Panti pijat harapan sehat

Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln.

RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto, Sukoharjo
Melayani massage untuk pria dan wanita segala usia
Anda yang pegal2, keseleo, pijat lulur dll
Buka pkl. 07.00-pkl. 21.00 WIB Griya Pijat harapan sehat adalah tempat pelayanan pijat bagi mereka yang mengalami keseleo dan capek-capek agar badan tetap segar dan bugar

Panti pijat harapan sehat 17/03/2022

Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln. RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto, Sukoharjo
Melayani massage untuk pria dan wanita segala usia
Anda yang pegal2, keseleo, pijat lulur dll
Buka pkl. 07.00-pkl. 21.00 WIB
Yunita lestari WA: 085647610580
Kesehatan anda kebahagiaan kami 💪💪💆🏻‍♂🖐🏻😊, Judul

Panti pijat harapan sehat Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln. RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto,

24/02/2022

Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln. RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto, Sukoharjo
Melayani massage untuk pria dan wanita segala usia
Anda yang pegal2, keseleo, pijat lulur dll
Buka pkl. 07.00-pkl. 21.00 WIB
Yunita lestari WA: 085647610580
Kesehatan anda kebahagiaan kami 💪💪💆🏻‍♂🖐🏻😊, Judul

07/02/2022

Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln. RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto, Sukoharjo
Melayani massage untuk pria dan wanita segala usia
Anda yang pegal2, keseleo, pijat lulur dll
Buka pkl. 07.00-pkl. 21.00 WIB
Yunita lestari WA: 085647610580
Kesehatan anda kebahagiaan kami 💪💪💆🏻‍♂🖐🏻😊

29/01/2022

Semoga dengan postingan penelitian saya tadi setidak-tidaknya mengurangi keragu-raguan dan negatif untuk tunanetra yang memiliki keterampilan ekonomi yaitu sebagai tukang urut atau tukang pijat

