Nofri Pratama
Puisi, Sajak, Quote, Adalah kesederhanaan kata yang kadang akan membuat rumit.
PUISI :
Seseorang Yang Duduk Di Kursi Sebuah Taman
Seorang gadis cantik, manis sedang duduk di atas sebuah kursi di taman bunga pinggir kota.
Namun kulihat dari dekat ternyata dia sedang murung dan sedih, muka pucat mata sayu.
Boleh aku duduk di sini ?
Ucapku, namun sebenarnya aku ingin menyapa dan bertanya soal lain padanya.
Kenapa engkau bersedih begini. Suaraku yang tertahan. Tubuhku diam saat mata berkaca-kaca itu menatapku.
Entah kenapa aku merasa iba
Entah kenapa malah salah tingkah dan salah gerak di buatnya
Tulang-tulangku terasa tidak ada persendian lagi, otot-ototku kaku.
Pertanyaan demi pertanyaan kulemparkan, setelah mampu duduk dengan tenang di samping nya.
Namun tak satu jawabanpun yang keluar dari muludnya.
Aku berpikir mungkin aku sudah mengganggu ketenangannya.
Sedang apa kau di sini ?
Kulempar satu pertanyaan lagi, dan bangkit dari tempat duduk itu, berniat untuk menjauhinya.
Sedang menunggu sesuatu yang mampu menghapus kesedihan-kesedihan di muka bumi ini.
Ucapnya. Yang membuat selanjutnya kami hening berdua.
Nofri Pratama | 15/12/2017
PUISI :
Bisik-Bisik Semut Merah Tentang Kita
Dua ekor semut merah
nangkring asyik di tanah
di bawah tempat duduk
yang saat ini kita duduki
"Kira-kira sedang mengapa mereka ?,"
tanyamu yang membuatku mungut dan kening mengerut
"mungkin mereka sedang berbisik-bisik,"
jawabku enteng-enteng saja.
Lalu kau bertanya lagi
"kira-kira berbisik-bisik tentang apa ?."
"Tentang kita,"
kujawab lantang
"Kenapa ?," tanyamu lagi dan lagi.
"Kenapa mereka tidak seperti kita dan kenapa p**a kita tidak seperti mereka,"
kembali jawabku dan kau bingung sendiri.
Nofri Pratama | 10/12/2017
PUISI :
Kita Dan Sebuah Jawaban Di Langit Akhir Tahun
Pesta perayaan pergantian tahun
untuk menyambut tahun yang baru
sebentar lagi sudah berda pada puncak acara
yang sedari tadi di nanti-nanti.
Kita yang sedari sore
sudah bersiap-siap untuk mengikuti pesta ini
aku sebenarnya tidak s**a soal beginian
menunggu-nungguwaktu bagiku
acara garing yang membosankan.
Namun kau terus merengek kepadaku
terus memintaku untuk tetap ikut
pestanya memang ramai kutengok
kadang membuatku sesak kita dengan yang lain saling sikut
"Pesta macam apa ini?," tanyaku berontakku dalam hati
Sangat ramai
namun satu hal yang kupikirkan
akankah ada sebuah jawaban di langit akhir tahun
yang akan menjawab apakah kita akan tetap selalu ada.
Nofri Pratama | 10/12/2017
PUISI :
Mimpi-Mimpi Semalam
Mimpi-mimpi semalam
Membuatku semakin betah terlelap
Mimpi-mimpi semalam
Membuatku lupa tentang pagi
Mimpi-mimpi semalam
Membuatku bangun dan ingin tidur lagi
Mimpi-mimpi semalam
Membuatku bertanya-tanya
Apakah ini yang namanya jatuh cinta?
Nofri Pratama | 15/02/2018
Selamat Hari Batik Nasional
02 Oktober 2021
Kau yang Kutemui Malam itu
Kepada kamu yang kutemui di sudut kota malam itu
Terima kasih senyum yang kau berikan kepadaku
Luka-lukaku terasa lenyap di buatnya.
