Aneuk nanggroe
Semoga Kita semua terhibur di hari ini.
HARI MAKMEUGANG DLM UNDANG-UNDANG KERAJAAN ACEH
Dalam Qanun Meukuta Alam, Qanun Undang-Undang negara Kerajaan Aceh Darussalam.
Dalam Qanun Meukuta Alam itu disebutkan, sebulan sebalum datangnya hari makmeugang, dlm menyambut bulan suci ramadhan.
Sultan Aceh memerintahkan semua Uleebalang di Aceh utk mendata seluruh fakir miskin, anak yatim, orang sakit (lumpuh), orang buta, dan orang tua (lansia) yang tak lagi mampu mencari nafkah.
Semua data fakir miskin anak yatim, orang lumpuh dan orang buta harus sudah diterima oleh Sultan satu bulan sebelum hari makmeugang, baik hari makmeugang menyambut puasa, maupun hari makmeugang hari raya idul Fitri dan hari makmeugang hari raya idul Adha.
Atas perintah Sultan itu, lalu para Uleebalang memerintah semua mukim yg ada dlm wilayah kuasanya, utk memerintahkan semua Keuchik dlm wilayah kemukimannya, agar semua Kechik itu dapat mendata semua fakir miskin, orang lumpuh, orang buta, dan orang tua yg tak dapat mencari nafkah lagi dlm kampungnya masing-nasing.
Setelah, Keuchik mendata semua itu, Keuchik mengirimkan kepada Mukim, dan Mukim mengirimkan data itu kepada Uleebalang. Setelah Uleebalang memperoleh semua jumlah fakir miskin, anak yatim, orang sakit, orang buta, dan lansia. Lalu Uleebalang baru mengirimkan semua jumlah itu kepada Sultan yg memerintah di kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Aceh menerima semua jumlah fakir miskin, anak yatim, orang sakit, orang buta, dan lansia dari Uleebalang seluruh Aceh. Sultan Aceh pun memerintahkan kepala Tandi Siasah (kepala gudang harta kerajaan) utk mengeluarkan bantuan kerajaan kepada seluruh fakir miskin, anak yatim dan orang sakti, serta orang buta dan lansia berdasarkan jumlah yg diterima Sultan dari masing-masing Uleebalang di seluruh Aceh.
Dalam Qanun Meukuta Alam disebutkan, masing-masing fakir miskin, orang sakit, orang buta dan lansia, mendapat anugerah Sultan untuk menyambut hari makmeugang dan memasuki bulan suci ramadhan, 5 hasta kain, dan sejumlah uang utk daging makmeugang, dan biaya selama bulan puasa.
Semua anugerah Sultan Aceh kepada fakir miskin, anak yatim, orang sakit, orang buta dan lansia dikirim melalui Uleebalang masing-masing. Uleebalang menyerahkan kpd Mukim. Mukim menyerahkan kpd Keuchik. Lalu Keuchik baru membagikan anugerah Sultan itu kpd fakir miskin, anak yatim, orang sakit, orang buta dan lansia yg ada dlm kampungnya nasing-masing.
Qanun Meukuta Alam juga menyebutkan, bila bantuan anugerah Sultan Aceh itu tdk sampai kepada penerima bedasarkan jumlah data yg diretima Sultan, maka Uleebalang yg bertanggung jawab dlm wilayah yg tdk sampai anugerah Sultan itu, Uleebalang tersebut langsung dipecat oleh Sultan Aceh.
Jadi, persoalan hari Makmeugang di Aceh, bukan persoalan main-main. Kerajaan Aceh dulu memasukkan pelaksanaan makmeugang ini dlm undang-undang kerajaan Aceh sebagai konstitusi kerajaan Aceh.
Itu artinya, negara kerajaan Aceh ketika itu bertanggung jawab sepenuhnya, bahwa tidak boleh ada masyarakat Aceh di hari makmeugang itu yg tdk bisa menikmati daging, baik dlm menyambut bulan suci ramadhan, maupun menyambut hari raya idul Fitri dan hari raya idul Adha.
Itu bentuk makmeugang di masa kesultanan Aceh. Setelah Aceh tdk lagi dlm pemerintahan Sultan, tradisi makmeugang ini terus berlangsung dlm masyarakat Aceh.
Kalau masa kerajaan Aceh makmeugang utk fakir miskin, anak yatim, orang sakit, orang buta dan lansia ditanggung oleh kerajaan. Maka, setelah kerajaan Aceh sdh tdk ada. Setelah itu masyarakat Aceh bersolidaritas sendiri membatu fakir miskin dan anak yatim pada hari makmeugang.
