Ade Putri Paramadita

A very exclusive sneak taste of Locavore's new soon-to-open "restaurant done proper" ... The fifth of our Twelve Nights will see PBK head chef Aga Alvian taking over our kitchens to cook up a never-seen-before selection of dishes from Peggy's menu (opening in Jakarta on 10 January 2024) while special guest Ade Putri will be bringing a curated selection of local craft beers to wash it all down with. Book if you want to secure a place – reservations link in bio.

Akan memandu mengitari area Blok M sekaligus mampir ke pameran JIPFest

Tiket untuk Sabtu (9/9) sudah SOLD OUT.
Tiket untuk Minggu (10/9) dapat dibeli di https://www.loket.com/event/festival-tour-ade-putri-10-sept?fbclid=PAAaa5i8NMIU3kMfOefaqAMf0Kg205rgbXTS3V_28EWJr9E6GlofmvTVI8AQg_aem_AT_ZL2L-sjWHrjrS8Trbv4o3EV1zknEFCdBo3hv_5nQZW4__gFlLNOKagCskV_wabTI

LZGO! 💃🏽

Akhir bulan ini di gelaran Food & Hotel Indonesia di JiExpo PRJ Kemayoran, Njonja akan memandu acara padu padan wine Sababay Winery dengan sejumlah makanan bercita rasa lokal.

Daftar di https://fhi.imasia-passport.com/en/user/register

Get ready for one of greatest extreme music festival in Jakarta this year!
This is NOXA FEST V
Sunday, 4 june 2023
at Gudang Sarinah (outdoor)
Pancoran , Jakarta Selatan

With line up :


official
official




Promoted by :official
id

Supported by :



pondokgede

Media partner :radio








id


merch.cloth



**abumi.gigsinfo
konser



Ticket box :
xtrm

Culinary Storytellers not just review some food with their five senses, they also educate, document, and then pass down cultural traditions to the society and future generations. Join our next exciting session about Culinary Storytelling with Chef Adrian Aryo and Culinary Storyteller, Ade Putri Paramadita.

Reserve your seat now on https://nextgenfestival.plazaindonesia.com/

FREE ADMISSION

Get an e-certificate by joining this session.






•••

Repost

Belajar bahasa Jerman 🤓
Bis später! 👋🏼

Terima kasih Mbak sudah membelikan majalah ini di Jerman dan mengirimkannya sampai ke Jekardah. Kamu memang terbaik! 🥰😘

Krunch, krunch! 🤓

Kam penasaran deng kekayaan alam yang jadi sumber pangan dari Tanah Papua? Tra usah pikir panjang, merapat sudah di Temu Netizen: Torang Pu Alam yang Penuh Rasa!

Akan ada Kaka Yulince Zonggonau yang bercerita tentang keanekaragaman hayati di Papua, Kaka Ade Putri Paramadita yang akan berbagi pengetahuan tentang tong pu kekayaan kuliner Nusantara, termasuk dari Tanah Papua, deng Kaka Astrid Enricka yang akan memasak makanan khas Papua.

Jangan lupa registrasi di https://econusa.id/id/acara/

Sampai jumpa di sana, eh!



•••

Repost .id

The Brazen Head di Dublin, berdiri sejak tahun 1198 M dan masih berjalan hingga saat ini. Menurut legenda, Robin Hood sering mengunjungi tempat ini untuk berlindung atau sekadar menikmati bir. Meski fakta ini sulit dikonfirmasi kebenarannya, terkadang legenda dari sebuah sejarah hanya bisa diingat melalui tradisi lisan. Pub ini juga merupakan salah satu yang tertua di Irlandia.

Bebek Tangkap… hap!

Sedang memberi tantangan ke diri sendiri untuk (sebisanya) nggak belanja bahan makanan dulu. Pokoknya, menghabiskan persediaan bahan di dapur & kulkas. Baru dimulai di 1 Mei kemarin, jadi baru beberapa hari saja. Nah, p**ang bermain ke rumah ilalang-nya Mas , aku sempat dibawakan daun temurui (salam koja, daun kari) serta belimbing wuluh yang dipetik langsung dari kebun di sana. Mikir d**g, “Hmmm… Bikin apa yah?”