Kepada kamu yang kutemui di sudut kota malam itu
Andai kita bisa berjumpa lagi
Maukah kau memperpanjang malam lagi bersamaku
Menghentikan putaran waktu
Agar aku bisa menikmati senyummu berlama-lama.
Nofri Pratama | 15/02/2018
matamu mataku
bertemu
udara dingin kota
mulai menyatukan kita
Di Matamu Aku Berdiam Diri
Di matamu aku berdiam diri
Menikmati sisa-sisa seduhan kopi pagi hari meski tak ada pelangi namun keindahan selalu bisa kutemui
Di matamu aku berdiam diri
Menghabiskan waktu-waktuku yang selalu mengurungku dalam lamunan kaku yang selalu terpaku saat aku memandangmu
Di matamu aku berdiam diri
Kucintai kau mari kita habiskan waktu berdua hari ini.
Nofri Pratama | 07/12/2017
Bagaikan Nadi Dalam Diriku
Kau tau salah satu alasan mengapa mataku sering kali enggan terpejam tengah malam. Mungkin kau juga harus tau bahwa hal pertama yang kuingat setelah membuka mata pagi hari adalah dirimu.
Banyak doa-doa dan harapan-harapanku setiap detik demi detik yang berlalu setiap harinya. Namun aku tidak pernah lupa sekalipun menyelipkan namamu dalam doa dan harapanku untuk bersamamu.
Bila kamu menjadi alasan rinduku, aku pastikan bahwa bersama malam kau tak kunjung kulupakan. Bila kamu yang selalu dalam benakku, kuharap semesta akan mendekatkan aku dan kamu sehingga menjadi kita bagaikan nadi dalam diriku.
Nofri Pratama | 12/02/2018
Sedang Apa Kau Disana ?
Sedang apa kau di sana ?
Aku di sini terus memahat kata untuk terus dapat bercerita tentang rindu yang selalu mendera waktu-waktuku yang terus memelukku hangat berusaha melindungiku dari terkaman buas dingin asmara.
Nofri Pratama | 17/11/2017
Nyanyian Kesedihan Dari Waktu Ke Waktu
Kita hanya kefanaan yang pernah ada.
Kita yang mencoba menyambung tali dengan sebuah ikatan yang erat. Namun sang tali menolak dengan kuat.
Kita detik-detik waktu yang tak pernah berhenti berputar. Meski jarak jarum-jarum kita sekarang sudah sangat jauh.
Kita adalah nyanyian kesedihan dari waktu ke waktu yang tak kunjung usai dan selesai.
Nofri Pratama | 15/12/2017
Malam ini hujan kembali turun
Malam ini hujan kembali turun
Dari jendela kamar aku mencoba menghitung jumlah rintik hujan yang sesekali yang jatuh di kolam ikan peliharaanmu.
Malam ini hujan kembali turun
Aku tidak pernah berhasil sekalipun menghitung jumlah rintik hujan yang jatuh, tidak pernah tau p**a berapa rintik hujan yang tidak mampu menjatuhkan dirinya.
Malam ini hujan kembali turun
Tak ada yang pernah tau berapa jumlah rintik hujan yang pernah jatuh dan tak ada yang pernah tau berapa dosa yang telah diperbuat dan berapa dosa p**a yang sudah terhapus.
Dibasahi hujan malam ini.
Nofri Pratama | 17/11/2017
Dalam Keterasingan Waktu yang Sunyi
Kembalilah pada pelukku yang pernah kau tunda, sebab persimpangan jalan yang kau tempuh, yang menjadikan keterasingan diantara tubuhmu dan tubuhku yang tak akan pernah bersatu. Jiwa kita terlempar sangat jauh dua arah yang berbeda. Kita terpisah oleh bentangan jarak yang hampa dan tiada, serta kekosongan pandangan mata.
Sayup-sayup angin memanggil, lalu pergi dan rinduku abadi, hadirmu sekejap, bayangmu tinggal kekal dalam benak dan di ingatanku selalu padamu tetap ada dan betah sepanjang waktu. Aromamu tinggal, mengisi ruang persembunyian paling sunyi.