Kalau dlm sebuah kampung ada orang kaya. Maka orang kaya tersebut akan menanggung lebih dulu utk menyembelih dua atau tiga ekor kerbau atau sapi, yg dagingnya akan dibagikan pada masyarakat yg kurang mampu pd hari makmeugang.
Kemudian masyarakat kampung akan membayar harga daging makmeugang itu, setelah panen tahun depan (bayeue lheuh keumuekoh thon ukeue). Sehingga, orang kampung yg kurang mampu membeli daging pd hari meugang tdk berpikiran lagi.
Karena, utk kebutuhan daging makmeugang sdh ditanggung sementara, oleh orang kaya dlm kampung itu yg daging itu bisa dibayar setelah panen tahun depan. Dan ini sangat terbantu fakir miskin di kampung-kampung di Aceh dahulu.
Kemudian, dahulu seorang Keuchik belum bisa tidur pada malam makmuegang, kalau masih ada warga kampungnya yg hana mupat sie lom singeh uroe makmuegang. Biasanya, Keucik mendatangi keluarga miskin dlm kampungnya, menanyakan apa sdh ada daging utk hari makmeugang besok.
Kalau ada diantara warga kampung yg kurang mampu utk membeli daging makmeugang, maka Keuchik akan menanggung daging makmeugang utk keluarga miskin itu. Begitulah peran Keuchik dlm sebuah Gampong di Aceh dulunya.
Begitulah istimewanya hari makmeugang bagi orang Aceh.
PUTRIE PAHANG (PUTROE PHANG)
KAMALIAH (JAMILAH) BINTI SULTAN
PAHANG. (1590 - 1619).
--------------------------------
Subhanallah wabihamdihi Subhanallahil'adhim Astagfirullah.
PADA ABAD KE-17 KESULTANAN ACEH DARUSSALAM DIBAWAH PIMPINAN SULTAN ISKANDAR MUDA MENGALAMI MASA KE-EMASAN KERAJAAN ATJEH.
ATJEH TERMASUK SALAH SATU NANGGROE SUPER POWER, KEKUATAN ADI DAYA DI DUNIA KHUSUSNYA DI KAWASAN SELATAN MALAKA.
YANG MELIPUTI :
TANAH MELAYU (MALAYSIA) & ATJEH DALAM SATU BENDERA DAN UNDANG2 TATANAN NEGARA DALAM BINGKAI NANGGROE ATJEH DARUSSALAM.
***
Dalam bulan Juli 1613, Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, Raja Aceh yang masyhur gagah perkasanya itu, telah menghantar suatu angkatan perang laut yang besar datang menyerang dan mengalahkan Negeri Johor, Batu Sawar dan Kota Seberang.
Bandar-bandar utama di Negeri Johor masa itu telah diduduki oleh orang-orang Aceh.
ISKANDAR MUDA SENDIRI MENGKEPALAKAN ANGKATAN PERANG ACEH YANG MENYERANG NEGERI JOHN ITU.
Sultan Alauddin Riayat Syah III, adinda baginda Raja Abdullah serta Bendahara (Perdana Menteri) Johor Tun Sri Lanang dan beberapa ramai pengiring-pengiring Sultan Johor telah ditawan dan dibawa ke Negeri Aceh.
Setelah beberapa tahun di Aceh, Sultan Alauddin Riayat Syah III berjanji tidak akan lagi membantu Portugis yang telah menduduki Malaka, maka Sultan Iskandar Muda membebaskan Sultan Alauddin dan diantar kembali serta ditabalkan kembali sebagai Sultan Johor.
Akan tetapi ternyata Sultan Alauddin Riayatsyah III ternyata berkhianat dan bekerjasama dengan Portugis untuk memperluas jajahan mereka di Semenanjung Melayu.
Alauddin membantu Portugis untuk mengangkat Raja Bujang menjadi Raja Pahang. Raja Bujang sebelumnya adalah seorang pangeran Pahang yang telah bersumpah setia kepada Portugis.
MAKA, SEPTEMBER 1615.
Sultan Iskandar Muda menyerang Johor kembali dengan angkatan perang yang besar, Sultan Alauddin ditangkap dan dibawa (lagi) ke Aceh sampai meninggal.
“Oleh sebab orang Portugis telah menolong Sultan Johor menaikkan Raja Bujang menduduki Kerajaan Negeri Pahang, pada tahun 1617 Sultan Aceh telah mengeluarkan Angkatan Perang Aceh menyerang Negeri Pahang dan laskar-laskar Aceh yang datang itu telah membinasakan daerah di Negeri Pahang.