Kebetulan di lemari pembeku, ada stok bebek ungkep yang siap digoreng. Nah, langsung saja ku buat Bebek Tangkap dan Sambal Kemangi Wuluh!

Daun temurui, daun pandan serta daun jeruk digoreng dalam minyak kelapa secara terpisah. Lantas minyaknya dipakai untuk menggoreng bebek, tapi sebentar saja. Sengaja, demi mendapatkan daging bebek yang lembut. Toh, sudah diungkep dengan baik. Setelah diangkat dan ditiriskan, dijadikan satu dengan dedaunan aromatik yang sudah digoreng sebelumnya deh.

Belimbing wuluhnya sendiri ku jadikan sambal. Resepnya akan ku unggah di tanggal 24 Mei ini ya — seperti biasa: kita unggah aneka di tanggal 24 tiap bulannya, menuju Hari Sambal Nusantara pada 24 November mendatang 🌶️

Untuk karbonya, ada Nasi Woku. Nah, ini adalah campuran beras putih, beras konnyaku serta jelai, dengan tambahan Sambal Woku bubuk-nya . Ditambah bawang merah goreng nan renyah, betapa aduhai. Jadi deh santap siang buat dihabiskan bareng teman-teman kost!

Perjamuan di meja dapur ✨

Sabtu silam, Mas mengundangku bertandang untuk bercengkerama dan menikmati sajian buatannya.

Diawali dengan membuka tutup saji nan kece, sudah tersedia semangkuk saus encer berwarna gelap dengan irisan cabai berenang-renang. “Ini makan yang berantakan saja ya,” ujar Mas Alex. Tudung saji besar dibuka, memamerkan bongkahan pomelo dan nanas, irisan mangga, cabai merah besar, bombay merah dan daun mint. Di sebelahnya, daun romaine lettuce p**a telah menanti. Daun ini bisa dipakai sebagai pembungkus aneka buah tadi. Lantas, tuangi saus encer untuk memperkaya rasa. Manis, masam, gurih… Ditambah teri jengki goreng nan asin dan renyah, ramai sekali isi mulut jadinya.

Untuk makan siang, Mas Alex memasak gulai dengan basis basa gede khas Bali, berisi ikan tenggiri, udang, kentang kecil, tomat hijau serta zucchini. Segenggam daun kari serta daun kemangi segar ikut dimasukkan ke panci. Aromatik! Disantap dengan nasi hangat… Duh!

Selama berada di meja dapur, obrolan kami terus mengalir. Dari yang santai hingga cukup serius, diselingi gelak tawa. Lantas jadi teringat bagaimana kebiasaan di rumah dulu untuk selalu menyempatkan makan bareng sekeluarga. Tak sekadar makan, tapi juga saling bercerita mengenai keseharian masing-masing. Semua ditemani santapan yang tak hanya mengenyangkan, namun p**a menenangkan.

Pengikatnya adalah santapan.
Penghangatnya adalah kebersamaan.
Penjaganya adalah pertemanan.

PS: ini adalah unggahan apresiasi untuk Mas Alex yang sukses membuatku masih kemecer ketika menulis ini, membayangkan saus manis masam gurih buatannya. “Mas, ada 25 juta?”

Kriuk! Kriuk!
Pada banyak sajian masakan Indonesia, selain cita rasa sedap, ramainya tekstur juga kerap tak disadari, merupakan bagian yang bersifat adiktif. Iya, nagih. Makanya, kerupuk, keripik, rempeyek, emping, tak asing lagi bagi kita.

Dua bulan lalu, menemani dari Jerman menjelajah Jakarta untuk liputan seputar kerupuk. P**a ada yang mendokumentasikan perjalanan kami dengan apik. Seharian dipenuhi cerita yang terus mengalir, serta kunyahan berlanjut ini itu.