Langkah kaki kian terhalang, setelah semua angan dibentang, satu persatu kemudian hilang. Semua musnah tersingkirkan dari segala jarak pandang. Aku selalu tersesat mengikuti arah bayangmu yang selalu menghampiriku, namun setelah aku hampir mendapatkannya, kemusnahan selalu datang menghampiriku.
Api kian menjalar menyusuri tubuhku. Darah mendidih, ubun-ubun panas kesetanan. Tidak bisa kulawan amarah yang kian membakar tubuh ini. Lambat laun tubuh yang kuatpun rapuh dimakan usia dan rayap-rayap umur yang kelaparan.
Langkah kita semakin lama semakin aneh. Arah dan tujuan yang awalnya terencana lama-lama berbelok, yang lurus kian hari kian bengkok, yang datar berlobang, yang berlobang makin dalam. Malah kita gali sendiri lobang perangkap untuk nyawa kita.
Ambisimu terlalu besar, membuatmu akhirnya lelah dan tidak sadar. Caramu sangat rumit akhirnya membuatmu terhimpit. Tak usah kau tinggalkan senyummu kalau kau tak tau caranya mengobati rindu, bawa saja langkahmu tak usah kau rayu-rayuaku.
Kita berada dalam keterasingan waktu yang sunyi, yang kita ciptakan sendiri. Kita sering duduk satu meja berhadap-hadapan namun sibuk-sibuk sendiri. Tiga jam kita berjumpa, tiga kata kita saling sapa. Dunia kita sekarang hanya berada digesekan ujung-ujung jari sendiri.
Semalam aku berdiam diri, matapenaku patah, kertas masih putih bersih. Tanpa ada satupun aksara tertuang diatas tubuh sucinya. Pagi kembali datang menghampiri dan aku masih saja telentang. Dalam bayang-bayang yang tak kunjung hilang.
Rasanya selalu Sunyi hari-hariku ini di dalam ramai lalu lalang langkah dihadapanku, di sampingku, di belakangku. Rasanya kesepian terus mengoyak-oyak, tetapi bukankah ini langkahku, ini sudah pilihanku tak patutlah kau atur.
Aku lelah dan ingin musnah saja. Aku penat dan ingin istirahat saja. Mataku sayu ingin terpejam. Kakiku lelah menyusuri jalan-jalan sunyi. Mungkin kita harus begini-begini saja agar hidup dengan tenang. Sampai jumpa. Saatnya mata harus terlelap.
Nofri Pratama | 10/02/2018
Akulah Merah Yang Kau Maksud
Akulah merah yang kau maksud:
pemulung huruf demi huruf
yang aku kumpulkan, kusatukan dalam ruang bilik sunyi
menjadi kata demi kata
Agar aku bias membuat sebuah kalimat
yang suatu saat dapat kubaca ketika aku sudah lelah.
Akulah merah yang kau maksud:
pemulung haruf demi huruf
Agar suatu saat aku dapat mengeja namamu dengan baik dan benar.
Nofri Pratama|16/11/2017
Sudah kuasah Sebuah Pisau Untukmu
Sudah kuasah sebuah pisau untukmu
Pisau yang kedua sisinya tajam putih dan ujung nyaruncing sekali
yang dapat menusuk dirimu sendiri jika kau salah menggunakan nya
Aku sengaja menajamkan kedua sisi pisau ini
sebab aku harus bersikap adil pada pisau
agar jangan ada yang tajam kebawah namun tumpul ke atas.
Sudah kuasah sebuah pisau untukmu
Pakailah
setelah pisau ini di tanganmu kau tinggal memilih untuk apa kau gunakan pisau ini
Tapi aku mohon kepadamu jangan ciptakan luka diantara kita.