Anak Berkebutuhan Khusus 29/01/2022

KETERAMPILAN SOSIAL PADA PENYANDANG TUNA NETRA YUNITA LESTARI Program Sarjana, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
ABSTRAKSI Dalam menghadapi situasi lingkungan sosial yang beragam, setiap manusia dituntut untuk mempunyai keterampilan sosial yang baik agar bisa diterima dengan layak dalam suatu masyarakat. Dikarenakan manusia adalah makhluk sosial, yang pasti membutuhkan orang lain dalam menjalankan hidupnya, maka terampil dalam bersosialisasi sangatlah penting, apalagi kehidupan sosial masyarakat yang pandangan hidupnya berbeda-beda. Keterampilan sosial sangat diperlukan oleh semua individu baik individu yang normal maupun individu yang memiliki keterbatasan untuk dapat memenuhi kebutuhan sosialnya, khususnya individu yang memiliki keterbatasan fisik seperti tuna netra. Mereka pasti membutuhkan keterampilan sosial yang baik meskipun mereka tidak bisa melihat melainkan hanya merasakan lingkungan sosialnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran atau ciri-ciri keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan sosial subjek demikian, dan bagaimana cara subjek menerapkan keterampilan sosialnya sebagai penyandang tuna netra. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus, dengan teknik observasi dan wawancara. Disamping itu masalah ini bersifat khusus (particulary) sehingga tepat apabila diteliti dengan studi kasus. Penelitian ini dikatakan bersifat khusus karena keterampilan sosial pada penyandang tunanetra yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah seorang penyandang tuna netra berjenis kelamin perempuan dengan inisial SH berusia 32 tahun yang berprofesi sebagai tukang pijat. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui bahwa subjek sebagai penyandang tuna netra memiliki keterampilan sosial yang baik, karena dengan keterbatasan yang subjek miliki, sama sekali tidak mengganggunya dalam bersosialisasi dengan orang lain dan subjek juga termasuk individu yang mandiri sehingga subjek bisa menerapkan keterampilan sosialnya dengan baik di lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN Setiap manusia dituntut untuk mempunyai keterampilan sosial yang baik agar bisa diterima dengan layak dalam suatu masyarakat. Terjadi juga pada individu yang sulit bersosialisasi dengan banyak orang. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Mereka menghubungkan dirinya dengan orang-orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerjasama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Menurut Combs dan Slaby (dalam Yanti, 2005) keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh psikologi lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan orang lain. Keterampilan sosial sangat diperlukan oleh semua individu baik individu yang normal maupun individu yang memiliki keterbatasan untuk dapat memenuhi kebutuhan sosialnya. Khususnya individu yang memiliki keterbatasan fisik seperti tuna netra. Mereka pasti membutuhkan keterampilan sosial yang baik meskipun mereka tidak bisa melihat melainkan hanya merasakan lingkungan sosialnya. Pengertian tunanetra dapat dilihat dari segi etimologi bahasa, “tuna� = rugi, “netra� = mata atau cacat mata (Soekini & Suharto, 1977). Tunanetra dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor endogen maupun exogen. Faktor endogen adalah faktor yang erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Sedangkan faktor exogen adalah faktor dari luar, misalnya disebabkan oleh penyakit, seperti cataract, glaucoma maupun penyakit yang dapat menimbulkan ketunanetraan ( Soekini & Suharto, 1977). Permasalahaan yang cenderung dialami penyandang tunanetra adalah karena kurangnya motivasi individu untuk menjalin hubungan dengan, orang lain, kehidupan untuk menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, maupun perasaan rendah diri dan kurangnya dukungan dari masyarakat. Semua itu menyebabkan perkembangan sosialnya menjadi terhambat. Kesulitan lain dalam melaksanakan tugas perkembangan sosial di dalam lingkungan adalah keterbatasan anak tunanetra untuk dapat belajar sosial melalui proses identifikasi dan imitasi. Ia juga memilki keterbatasan untuk mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai wahana penyerapan norma-norma atau aturan dalam bersosialisasi (Somantri, 2006). Tetapi ada p**a penyandang tunanetra yang dapat melakukan keterampilan sosial (social skill) dengan baik dalam masyarakat, dimana mereka mulai mencari hal-hal positif dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Mereka merasa bangga apabila dapat melakukan sesuatu yang baru dan melewati rintangan-rintangan yang menghambat dalam proses perjalanan hidupnya. Sehingga mereka menemukan nilai-nilai baru berupa penghargaan dan penerimaan dari masyarakat. Melalui penelitian ini, diharapkan dapatmemberikan pemahaman dan informasi bagaimana gambaran atau ciri-ciri keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan sosial subjek demikian, dan bagaimana cara subjek menerapkan keterampilan sosialnya. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Sosial Menurut Bellack dan Hersen (dalam Goleman, 1999), keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk mengungkapkan perasaannya baik yang positif maupun negatif dalam konteks hubungan interpersonal tanpa menerima konsekuensi kehilangan penguatan sosial atau dalam konteks hubungan interpersonal yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan respon baik verbal dan non verbal. Definisi lain dikemukakan oleh Libet dan Lewinsohn (dalam Yanti, 2005) yang menjelaskan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Combs dan Slaby (dalam Yanti, 2005) juga menambahkan bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh psikologi lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan orang lain. Cavell (dalam Yanti, 2005) menyebutkan bahwa bagi seorang anak keterampilan sosial merupakan faktor yang penting untuk memulai dan memiliki hubungan yang positif. Individu yang tidak memiliki keterampilan sosial akan sulit memulai dan menjalin hubungan positif dengan lingkungannya, bahkan boleh jadi ditolak atau diabaikan oleh lingkungannya. Dikemukakan p**a oleh Hersen dan Bellack (dalam Yanti, 2005) yang menyatakan bahwa efektivitas suatu perilaku tergantung pada konteks dan parameter situasi, dimana individu yang memiliki keterampilan sosial akan lebih efektif karena ia mampu memilih dan melakukan perilaku yang tepat sesuai dengan tuntutan lingkungan. Berdasarkan beberapa pengertian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan seseorang untuk memulai dan memelihara hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi agar bisa diterima dengan baik dalam suatu masyarakat. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial Merrel dan Gimpel (1997) menyatakan bahwa usia, gender, latar belakang etnokultural serta adanya gangguan ketunaan (kecatatan) mempunyai dampak penting dalam perkembangan keterampilan sosial seseorang. a. Usia Beberapa peneliti menyatakan bahwa keterampilan yang penting dalam mempertahankan peer relation dapat bervariasi sesuai usia. Peer relations merupakan salah satu dimensi keterampilan sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial pun bervariasi di setiap tingkatan usia. Perkembangan kognisi sosial merupakan hal yang paling berhubungan dan penting dalam keterampilan sosial ini yang berhubungan dengan usia, karena kemampuan kognisi, sosial seseorang makin bertambah seiring dengan pertambahan usia. Meskipun tahapannya berbeda bagi setiap individu, bahkan ada beberapa individu yang tidak dapat mencapai satu tahapan tertentu, perkembangan kognisi sosial tetap berhubungan dengan usia. Perkembangan kognisi adalah proses dimana perubahan fungsi intelektual dan kognitif membuat anak yang sedang berkembang dapat berinteraksi dengan orang lain dalam hirarki yang kompleks, meningkat dan berarti (Mirrel & Gimpel, 1997). b. Gender Hubungan antara gender dan keterampilan sosial selam periode perkembangan sangat komplek. Beberapa penelitian dalam Merrel dan Gimpel (1997) mengidentifikasi bahwa: 1) Pada awal masa kanak-kanak, anak laki-laki lebih menyukai permainan yang memberikan aktivitas fisik (termasuk agresi) dalam berinterakasi sosial sedangkan anak-anak perempuan lebih menyukai permainan yang lebih pasif dan menetap. 2) Tingkah laku sosial dalam bermain pada anak-anak perempuan lebih berorientasi tujuan atau konstruktif (misalnya, menyelesaikan puzzle) sedangkan anak laki-laki lebih berorientasi pada fungsi (misalnya mengendarai sepeda) 3) Pada awal masa kanak-kanak sampai dengan remaja, anak-anak perempuan cenderung dinilai mempunyai keterampilan sosial yang lebih tinggi dan tingkah laku anti sosial lebih rendah dibandingkan dengan anak laki-laki. Perbedaan gender ini dipengaruhi oleh faktor biologis, tetapi berdasarkan beberapa bukti yang ada, pengaruh belajar sosial lebih tinggi. Misalnya, perlakuan dan mainan yang disediakan orang tua selalu mengarah pada gender anaknya. Anak-anak perempuan selalu diberikan boneka dan bila seorang anak laki-laki berkelahi dianggap wajar. Meskipun terdapat perbedaan gender dalam keterampilan sosial, kita tetap tidak dapat menggeneralisasikanya kepada setiap individu karena bagaimanapun juga dalam kelompok lebih besar dari pada variasi antar kelompok. c. Latar belakang etnokultural Menurut Axelson (dalam Merrel & Gimpel, 1997) kultur adalah sekelompok orang yang mengidentifikasikan dirinya atau berhubungan dengan orang lain berdasarkan kesamaan tujuan, keinginan dan latar belakang. Kultur terdiri dari struktur sosial, etnisitas, hubungan dan status ekonomi. Konsep etnisitas lebih spesifik dari pada kultur. Individu-individu yang berbeda pada kelompok etnis yang sama adalah mereka yang mempunyai latar belakang suku bangsa atau nenek moyang yang sama. Dimensi-Dimensi Keterampilan Sosial Menurut Calderella dan Merrel (1997), dimensi-dimensi dari keterampilan sosial adalah: a. Peer Relation Dimensi