•••

Repost
The latest for : a story on Indonesian addiction to small things collectively known as kerupuk and keripik (crackers and chips). Based on intelligence tips by 😁

Written by David Pfeifer
Picture Editor .feigl

Dulu, kalau Ibu ke Surabaya, beliau kerap membawa bebek songkem sebagai buah tangan. Bebek utuh ini selalu datang dalam bungkusan daun pisang. Dagingnya lembut, basah karena diolah dengan cara dikukus, namun punya aroma smokey yang khas. Ternyata, sajian khas P**au Madura ini memiliki cara masak yang unik — yaitu dengan memasukkan batang gedebong pisang pada dandang. Dari situlah rupanya aroma ini muncul.

Kerap didagangkan sebagai bebek versi sehat karena proses pengukusan ini, aku sendiri lebih fokus pada kenikmatan rasanya. Berbalut bumbu serta rempah gurih dan lumayan pedas, di RM Pak Salim, bebek songkem disajikan dengan lalapan dan sambal pencit. Nah, sambalnya ini sungguh istimewa. Mangga muda kecut diserut halus, dan ditambah ulekan rawit merah. Asin, kecut, pedas nonjok. Nggak pakai basa basi. Tapi ya itu: nagih, jek.

Kalau nggak kuat pedas, bebek songkemnya bisa digoreng. Lumayan meluruhkan rasa pedasnya, walaupun jadi menghilangkan aroma smokey khas sajian ini. Jangan lupa pesan es legen. Minuman yang diambil dari buah siwalan ini rasanya manis. Aku biasanya minta es batu yang banyak untuk menurunkan kadar manisnya, dan menambahkan sedikit garam untuk membuat lapisan rasa baru — menjadikannya lebih segar.

📍 : Bebek Songkem Pak Salim, Jl. Raya Ketengan No. 85, Tunjung, Burneh, Bangkalan, Madura, Jawa Timur
Harga: Nasi Bebek Songkem Kukus IDR 23K, Nasi Bebek Songkem Goreng IDR 24K, Es Legen IDR 6K

Bò Nướng Lá Lốt 🥩🍃

Daging sapi dicacah dengan pisau, dibumbui, dibungkus daun karuk, kemudian dipanggang di atas bara api hingga matang. Gigitan pertama mengantar aroma daun yang wanginya khas dengan tambahan smokey tipis, yang kemudian disusul umami khas daging sapi berbalut bumbu gurih manis ringan. Itulah Bò Nướng Lá Lốt, sebuah santapan khas Vietnam yang begitu memikat.

Daun karuk ini serupa daun sirih, masih dalam famili Piperaceae. Tipis namun memiliki sensasi gigit bak kertas — mengingatkanku pada daun melinjo tua, namun lebih tipis. Aromanya pun tak setajam daun sirih biasa, namun dengan profil yang sama. Bò Nướng Lá Lốt atau Bò Lá Lốt, biasa disajikan dengan taburan kacang tanah panggang, dan saus yang berbeda-beda di tiap tempat. Njonja sendiri lebih senang menyantapnya begitu saja tanpa kondimen apa pun.

Ketika berkelana di Vietnam, sempat beli di sebuah rumah makan di Hue, lantas di sebuah kedai di sudut jalan di Hoi An. Yang di Hue cukup enak. Tapi yang di Hoi An, tiap kali kami memesan, baru dipanggang. Jadi selain masih panas, ada sensasi smokey yang begitu berkesan.

Setibanya di Ho Chi Minh City, Njonja diajak oleh Loan* ke sebuah pojok jalan raya di mana setumpuk Bò Lá Lốt terpampang di samping panggangan yang asapnya mengepul harum penuh rayuan. Bò Nướng Lốt-nya tebal, besar, dengan kaldu lemak daging menetes perlahan, mempertontonkan karakternya. Di sini, Bò Lá Lốt disajikan dengan mayonnaise yang ternyata buatan rumahan. Ketika diicip, teksturnya agak masir. Rasanya gurih creamy. Selain mayo, ada wortel dan lobak yang diacar, tak lupa aneka dedaunan segar aromatik. Duh, kan, menuliskannya saja membuat Njonja kemecer! 🤤

Aaaa… phan tu?! 🫣

N G O P I ☕️

Selama menjelajah Vietnam, selain makan dan nge-bir, ngopi menjadi salah satu kegiatan rutinku. Entah pagi, siang atau sore, pasti menyempatkan ngopi di kedai yang berbeda-beda.