Nofri Pratama | 11/11/2017
Sebuah Jejak Yang Kuciptakan Untukmu
Kuciptakan sebuah lagu yang akan kupersembahkan untukmu, agar bisa menghiburmu dikala kau belumterlelap dalam tidur p**as bemimpi indah
Kucoba merangkai kata-kata, kususun baik dan rapi pada sajak-sajak yang entah apakah ada makna nya ini, yang akan kupersembahkan untukmu, untuk kau nikmati syairnya dikalau kau sedang suntuk di terpa masalah dunia.
Kutulis untukmu sebuah buku, berlembar-lembar halaman nya, yang suatu saat bisa kau baca jika kau bosan saat sudah buntu mencari arah jalan tujuan.
Jika nanti aku yang duluan berada di ujung tanduk kehidupan, bersama ini kau masih punya teman, kau masih memiliki amunisi dan perlengkapan perang untuk siap siaga dari keras nya perlawanan dunia yang fana ini.
Kau sebut aku teman, kau beri aku pujian, yang kadang aku lupa diri dibuat nya. Itu artinya aku tidak dan belum sempurna, sebab tidak ada yang lebih sempurna dari-Nya.
Maka cari teruslah teman untuk mengisi ruang kekosonganmu, hingga kau merasa lebih baik dari apa yang sekarang kau miliki. Walau kesempurnaan hanya milik-Nya.
Sebab ini belum sempurna.
Nofri Pratama | 11/11/2017
Yang Kusebut Pulau Kehampaan
Aku terdampar
Pada sebuah p**au yang tidak kutahu sama sekali dimana
Tandus tak ada arah untuk tujuan
Hening, kosong tak ada yang bisa kuperbuat
Diam, aku hanya bisa berdiam diri setelah lelah melanda
Menatap jauh tanpa tau kandas dimana
Pandangku lurus kesemua arah yang tidak ada kulihat ujung nya
Tubuhku terasa sakit semua
Tengorokanku perih kering kehausan minta tolong
Telingaku tidak mendengar satu sahutanpun
Tubuhku bergetar melihat tidak ada lagi kehidupan
Yang kulihat
Apakah ini akhir semuanya
Atau mungkin awal dari kehidupan
Tanya seribu Tanya menghampiri kepalaku
Tanpa tau dimana aku harus mencari dan mendapat semua jawaban semua itu
Tidak ada lagi drama polos kehidupan yang dapat dilihat
Semua hilang sesaat entah kemana
Celoteh orang-orang bosanpun lenyap begitu saja
Tidak ada tempat mengadu lagi
Disinilah aku berdiam diri
Pada sebuah p**au kosong
Yang kusebut
Pulau kehampaan.
Nofri Pratama | 10/10/2017
Yang Berjuang Nyatanya Menghilang
Miris aku melihatmu kawan
Yang selalu kudambakan saat dulu darah mudamu menggelegar
Di pentas persaingan hak-hak yang kau perjuangkan
Yang bicara lantang bak pas**an perang
Namun
Sekarang yang berjuang nyatanya menghilang
Dan hidupmu kini terabaikan
Sakit mata hatiku sekarang memandangmu kawan
Selalu menang disetiap pertempuran
Menghancur benteng-benteng perusak keadilan
Menara kepalsuan yang selalu kau singkirkan
Namun
Sekarang yang berjuang nyatanya menghilang
Dan hidupmu kini terabaikan
Nofri Pratama | 03/10/2017
Untukmu Pengusir Sepi
Untukmu pengusir sepi
Yang selalu menghibur diri
Jarang di temui sosok asli namun selalu hadir walau lewat ketikan jari
Namamu terselip di hati selalu mengisi hari-hari
sunyi hadir membawa kabar hari ini
meninggalkan ketika terpejam untuk menyambut pagi lagi
Untukmu pengusir sepi
Aku tidak sepintar dan sepiawai para pujangga penyair dunia meliuk kata
yang berbicara keindahan lewat sajak maha cinta
Namun dengan ini kucoba tulus menuliskan keindahan
yang pernah kutatap dan tersimpan di benakku tanpa bisa kulupa lagi.