ini merefleksikan seseorang yang dianggap positif oleh teman-temannya apabila memiliki dimensi ini. Keterampilan sosial ini diantaranya menghargai dan memuji orang lain, menawarkan bantuan, dan mengundang teman-teman yang lain untuk bermain atau berinteraksi, berpartisipasi dalam diskusi, membela teman dalam kesulitan, sensitif terhadap perasaan teman (empati), mempunyai “sense of humour�. b. Self Management Dimensi ini merefleksikan seseorang yang dikatakan orang lain sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri secara emosional (emotional well adjusted). Dimensi ini juga merefleksikan seseorang yang dapat mengontrol temperamennya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan, berkompromi dengan orang lain, dan menerima kritik dengan baik. c. Academic Skill Dimensi ini didominasi oleh keterampilan sosial yang merefleksikan seseorang yang dapat dikatakan sebagai murid yang independen dan produktif oleh guru mereka. Keterampilan tersebut diantaranya menyelesaikan tugas secara independen, menyelesaikan tugas individual, menggunakan waktu luang tepat waktu, menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang bagus, dan mengikuti arahan guru. d. Compliance Dimensi ini menyangkut seseorang yang dapat memenuhi permintaan sesuai dengan apa yang diminta orang lain. Dimensi ini ada pada seseorang yang dapat bersama orang lain bisa mengikuti peraturan dan harapan dan membagi sesuatu. e. Assertion Dimensi ini didominasi oleh keterampilan sosial yang, merefleksikan seseorang yang dapat dikatakan sebagai “outgoing atau extrovert� oleh orang lain. Keterampilan ini diantaranya memulai percakapan dengan orang lain, memberi pujian dan mengundang orang lain untuk berinteraksi. Berdasarkan uraian diatas, maka dimensi-dimensi keterampilan sosial adalah Peer Relation, Self Management, Academic Skill, Compliance, Assertion. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus yang dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau objek yang diteliti, dimana pendekatan ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dalam mengerti dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa, latar belakang pemikiran, yang terlihat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakan makna pada peristiwa yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam Poerwandari, 1998). Studi kasus dalam penelitian ini ditujukan untuk memahami secara utuh suatu kasus tanpa harus bermaksud untuk menghasilkan konsep-konsep teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasi. Disamping itu masalah ini bersifat khusus (particulary) sehingga tepat apabila diteliti denagn studi kasus. Masalah ini dikatakan bersifat khusus karena Social skill pada penyandang tunanetra yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Subjek dalam penelitian ini adalah Karakteristik subjek penelitian ini adalah seorang wanita penyandang tunanetra berusia 32 tahun yang berprofesi sebagai tukang pijat dan satu orang significant other. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini antara lain tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap laporan penelitian. Teknik pengump**an datanya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat berdasarkan aspek-aspek, karaktersitik, komponen teoritis yang terdapat pada tinjauan teoritis. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan, dimana observer tidak ikut terlibat dalam kegiatan observasi dan tidak menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamatinya. Alat bantu yang dapat digunakan antara lain alat perekam, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dalam hal ini triangulasi yang digunakan oleh peneliti adalah beberapa jenis triangulasi yakni triangulasi data, triangulasi pengamat, triangulasi teori dan triangulasi metode. Dimana keempat teknik tersebut dipadukan oleh peneliti untuk mencapai keakuratan penelitian. Peneliti akan menggunakan analisa intra kasus. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh pemahaman mengenai keterampilan sosial pada penyandang tuna netra. HASIL DAN PEMBAHASAN Diketahui dari hasil intra kasus antara subjek dengan significant other yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa subjek memiliki keterampilan sosial yang baik dan memenuhi kriteria dimensi peer relation, hal ini dibuktikan dengan subjek yang s**a berpartisipasi dalam diskusi, membela teman yang sedang kesulitan, peka terhadap orang lain, sering mengundang teman-temannya ke rumah, menawarkan bantuan, s**a berempati kepada orang lain, dan menawarkan bantuan kepada orang lain. Subjek juga memenuhi kriteria self management, hal ini dapat dibukitkan dengan pernyataan subjek bisa menyesuaikan diri secara emosional di lingkungan sekitar, bisa mengontrol temperamen, mematuhi dan mengikuti peraturan, berkompromi, menerima kritik dari orang lain dengan baik sehingga dapat mempermudah apa yang ingin dilakukan subjek. Selain itu, subjek juga memenuhi kriteria academic skill, ini bisa dibuktikan dari pernyataan subjek dapat menyelesaikan tugas individu, mengisi waktu luang dengan baik, mengikuti arahan guru dan disiplin. Subjek juga memenuhi kriteria dimensi compliance, hal ini dibuktikan dengan pernyataan subjek dapat memenuhi permintaan orang lain, mengikuti peraturan, tidak pernah melanggar peraturan dan mampu berbagi pada orang lain. Subjek juga memenuhi kriteria dimensi assertion, ini dibuktikan dari pernyataan, subjek senang bergaul dengan orang lain, dan mau memulai percakapan dengan orang lain karena membutuhkan teman dalam pergaulan agar tidak dibilang sombong. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan subjek memiliki keterampilan sosial yang baik dapat terlihat dari keinginan subjek untuk berpartisipasi dalam diskusi, subjek juga memiliki empati yang kuat terhadap orang-orang di sekitarnya, subjek juga senang membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Selain itu, subjek juga mandiri dalam melakukan semua tugas yang harus diselesaikannya meskipun dengan keterbatasan yang dimilikinya, karena subjek sudah terbiasa melakukannya sejak kecil. Selain itu keterampilan sosial yang dimiliki oleh subjek juga terlihat dari keinginan subjek untuk mengontrol temperamennya, mematuhi peraturan yang ada, dan sosialisasi yang dilakukan oleh subjek dengan orang lain, karena subjek juga merupakan pribadi yang senang bergaul. Selain itu dalam membantu sesama subjek juga menyesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya. Subjek juga merupakan orang yang tidak menutup diri dari kritik, karena bagi subjek kritik yang membangun adalah hal yang baik bagi perkembangan kehidupannya. Adapun penerapan keterampilan sosial dilakukan subjek dengan cara sering memberikan saran dan mas**an dalam rapat, selain itu subjek s**a mengadakan pertemuan dalam suatu reuni kecil, selain itu dengan keterbatasan yang dimiliki subjek masih memiliki empati yang kuat terhadap sesama, hal ini diwujudkan dengan cara subjek menjenguk orang yang sedang sakit. Subjek sering membantu orang lain yang memiliki kesulitan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Subjek juga mematuhi peraturan yang berlaku, selain itu subjek dapat mengontrol temperamennya, subjek juga dapat berkompromi dengan orang lain dengan cara berkonsultasi. Subjek juga merupakan pribadi yang mandiri karena subjek dapat mengerjakan tugas individual sendiri sedari kecil. Subjek juga s**a mendengarkan arahan dari gurunya dan dapat mengerjakan tugasnya sendiri dengan baik. Apabila subjek memiliki waktu luang subjek menghabiskan waktu luang tersebut dengan keluarganya. Subjek juga merupakan sosok yang ramah dan senang bergaul. Hal ini dapat terlihat dari cara subjek mengenali suara orang lain dan berusaha menghapalnya, dengan cara tersebut subjek dapat mengetahui siapa orang tersebut dan subjek dapat menyapa orang tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimp**an Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat dijawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran atau ciri-ciri keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra? Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant other, dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimp**an bahwa gambaran keterampilan sosial pada subjek sebagai penyandang tuna netra dapat dikemukakan sebagai berikut: a. peer relation, subjek sebagai tuna netra s**a s**a berpartisipasi dalam diskusi, membela teman yang sedang kesulitan, peka terhadap orang lain, sering mengundang teman-temannya ke rumah, tidak s**a dipuji dan tidak s**a memuji, menawarkan bantuan, s**a berempati kepada orang lain, dan menawarkan bantuan kepada orang lain. b. self management, sebagai tuna netra, subjek subjek bisa menyesuaikan diri secara emosional di lingkungan sekitar, bisa mengontrol temperamen, mematuhi dan mengikuti peraturan, berkompromi, menerima kritik dari orang lain dengan baik sehingga dapat mempermudah apa yang ingin dilakukan subjek. c. academic skill, subjek sebagai tuna netra dapat menyelesaikan tugas individu, mengisi waktu luang dengan baik, mengikuti arahan guru dan disiplin. d. compliance, subjek sebagai tuna netra dapat memenuhi permintaan orang lain, mengikuti peraturan, tidak pernah melanggar peraturan dan mampu berbagi pada orang lain. e. assertion, subjek sebagai tuna netra senang bergaul dengan orang lain, dan mau memulai percakapan terlebih dahulu karena membutuhkan teman dalam pergaulan agar tidak dibilang, sombong. Jadi dapat disimpulkan bahwa subjek sebagai tuna netra memiliki keterampilan sosial yang baik. 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keterampilan sosial subjek demikian? Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh subjek, significant other, dan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimp**an bahwa faktor-faktor yang menyebabkan subjek memiliki keterampilan sosial yang baik karena keinginan subjek untuk berpartisipasi dalam diskusi dan memiliki empati yang kuat terhadap orang di sekitarnya, serta subjek senang membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan. Selain itu, subjek juga mandiri dalam melakukan semua tugas yang harus diselesaikannya meskipun dengan keterbatasan yang dimilikinya, karena subjek sudah terbiasa melakukannya sejak kecil, juga adanya keinginan subjek untuk mengontrol temperamennya dengan baik, mematuhi peraturan yang ada, dan terlihat dari sosialisasi yang dilakukan oleh subjek dengan orang lain, karena subjek merupakan pribadi yang senang bergaul. Selain itu dalam membantu sesama, subjek juga menyesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya, dan tidak menutup diri dari kritik, karena bagi subjek kritik yang membangun adalah hal yang baik bagi perkembangan kehidupannya. 3. Bagaimana cara subjek sebagai penyandang tuna netra menerapkan keterampilan sosialnya? Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, significant other, dan hasil observasi yang telah dilakukan penulis, maka cara subjek menerapkan keterampilan sosialnya sebagai penyandang tuna netra adalah dengan sering memberikan saran dan mas**an dalam rapat organisasi, dengan mengadakan pertemuan dalam suatu reuni kecil, dengan membantu orang lain yang memiliki kesulitan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan subjek dapat berkompromi dengan orang lain dengan cara berdiskusi, serta cara subjek untuk dapat melakukan kontak sosial dengan mengenali suara orang lain dan berusaha menghapalnya dan dengan mengetahui siapa orang tersebut, maka subjek dapat menyapanya. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diketahui bahwa subjek sebagai penyandang tuna netra memiliki keterampilan sosial yang cukup baik, karena dengan keterbatasan yang subjek miliki, sama sekali tidak mengganggunya dalam bersosialisasi dengan orang lain dan subjek termasuk individu yang mandiri. Saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada subjek adalah agar subjek sebagai penyandang tuna netra dapat meningkatkan keterampilan sosialnya menjadi lebih baik, terutama bila berada di lingkungan baru dan dengan orang yang baru sehingga terjalin komunikasi yang baik antara subjek dengan lingkungan sekitarnya yang didominasi oleh orang normal. Saran yang dapat diberikan penulis kepada masyarakat di lingkungan sekitar subjek adalah agar dapat melindungi dan membantu subjek yang memiliki keterbatasan sebagai penyandang tuna netra jika sedang mengalami kesulitan. Hal ini dapat membuktikan bahwa subjek sebagai penyandang tuna netra tidak dikucilkan dan dibeda-bedakan oleh warga lingkungan sekitar di manapun subjek berada. Saran yang dapat diberikan penulis bagi penelitian selanjutnya adalah agar dapat memperbaharui dan mengembangkan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya, misalnya penelitian tentang keterampilan sosial pada subjek tuna daksa dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Daftar Pustaka Caldarella, P & Merrel, K. W. (1997). A child and adolescent social skills. Taxonomy. Utah: Utah State University. Davison, G.C., Neale, J.M. & Kring, A.N. (2006). Psikologi abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi anak berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdiknas. Gerungan. 1991. Psikologi sosial. Kajarta: PT. ERASCO. Goleman, D. (1999). Emotional intelligence, mengapa EI lebih penting dari pada IQ. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. (1999). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Heru Basuki. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya.Jakarta: Penerbit Gunadarma. Lhany. 2009.Anak Tuna netra. Available at http://meilanikasim.wordpress.com/2009/05/27/anak berkebutuhan-khusus/ Merrel, Kenneth. W & Gimpel, Gretchen. A. (1997). Social skills of children and adolescents. Conceptualization, Assessmant treatment. London: Law rence Erlbaum Associates,.Inc. Moloeng, L. J. (1999). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moloeng (1990). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Moloeng L. J. (2004). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : Rosdakarya offset. Munandar, U.S.C. (2002). Kreativitas dan keberbakatan strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Poerwandari, E. K. (2001) Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Universitas Indonesia. Poerwandari, E. K. (2005) Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Universitas Indonesia. Soekini & Suharto. 1977. Pendidikan anak-anak tunanetra. Jakarta: departemen Pendidikan dan kebudayaan. Somantri, S. 2006. Psikologi anak luar biasa. Bandung: PT. Rafika Aditama. Supratiknya, A. (1993). Psikologi kepribadian 1, teori-teori psikodiagnotik (Klinis). Yogyakarta : Kanisius Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan Bahasa Indonesia. (1991). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Yanti-Desvi pdf. (2005). Keterampilan sosial pada anak menengah akhir yang mengalami gangguan perilaku. HYPERLINK "http://www.google.com" http://www.google.com