Dimulai dari Vietnamese coffee yang diseduh menggunakan filter phin, yang langsung nonjok semacam, “Wa’dezeggg!“. Standarnya, kopi ini dipanggang hingga gosong. Hitam legam, bold banget. Tapi sekaligus juga akan disajikan manis banget — setidaknya menurut standar lidahku. Biasanya, ku minta tambahan es batu. Selain cuaca panas, aku memang lebih s**a kopi dingin, dan menambahkan es lumayan membantu menurunkan kadar manis.

Setibanya di Hue, mulai bereksperimen: memesan kopi yang konon khas kota ini. Salty Coffee, serta Egg Coffee.

Salty Coffee ini menarik banget. Hadir dengan phin filter layaknya kopi vietnam lain. Tapi di gelas bening yang menampung tetesan kopi, sudah ada foam putih tebal dengan cita rasa manis asin, p**a susu kental manis. Ketika berpadu kopi, rasanya amat aduhai. Legit gurih, aromatik. Penuh pesona.

Sedangkan Egg Coffee, mengingatkanku pada Teh Talua di tanah Minang. Hanya saja, yang ini berpadu kopi pekat. Jadi ketika tiba, lapisan tebal kocokan krim dan kuning telur sudah duduk manis di atas kopi pekat. Lapisan ini pekat, dengan cita rasa legit khas karamel yang menyelimuti lapisan tebal gurih. Ketika diaduk, bercampur kopi… yawlaaaa, nggak kalah memikat!

Tentu, sesekali, mampir juga ke kedai kopi yang p**a membuat seduhan manual — yang ternyata cukup sering dipertanyakan oleh warga lokal, “Ini kopinya dicampur air?“ Maklum, kebanyakan sudah terlalu nyaman dan biasa mengonsumsi kopi kental gelap yang maha nonjok.

P**ang dari Vietnam, tentu saja ku membawa buah tangan seperangkat gelas dengan phin filter, p**a kopi khas Negeri Naga Biru ini.

Slides
1: Salty Coffee
2: Manual Brew
3: Iced Coffee
4: Iced Coconut Coffee
5: Salty Coffee
6: Iced Egg Coffee
7: Iced Coffee
8: Egg Coffee
9: Egg Coffee
10: Orange Cold Brew Coffee

Jajan di pasar nih di Hue: beberapa jenis keong. Sederhana sekali, hanya diolah dengan cabai merah, bawang putih, jahe, serai, dan daun jeruk. Warna merahnya yang menyala ternyata tak segalak penampakannya. Pedasnya pas, tak sempat membuat gobyos waktu menikmatinya. Seporsi yang diukur dengan kaleng bekas kemasan kental manis, dihargai VND 20K hingga VND 50K (setara IDR 6.6K-IDR 32K), tergantung jenis keongnya.

Dari observasi Njonja, keong bulat ginuk ginuk mentul dengan penampang bawah lebih lebar mampu menyerap bumbu hingga pangkal tubuhnya. Jadi ketika ditarik menggunakan tusuk gigi, rasanya gurih pedas dari awal hingga akhir. Tantangan berikutnya adalah: bagaimana piawainya kita menarik isi keong tanpa putus. Seni santap yang “nggemesin” 🥹

Yayasan KEHATI bekerja sama dengan The Body Shop mengadakan sebuah kompetisi reels Instagram. Intinya, membuat video reels mengenai orangutan.

Hadiahnya?
Traveling bareng aku dan Laode, menjelajah ke Batang Toru, Sumatra Utara.

Untuk ketentuan lengkapnya, baca di https://www.instagram.com/p/CpVcVRkPSgj/?igshid=ZWIzMWE5ZmU3Zg== yesss.