Raja Bujang melarikan diri, sementara ayah mertuanya,
Raja Ahmad, dan putranya yang bermana Raja Mughal serta 10.000 rakyat negeri Pahang ditawan ditahan dan dibawa ke Negeri Aceh.
SEORANG PUTRI DARI KELUARGA DIRAJA PAHANG, YANG BERNAMA PUTRI KAMALIAH, JUGA TURUT DIBAWA KE ACEH, YANG KEMUDIAN DI-PERISTRI OLEH SULTAN ISKANDAR MUDA MEU KUTA ALAM, DAN PUTRI PAHANG ITU TERMAYHUR DALAM SEJARAH ACEH KARENA KE- BIJAKSANANYA DAN DISEBUT OLEH ORANG-ORANG ACEH PUTROE PHANG.
***
DI BALIK KESUKSESAN SEORANG LAKI-LAKI, PASTI ADA SEORANG WANITA YANG TERSEMBUNYI DIBALIK TABIR.
Bagi Sultan Iskandar Muda, perempuan di balik tabir itu adalah permaisurinya yang bernama Puteri Pahang atau
lebih dikenal dengan sebutan "PUTROE PHANG" YANG BERNAMA "KAMALIAH".
Perkenalan Sultan Iskandar dengan Puteri Pahang ini berawal ketika Atjeh Darussalam berhasil menaklukkan Pahang dari kekuasaan Portugis.
TENGKU KAMALIAH ADALAH, SEORANG PUTRI YANG BERASAL DARI KESULTANAN PAHANG,(MALAYSIA) YANG MENJADIKAN SEBAGAI PERMAISURI SULTAN ISKANDAR MUDA, DARI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM, YANG KEMUDIAN DI ACEH DIKENAL DENGAN SEBUTAN "PUTROE PHANG.
SETELAH PUTRI SENDI RATNA ISTANA SEBAGAI PERMAISURI MENINGGAL DUNIA, MAKA AKHIRNYA SULTAN ISKANDAR MUDA MEMPERSUNTINGKAN PUTRI JELITA DARI KELUARGA DIRAJA PAHANG.
Bersamaan dengan itu, keluarga istana Pahang bersama sekitar 10.000 penduduknya bermigrasi ke tanah "DARUSSALAM KUTA RAJA" untuk memperkuat askar Sultan Iskandar Muda melawan bala tentara Portugis yang menyebar di seluruh tanah Malaka (Malaysia) yg hendak menyerang Kesultanan Aceh.
SULTAN ISKANDAR MUDA,
RUPANYA TERTARIK DENGAN SEORANG PUTERI DARI PAHANG YANG BERNAMA "PUTERI KAMALIAH.
Puteri Kamaliah kemudian dinikahi Sultan Iskandar Muda dan diangkat menjadi permaisurinya.
Karena Puteri Kamaliah berasal dari Pahang, rakyat Aceh memanggilnya dengan "PUTROE PHANG.
NAMA ASEULI" PUTROE PAHANG" ADALAH PUTERI
"JAMILAH" ada yang menyebut “KAMALIAH” yang juga terkenal dengan nama PUTROE PHANG.
SIMBOL CINTA SULTAN.
sebagai Bukti cinta Sultan Iskandar Muda terhadap Putroe Phang adalah "BANGUNAN GUNONGAN, ATAU DISEBUT TAMAN PUTROE PHANG".
Yang berada di Taman Tuanku Permaisyuri Putri Pahang.
BANGUNAN TERSEBUT DIBANGUN UNTUK MEMBUKTIKAN CINTANYA KEPADA PUTROE PAHANG.
PERKAWINAN SULTAN ISKANDAR MUDA DENGAN PUTERI KAMALIAH DIANUGERAHI SEORANG PUTERI YANG BERNAMA
"PUTERI SARI ALAM" YANG MENIKAH DENGAN "SULTAN ISKANDAR TSANI.
Sultan Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah Ibni Almarhum Sultan Ahmad Syah II atau nama sebenarnya" RAJA HUSEIN" adalah Sultan Aceh ke-13.
Baginda merupakan anak kandung Sultan Pahang dan setelah suaminya itu meninggal. Puteri Sari Alam naik tahta menjadi Sultanah dengan gelar Sultanah Tajul Alam Safiatuddin.
"PUTERI KAMALIAH" Terkenal karena cerdas dan bijaksana dalam memutuskan persoalan yang dihadapi masyarakat Atjeh Darussalam serta Tanah Melayu (Malaysia).