Anak Berkebutuhan Khusus ANAK TUNANETRA A. Pengertian Tunanetra Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris visually handi…

Panti pijat harapan sehat 15/01/2022

Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln. RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto, Sukoharjo
Melayani massage untuk pria dan wanita segala usia
Anda yang pegal2, keseleo, pijat lulur dll
Buka pkl. 07.00-pkl. 21.00 WIB
Yunita lestari WA: 085647610580
Kesehatan anda kebahagiaan kami 💪💪💆🏻‍♂🖐🏻😊

Panti pijat harapan sehat Griya Pijat Harapan Sehat
Beralamat di Jln. RAYA Bekonang-Sukoharjo nongko rt01 rw01, , Polokarto,

Want your practice to be the top-listed Clinic in Sukoharjo?
Click here to claim your Sponsored Listing.

Telephone

Website

Address

Nongko Rt01 Rw01 (perempatan Nongko), Ngombakan, Polokarto
Sukoharjo
57555

Other Sukoharjo clinics (show all)
RSO Prof.DR.R. Soeharso Surakarta RSO Prof.DR.R. Soeharso Surakarta
Jalan Jend. A. Yani, Pabelan, Kartasura
Sukoharjo, 57162

Cepat - Akurat - Aman - Nyaman (CEKATAN)

New gendon optik New gendon optik
Sukoharjo, 57514

Optik Berkelas Dunia

KODO Herbal KODO Herbal
Sukoharjo, 57512

Kami menyediakan berbagai macam rempah dan herbal asli yang berkualitas dengan harga terjangkau.

Madu Kunir Putih Plus - Griya Herba Madu Kunir Putih Plus - Griya Herba
D. A Tangkil Baru RT. 3/7 Manang Kec. Grogol
Sukoharjo, 57552

🔸 Membantu Memelihara Kondisi Kesehatan Pada Penderita Kanker. 🔸 POM TR 226003921

Optik B. Riski Sukoharjo Optik B. Riski Sukoharjo
Sebelum Gereja Atsu Jalan Slamet Riyadi 22 A Balesari Rt 1/5 Gayam. Sukoharjo
Sukoharjo, 57514

Sehat Center Sehat Center
Jalan Wandyo Pranoto 23
Sukoharjo

Agen Sehat Mata Limatta Sukoharjo Agen Sehat Mata Limatta Sukoharjo
Jalan Fajar Abadi No. 27, Tegalrejo, Purbayan, Kec. Baki, Kabupaten Sukoharjo
Sukoharjo, 57556

Agen Sehat Mata Limatta Sukoharjo – KABAR GEMBIRA UNTUK ANDA MASYARAKAT SUKOHARJO. KINI SEHAT MATA LIMATTA DAPAT DENGAN MUDAH ANDA DAPATKAN DI KOTA SUKOHARJO. LEBIH CEPAT DAN PRAKT...

Rafik Herbs Rafik Herbs
Sukoharjo, 57572

Untuk pembelian prodak bisa klik link di bawah ini http://sites.google.com/view/rafik-herbal

Sakha pijat bayi Sakha pijat bayi
Tegalan Rt 1 Rw 4 Kateguhan Tawangsari Sukoharjo
Sukoharjo, 57561

Madu alip Madu alip
Gang Salak 2 Karangtengah 02/06 Ngadirejo Kartasura
Sukoharjo

Assalamualaikum.. Madu asli tanpa Campuran ready

Herbal Sukoharjo Herbal Sukoharjo
Dusun Bedodo Rt 02 Rw 06, Blimbing, Gatak
Sukoharjo, 57557

Distributor resmi cabang Sukoharjo dari PT Naturindo Surya Niaga

WA 085341802894 Alamat Stokist Black Jam K-Link Kota Sukoharjo Jawa Tengah WA 085341802894 Alamat Stokist Black Jam K-Link Kota Sukoharjo Jawa Tengah
Jalan Dokter Muwardi No. 71, Bulusari, Gayam, Kec. Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo
Sukoharjo, 57514

WA 085341802894 Alamat Stokist Black Jam K-Link Kota Sukoharjo Jawa Tengah, Testimoni Black Jam Orig