Perjalanan Njonja kali ini menjelajah Da Nang, Vietnam. Tanpa ekspektasi, pengetahuan minim — utamanya terkait bahasa. Pemberhentian pertama, di sebuah kios di tepi jalan. Ternyata menjajakan Bánh Xèo — yang sering dialihbahasa Inggris-kan oleh mereka menjadi pancake, walau rupanya lebih menyerupai crêpe. Dibuat dari adonan gurih berbasis tepung beras dan kunyit yang digoreng dalam minyak panas hingga menimbulkan desisan (dalam bahasa Vietnam, hal inilah yang membuatnya dinamakan “xèo”). Adonan ini ditambahkan udang dan babi cincang serta tauge. Sesaat sebelum disantap, bánh xèo akan digunting, lantas diletakkan di atas rice paper tipis lunak, ditambahkan berbagai dedaunan, kemudian dilipat bak lumpia. Sebelum makan, dicelupkan dulu ke saus kacang dengan campuran kaldu babi dan kecap ikan. Nyam! Ku tambahkan bubuk cabai kering ke saus demi lapisan rasa yang semakin kompleks. Tekstur ramai, cita rasa meriah.

Seporsi jajanan pertamaku ini dihargai VND 25K, alias IDR 16K. Puas.

Owkay, kita lanjut menjelajah 😌

Irlandia terkenal akan -nya. Tapi negara ini baru mulai mengembangkan kembali kancah industri bir kriya yang sesungguhnya. Brew Dock mengubah tren bar yang suram di Irlandia dengan foam yang membanjiri permukaan atas gelas bir. Sebanyak 24 tap berisi varian yang diproduksi oleh brewery dari bar tersebut dan lebih dari 100 jenis bir dari seluruh dunia yang disajikan dengan gelas yang sesuai dengan tipe bir tersebut. Sesuatu hal yang jarang ditemukan di Dublin dan merupakan salah satu ciri khas bar-bar di Irlandia.

Foto dipinjampakai dari thrillist.com

Rengginang Lorjuk! ⚡️

Dari hasil menemani seorang wartawan yang meliput kerupuk dan keripik beberapa waktu lalu, jadi kembali “ngeh” akan eksistensi rengginang — keripik dari beras atau ketan yang dibumbui, dikeringkan, lantas diproses goreng atau panggang hingga garing. Bentuk rengginang umumnya bulat pipih, walau ada p**a yang menyerupai mangkuk — entah sebenarnya mau diisi apa 😜

Nah, bumbu rengginang macam-macam. Ada yang sekadar asin tipis, ada terasi, p**a ada ebi, tinta cumi, atau seperti favoritku ini: lorjuk. Sejenis kerang, mirip kerang bambu namun berukuran kecil, dan umum tersapat di Surabaya serta Madura. Gurihnya khas, dan cocok bangetsesekali nyempil di antara dempetan beras padat pada rengginang. Salah satu racun dunia… adiktifnya keterlaluan!

Tim rengginang mana suaranyaaaaa? ☝🏽

Azeeeeeg… Njonja yang ultah, Njonja yang kasih hadiaaaah! 😎🥳

Syarat & ketentuan:
• Jawab pertanyaan yang terdapat di slide ke-4, pada kolom komentar. Tag juga tiga akun temanmu buat ikutan.
• Peserta adalah follower Njonja yang juga follow akun IG
• Domisili peserta di wilayah Indonesia
• Penentuan pemenang ditentukan secara mutlak oleh Njonja dan tim Timbuk2 Indonesia

Semoga beruntung! 😘

44 😌

Telur Tomat 🍳🍅

Mengambil umami dari sisa kepala udang yang ku tumis dengan chapon fat, sisanya sungguhlah hanya kocokan lepas telur ayam kampung dan tomat ceri. Peterseli kering, garam laut dan lada putih. Masak di api kecil, sampai tingkat kematangan yang ku s**a: setengki alias setengah matang. Jadi lembut, menghantarkan gurih dan creamy bak membelai lidah. Kayak gitu gitu aja tapi rasanya gitu banget 👌🏽

Apa menu favoritmu dari olahan telur ayam?