AL-KISAH
Pada suatu hari,
terdapat kasus pembagian harta waris dengan dua ahli waris yakni seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki.
Adapun harta yang menjadi objek pembagian adalah berupa sawah dan rumah. Diputuskan bahwa anak perempuan mendapatkan sawah sedangkan anak laki-lakinya mendapat rumah.
Anak perempuan tersebut tidak menerima keputusan tersebut dan melakukan banding. Mendengar Keputusan tersebut, "PUTROE PHANG" langsung meresponnya dan membela perempuan tersebut dengan argumen bahwa wanita tidak mempunyai rumah dan tidak dapat tinggal di meunasah (mushalla) sedangkan anak laki-laki dapat tinggal di mushalla.
Oleh Sebab itu....!
yang layak menerima rumah adalah wanita sedangkan yang layak menerima sawah adalah anak laki-laki.
Argumen "PUTROE PHANG"
Yang kemudian disetujui oleh Sultan Iskandar Muda.
Maka Sejak saat itu....!
Puteri Kamaliah yang lebih dikenal oleh masyarakat Melayu sebagai Putroe Phang itu menjadi rujukan dalam penyelesaian masalah hukum.
Kerja sama Sultan Iskandar Muda yang gagah, berani, dan adil dengan Permaisuri tercinta Putri Pahang yang bijaksana dan selalu membela rakyat yang lemah terutama wanita dan kaum papah mengantarkan kejayaan Melayu menuju masa keemasan.
Di samping itu......!
"PERMAISURI PUTROE PHANG" Merupakan Memiliki pemikiran yang "BIJAKSANA" Dan berkontribusi bagi pembangunan yang merata di suluruh wilayahnya, terdapat p**a beberapa lembaga pemerintahan. Secara struktural.
Sultan Iskandar Muda merupakan pemimpin eksekutif tertinggi yang dibantu beberapa pejabat tinggi. Mereka adalah :
1. QADHI MALIKUL ADIL,
dengan empat orang m***i di bawahnya,
2. Menteri Dirham (keuangan),
3. Baitul Mal yang dibawahnya ada Balai Furdhan (bea cukai).
Di samping lembaga eksekutif terdapat p**a lembaga musyawarah yang terdiri atas :
1. BALAIRUNG SARI,
terdiri atas empat anggota hulubalang
2. BALAI GADING,
terdiri atas 22 ULAMA
3. Balai Majelis Mahkamah Rakyat (Parlemen), terdiri atas 73 anggota yang mewakili setiap mukim (73 daerah wilayah).
Balai Sari dan Balai Gading masih merupakan Masih lembaga eksekutif, sedangkan Balai Majelis Mahkamah Rakyat masuk dalam rumpun lembaga legislatif.
Lembaga-lembaga ini secara resmi dibentuk pada tanggal 12 Rabiul Awal 1042 (1633) dan ditulis dalam suatu undang-undang yang disebut dengan :
"QANUN AL-ASYI DARUSSALAM"
PUTROE PHANG, SANGAT BERPENGARUH DALAM PEMERINTAHAN ATJEH, DAN PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG KERAJAAN SAMPAI-SAMPAI
LAHIRLAH WADAH :
ADAT BAK POE TEMEUREUHOM
Adat dari Mahkota Alam
HUKUM BAK SYIAH KUALA
Hukum daripada Syeh Syiah Kuala (Seorang 'ulama besar Melayu)
(M***I KERAJAAN ACEH)
QANUN BAK PUTROE PHANG
Qanun pada Puteri Pahang
REUSAM BAK BENTAR (Hulubalang)
Kebiasaan masyarakat yg disepakati bersama2 dengan hulubalang pada wilayah masing2.
SETELAH SEKIAN LAMA MENDAMPINGI SULTAN ISKANDAR MUDA DAN MEMBELA RAKYAT-NYA, MAKA "PUTROE PHANG" BERPULANG KERAHMATULLAH
KETIKA PUTRI PAHANG MANGKAT, (MENINGGAL DUNIA) upacaranya dilakukan dengan megah dan khidmat.
Kain jendela dan tirai Istana Keraton "DARUD DONYA" diganti dengan kain warna hitam. Upacara pelepasan dilaksanakan dengan khidmat seperti Yang Tercatat sejarah :
“Ketika jenazah diturunkan dari Istana, Sultan Iskandar Muda turun di depan, didampingi dua bentara Kesultanan yang berpakaian serba hitam berselempang merah.
Yang di sebelah kanan memegang pedang terhunus bersandar di bahu kanannya dan yang disebelah kirinya memegang payung hitam terbuka yang disebut PAYOONG PANYANG-GO'.