Untukmu pengusir sepi
Hari-hariku kini serasa dihiasi warna warni
Terhiasi sejak kau kutemui kutidak bisa berbicara lagi soal hati
Yang ingin selalu kukatakan aku akan bahagia selama hariku kau isi
Meleburkan sepi dan sunyi
Bersamamu pengusir sepi
walau kita bertemu hanya dengan ketikan jari.
Nofri Pratama | 25/09/2017
Tidurlah Sebelum Kau Lelah Sayang
Tidurlah sayang kulihat kau sudah lelah
bermimpilah dan beristirahat dengan tenang
Tidak usah kau pikir lagi ini semua
nanti kau bosan dan lelah perlahan
Tidurlah sebelum kau lelah sayang
lupakan kenyataan yang begitu kadang menyakitkan.
Kulitmu perlahan kulihat mulai menggelap
mungkin saja sinar mentari mulai membakar nya
Bibir merah manis merona memikat perlahan
mulai pucat seakan tidak berdarah lagi
Tidurlah sebelum kau lelah sayang
tak usah lagi kau cumbui urusan yang melapukkanmu
cintai tubuh indahmu jangan biarkan kenyataan pahit memakanmu
Tidurlah sebelum kau lelah sayang
perseteruan di dunia akan berhenti setelah kelelahan mulai melanda
Tidurlah sayang kenyataan akan membaik.
Nofri Pratama | 03/10/2017
Taukah Kau ?
Taukah kau ?
aku sering berceloteh saat aku tidak s**a yang kadang datang pada saat aku tidak menginginkan nya.
Taukah kau ?
aku sering memaki sendiri pada hal-hal disekitarku: hujan, api, asap, penghianat, batu-batu jalanan, pendusta, senja, bahkan waktu sering kumaki.
Dau kau juga salah satu yang sering kutuliskan dalam makian walau kadang aku sendiri mengakui nya ini adalah cinta.
Nofri Pratama | 21/10/2017
Simayat Hidup
Aku masih tetap disini sendiri
Terkekeh memekik dalam malam
Bersuara tak bernada dan tak berirama
Memekik tanpa aturan
Memecah sunyi
Aku sudah rindu
Pada debur ombak yang terus memecah karang
Aku rindu akan merasakan suasana luar dingin malam
Ingin mendengar dan menatap ombak ganas menerjang lagi
Berjuang dengan raga yang masih bernafas
Dengan tubuh yang hidup namun seakan sudah mati
Tubuhku sudah layu namun hatiku masih mekar membara
Tubuhku memang sudah mati tapi pikiranku mengembara keseluruh sudut muka bumi
Aku bosan sendiri
Yang aku butuh teman yang sudi
Bukan pecundang hanya datang silih berganti
Menyemangati lalu pergi entah kemana
Dia datang bagaikan api garang melahap kayu bakar
Lalu meninggalkan setelah berubahmenjadi arang hitam pekat
Dan enggan kembali setelah berubah jadi abu.
Kemana kalian pecundang malam
Dimana kau bersembunyi pemecah karang
Tunjukkan ragamu padaku
si mayat hidup ini.
Nofri Pratama | 28/09/2017
Senyum Di Hari Yang Lalu
Mawar merah di depan rumah mu tidak sesegar dulu lagi
Yang pernah kupetik saat aku bertamu untuk pertama kali ke rumah mu
kau keluar dan kuberi kejutan dengan setangkai mawar di hadapanmu
katamu aku sangat romantis kala itu
padahal kau tidak tau mawar itu ku petik di depan rumahmu
Senyummu sekarang tidak semanis
Senyum di hari yang lalu lagi
Entah apa gerangan yang merubah semuanya
Setangkai mawar merah segar yang kuberikan
sekarang kusut layu, merah merona berubah hitam pekat menyiksa
Ragamu masih bisa kulihat
namun aku tidak melihat dirimu lagi
Kau dihadapanku, tetapi pandanganmu jauh entah kemana
Dimana senyummu ?
