seorang di antara kalian menguap, maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya, karena setan akan masuk.” [HR. Muslim (XVIII / 122-Nawawi). Dan juga ad-Darimi]

Hadis-hadis yang membahas masalah ini cukup banyak, dan hal itu sudah sangat memadai bagi pencari kebenaran. Dari sini tampak jelas oleh kita, bahwa jin dan setan itu memang ada, tidak dapat digoyahkan oleh keraguan, serta tidak dapat ditentang kecuali oleh orang-orang yang sombong lagi angkuh, yang hanya mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapatkan petunjuk dari Allah. [Bagi yang berminat untuk memerluas ini, maka hendaklah dia merujuk kembali kitab: Wiqaayatul Insaan minal Jinni wasy Syaithaan, karya Penulis]

Semoga Bermanfaat..
Barakallahu fiikum..

[Disalin dari Kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir dan Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Alquran Dan Sunnah, Penulis Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafii]

[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir dan Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya Menurut Alquran Dan Sunnah. Penulis Wahid bin Abdissalam Baali. Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafii]

Sumber: [Almanhaj.or.id]
Diposting ulang dengan sedikit penyesuaian redaksional di: https://nasihatsahabat.com/sihir-dalam-pandangan-alquran-dan-as-sunnah/

01/03/2023

🏷 TAKDIR

Oleh :
👤 Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah, MA.

Barakallahu Fiikum..

12/02/2023

السَّلاَم علیکم ْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكـَـاتُهْ
بِسْــــــــــــــــــــــم اللّهِ



"Kenapa terlalu takut untuk 'sendiri' ?
Kenapa takut untuk 'kehilangan' ?
Bukankah 'sendiri' memang hakikat kita di dunia dan akhirat.

Semua orang yang terlihat 'ada' mereka pun punya urusannya, cepat atau lambat mereka pun akan pergi.
Akan ada masanya kamu dilupakan dan melupakan.
Begitulah kehidupan...

Maka fokus saja dengan dirimu.
Jangan berani menaruh sedikit pun harap dan bergantung pada manusia.
Jangan mencari apapun dari mereka meski hanya sekedar ucapan 'terima kasih', apalagi sampai sibuk melelahkan hati dan pikiran hanya untuk terlihat baik dan disukai.

Jangan p**a kamu menjadi hancur karena perkataan dan sikap seseorang.
Tugasmu sebatas 'berbuat baik', kamu sama sekali tak perlu menunggu balasan karena tujuanmu memang bukan mereka.

Sedang bagaimana pun balasan mereka itu urusan mereka dengan Rabbnya.
Memang tak akan pernah kecewa orang yang menjadikan Allah paling 'besar' dihatinya.

Tegaklah meskipun sendiri.
Tetaplah bersinar meski riuhnya tepukan tangan untukmu tak terdengar.

Jika memang tujuanmu 'hanya' Allah, kamu tak akan mudah melemah apalagi hanya karena 'manusia'.

Kita akan datang kepada Allah sendiri-sendiri, sebagaimana kita diciptakan-Nya pertama kali. Memang akan lebih baik jika hari-hari kita lebih tersibukkan dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk melepaskan kerinduan bertemu dengan-Nya suatu saat nanti.

Barakallahu fiikum..

Want your place of worship to be the top-listed Place Of Worship in Makassar?
Click here to claim your Sponsored Listing.

Videos (show all)

🏷 TAKDIROleh :👤 Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah, MA. Barakallahu Fiikum..

Telephone

Website

Address

Kawasan Timur
Makassar