Selama bulan Ramadhan ini, ada menu spesial yang ku buat untuk kalian:
• Pasta Lidah Sambal Kecombrang
• Pasta Udang Daun Jeruk

Iya, sajian pasta dengan cita rasa Nusantara! Kedua menu istimewa ini bisa didapatkan di seluruh outlet .id di Jakarta, Surabaya, Makassar, Palembang dan Bali, hanya sampai tanggal 21 April 2023 mendatang ya.

Selamat mencoba dan semoga cocok dengan seleramu ya ☺️

S a m b a l T e m p e 🌶️🌶️🌶️

Suatu hari, Oom mendaulatku untuk membuat sambal tempe untuk ditandingkan dengan buatan Himma, asisten rumah tangganya. Sekaligus untuk disantap dengan kepala ikan king kobia yang akan dipanggangnya. Okeiiii, siapa takut? 😎

Sama-sama menggunakan tempe — sudah barang tentu. Tapi sengaja ku biarkan dulu tempe di suhu ruangan selama dua hari. Tujuannya? Membuatnya semangit — fermentasi lebih lanjut demi aroma lebih tajam dan tekstur lebih lunak. Proses ini akan menghasilkan umami serta aroma khas yang memang ingin ku dapatkan. Lantas, tempe semangit juga hanya ku goreng tipis saja tak sampai kering. Sisa minyaknya ku pakai untuk menggoreng bawang merah, cabai merah keriting, cabai rawit merah, bawang putih, kencur dan sedikit terasi hingga cukup matang. Semua bahan ku uleh kasar, dengan sedikit tambahan daun kemangi segar yang p**a ikut ku lumatkan. Kucuran jeruk limau sebagai sentuhan akhir, dan… taddaaaaaaa… jadi deh!

Sambal tempe buatan Mbak Himma memiliki komposisi bahan serupa. Hanya bedanya di tingkat kematangan tempe dan bahan-bahan lainnya saja. Serta, tempenya segar — bukan yang semangit. Hasilnya? Sama-sama sambal tempe dengan tampilan agak berbeda dan karakter yang p**a tak sama. Sama-sama sedap!

Nah, ini dia uniknya : namanya sama, bahannya serupa, rasanya bisa berbeze. Demikianlah istilah, “beda tangan, beda rasa“. Beda dapur, beda resep. Beda daerah, beda bahan.
Keanekaragaman kita, p**a beranekaragamnya sambal kita.

Yuk, menuju Hari Sambal Nusantara pada 24 November mendatang, kita mulai mengunggah sambal-sambal favorit dari seluruh penjuru Nusantara. Jangan lupa sertakan tagar , dan mention aku + Chef yaaa. Selamat nyambal dan mengisahkan sambal!

🤍🤍🤍

في السادس عشر من مارس وليومٍ واحد فقط، سيأخذك جيوان في رحلةٍ سريعةٍ إلى إندونيسيا. أنت مدعو للانضمام إلى الضيوف المميزين للاستمتاع بالأطباق التقليدية للمطعم التي تضم مكونات إندونيسية. لا تفوت هذه الفرصة الفريدة كجزء من مهرجان قطر الدولي للأغذية.
لنحتفل معاً بأفضلِ المطابخ العالمية

Only on March 16, Jiwan Restaurant is going Indonesian. You are invited to join special guests to enjoy the restaurant's traditional menu items featuring Indonesian ingredients. Don't miss this unique opportunity as part of the Qatar International Food Festival. Let's
celebrate the 'best cuisines in the world', together!

National Museum of Qatar Javara Indonesia Ade Putri Paramadita

Senang bisa kembali punya kesempatan memperkenalkan tradisi budaya kuliner Indonesia ke manca negara — kali ini di Doha, Qatar, bersama Mbak . Doakan agar semua berjalan lancar ya 🤙🏼
・・・

😍The 12th Qatar International Food Festival (QIFF) will is happening from 11-21 March at Lusail.

👉 Expect unique culinary experiences, restaurants, a cooking theatre, nightly fireworks shows, and live entertainment.

🇶🇦🇮🇩This year's QIFF will honour Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture.

👉The food festival will also feature a special Qatari cultural tent with local delicacies.

🔗Visit iloveqatar.net or click the link in our bio for more info!





・・・