Senyum di hari yang lalu
Bibir yang selalu kudambakan sejak dulu berubah pucat,
seakan aku tidak mau melihat nya lagi
Dimana senyummu ?
Kemana dirimu ?
Yang dahulu pernah kukenal itu
Nofri Pratama | 12/10/2017
Mempertahankan Segumpal Tanah Ibu Pertiwi
Semua nya masih kekal dalam bayang
Ingatan-ingatan tentang penindasan masih belum bisa hilang
Hak-hak yang di rebut oleh orang orang tak bertanggung jawab
Nyawa tak berdosa yang tak tau apa-apa dikorbankan
Air mata bercampur darah membanjir di p**i
Otot-otot lesu di adu ke tengah gelanggang
Apa yang menghadang di depan sudah tidak dipikirkan lagi
Demi mempertahankan segumpal tanah ibu pertiwi
Apakah semua pengorbanan mereka-mereka dahulu tidak berarti lagi
Hingga kini sudah dipecah belah antar sesama dan kekeluargaan sendiri
Jangan biarkan ibu pertiwi bersedih
Kibarkan semangat, senyumkan negeri tercinta
Berdoa, terus berdoa
Namun tanpa usaha
semua akan sia-sia
Perkaya pikiran dengan ilmu
Tangguhkan jiwa dengan iman
Kemerdekaan itu mahal
Namun mempertahankan kemerdekaan itu harga mati
Singkirkan ketombe-ketombe yang hanya akan membuat gatal
Lawan kesemutan yang akan menghentikan langkah
Satu tekat dan satu niat bulat
Untuk negeri tercinta
Bangkitlah negeriku
Bersatulah negeriku
Nofri Pratama | 10/10/2017
Selagi Masih Ada Langkah Dan Waktu
Meski kita pernah bersama
bukan berarti kita harus sejalan
Meski waktu akan selalu ada
namun kita tidak akan selalu bertahan
Jalan-jalan panjang terbentang menantang
Matahari hadir menandakan siang
Malam membawakan ribuan bintang
Meski kaki kita lelah namun hati harus tetap bertualang
Ada kala kita jenuh dengan semua ini
Ada kala kita lelah di selimuti hari-hari sepi
Kau harus tau bahwa tidak akan ada yang abadi
Dimuka bumi ini
Yang teguh saja bersandar pada tiang diri
Pasti akan tenggelam mati.
Apa yang kau tunggu bebaskanlah diri
Selagi nafas mesih bersama untuk langkah kesekian kali.
Nofri Pratama | 26/10/2017
Selamat Hari Lahir Pancasila.
1 Juni 2021
Seandainya Kau Tidak Ada Malam Itu
Masih nampak jelas di ingatanku rasa ketakutanmu di malam itu
Aku yang datang tiba-tiba meminta pertolongan di hadapanmu
Dengan bersimpuh luka-luka disekujur tubuhku
Gemetar tangan dinginmu terasa menopang tubuh lesuku
Bibir merah merona yang dilapisi lipstick
Nampak berubah merah pucat
Usapan demi usapan kau basuh lukaku dengan iklas
Rasa kasihanmu kepadaku membuat diriku tak bisa melupakanmu
Seandainya kau tidak ada malam itu
Kuyakin daging-daging tubuhku sudah jadi makanan
anjing-anjing penjaga rumah orang-orang biadab itu yang kerja
hanya goyang-goyang kaki dan makan uang keringatnya saudara sendiri
Tak sempat diri ini berterima kasih padamu
Kau yang sudah hilang dari sekitarku
ketika aku tersadar dari pingsanku malam itu.
Nofri Pratama | 11/10/2017
Satu Hari Di Bulan Februari
Aku pernah mengirim sebuah surat padamu
Di hari bahagia dengan bertambahnya umurmu
Hari ulang tahunmu
Aku lupa yang keberapa
Pikiranku hanya kufokuskan pada kata-kata yang kurangkai pada selembar surat itu.
Dengan tekat yang kuat kulampaui batas keberanian diri ini
menyatakan sebuah hasrat dalam diri
yang sungguh tak tertahan lagi
Satu hari di bulan februari
Kunyatakan sebuah perasaan hatiku padamu
melalui selembar surat yang sengaja kusemprotkan farfum yang sungguh mewangi
yang kuharap kau s**a juga wangi nya.
Namun aku takkunjung menerima balasan
kemana surat itu
mungkinkah hanya terbang di bawa angin lalu
atau hanyut di bawa arus sungai pembunuh perasaan
mungkin juga hanya tersimpan di ruang kehampaan
Terlihat namun di abaikan
Nyata namun tidak di abadikan
Bertepuk tetapi hanya sebelah tangan.
Kemana surat itu, surat yang kukirim satu hari di bulan februari
di hari ulang tahunmu.
Nofri Pratama | 21/10/2017
Sang Penghianat
Sebuah janji suci sudah dihianati, yang akan menjadi panutan tidak akan ada lagi
Besi-besi bersih mulus tanpa cacat di serang arat tanpa pilih kasihan
Kayu-kayu keras bebal berubah abu berterbangan di hembus angin-angin jalanan
Sampah-sampah oleh otak-otak serakah ditinggalkan begitu saja.
Telinga seakan dipaksa tuli mendengar semuanya
Mata dibutakan ambisi otak keserakahan
Jantung di tusuk-tusuk agar mati sia-sia perlahan-lahan
Usus-usus di putus gunting tajam mulut bajingan yang sudah terasut bujukan hawa hitam, lidah-lidah kaku tanpa mau menegur, memarahi, memaki-maki di depan
Apakah harus melanggar agar hidup dengan benar
Yang berniat membangun nyatanya menghancurkan
Orang-orang sok sibuk peduli nyatanya hanya goyang-goyang kaki di atas kursi putar nya, yang bersumpah jujur nyatanya akan berbohong juga
Hitam hanya warna, warna yang di salahkan ketika putih telang hilang dimakan masa.
Sakit akan kebohongan tak akan hilang
Dendam harus dituntaskan
Dan tidak akan pernah di hapuskan
Sebab tidak ada perdamaian yang abadi
Hitam…
Hitam …
Hitam…
Semua akan hitam, saat si putih dan keluarga yang lain telah di telan mulut-mulut bajingan.
Nofri Pratama | 10/10/2017
Pengakuan
Ijinkanlah kawan aku menyapa dan membaritaumu tentang sesuatu
Aku bukan niat untuk mengguruimu atapun semacam apalah itu namanya
Tapi kuharap kau maklumi, sebab aku mengatakan ini padamu
Karena kau kuanggap sahabatku.
Dalam dinginnya angin malam menerpaku
Dan deraian suara desir hujan, aku menulis ini
Tanpa ada niat menyakiti
Antara persahabatan engkau dan diriku.
Sahabatku setiap detik aku tidak bisa melupakan sebuah senyuman yang baru saja menghampiriku
Senyum yang membuatku tidak mengenal diriku lagi, namun aku tau ini adalah kesalahan besar yang harus kuhindari
Namun seluruh kekuatan yang ada dalam diri hilang sesaat tanpa tau lagi apa yang harus kuperbuat
Sahabatku aku baru diterpa senyum dari sahabat kita juga, dengan tulisan ini harus kukatan kepadamu bahwa senyum itu datang dari sang pujaanmu sendiri.
Maafkan aku sahabat, maafkn kehilafanku.
Aku sudah jatuh cinta padanya.
Maafkan aku.
Perasaan-perasaan ini harus ku utarakan apapun yang terjadi
Sebab perasaan harus di tuntaskan setuntas-tuntasnya meski tidak semua kenyataan itu membuahkan hasil manis
Dibalik kemanisan pasti aka nada pahit yang mendampingi.
Nofri Pratama | 10/10/2017
Click here to claim your Sponsored Listing.