Di Mideuen (halaman istana) telah siap segenap barisan dan setelah berhenti sejenak tampil ke muka bentara Keujruen Tandil Kesultanan Darud Dunia
(Tandil Mujahid Chik Seri Dewa Purba) untuk mengucap berita duka dan memohon doa selamat kepada Allah SWT serta selawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Keranda jenazah yang berhias serba indah dengan hiasan keemasan dan permata diletakkan di atas tandu keemasan yang berbentuk segitiga.
Masing-masing ujung segitiga dipikul oleh tiga pembesar dan tiga dewan negara, yaitu :
dewan Mong-mong Panglima Angkatan Laut, Dan Angkatan Darat.
Didepan sekali berdiri Ketua Dewan M***i empat (Khuja Madinah) yang lebih terkenal dengan KHUJA PAKEH yang berpakaian serba putih
(sorban dan jubah) dengan tongkat di tangan kanannya.
Di belakangnya diikuti dua pembesar negara Perdana Menteri Seri Ratna Bijaya Sang Raja Meukuta Dilamcaya yang bernama Orang Kaya Seri Maharaja Laila dan Qadli Malikul Adil, keduanya memegang jambangan air mawar yang dibuat dari emas berhias permata.
Di belakang mereka,
dua orang Bentara yang membawa jambangan teurapan-geutanggi yang mengeluarkan asap dari pembakaran ramuan-ramuan setanggi yang harum semerbak baunya.
Di sebelah kanan keranda
(peti jenazah) berdiri Laksamana Meurah Ganti yang berpakaian serba hitam, berselimpang merah serta pedang yang terhunus bersandar di bahunya.
Di sebelah kiri berdiri Bentara Tandil (Datuk Bendahara Muhammad Tun Sari Lanang) yang mengembangkan payung kuning keemasan yang berumbai mutiara ke atas keranda dan beliau juga berpakaian hitam dan teungkulook leumbayung di kepalanya, serta berselempang merah.
Di bagian belakang jenazah
(diantara dua cabang tandu) berdiri Seri Sultan Iskandar Muda yang diikuti di belakangnya sebelah kanan oleh Putera Mahkota (PUTROE CUT) dan di belakang sebelah kiri adalah menantu beliau, Pangeran Husain Mughayat Syah bin Sultan Ahmad Perak anak dari Sultan Perak Tanah Melayu (Malaysia).
Di belakangnya barulah barisan menteri-menteri dan raja-raja serta iringan yang berjumlah ratusan mengikuti di belakang mereka.
Setelah selesai ucapan berita duka barisan bergerak menuju
MASJID RAYA BAITURRAHMAN
dan setelah selesai upacara shalat jenazah, JENAZAH KEMBALI
KE ISTANA DARUD DONYA,
DAN TERUS MENUJU PADA PEMAKAMAN PARA SULTAN.
Keranda jenazah dibawa masuk ke dalam makam lalu dilaksanakan upacara pemakaman.
Yang turun ke dalam liang lahat adalah Laksamana Meurah Ganti dan Datuk Bendahara Muhammad Tun Seri Lanang
(Bentara Tandil Samalanga).
JENAZAH PUTROE PAHANG,
Dalam keranda ditutup lalu di timbun dengan tanah sebagaimana biasa dan acara pemakaman pada umumnya
UMMAT MUSLIM.
SEMOGA ALLAH CUCURKAN
RAHMAD-NYA PADA BELIAU.
Aamiiin Aamiiin Aamiiin.
Assalamualaikum
Apa kabar sahabatku semua
Siganteng
Assalamualaikum
Asalamu'alaikum..
*_"SEUNTAI DO'A PAGI UNTUK KELUARGAKU, SAUDARA"KU & SAHABAT"KU*
*بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم*
*اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا.*
*YA ALLAH*
_*Kami bersyukur kepadaMu karena telah menjaga tidur kami dan membangunkan kami kembali di pagi ini.*_
_*Engkau telah ijinkan kami kembali hidup memulai hari yang indah ini*.
*Jadikanlah hari ini penuh keindahan, dengan rahmatMu yang berlimpah*
_*Berikanlah hati kami kedamaian, ketenangan dan keiklasan*.
_*Berikanlah kami kejernihan pikiran* *sehingga dapat dengan bijak dan sabar menyikapi segala ujianMu*.
*Hilangkan kelelahan kejenuhan dalam diri kami* *_Sehingga kami bisa memberi yang terindah bagi keluarga, saudara, dan sahabat" kami_*
*YA ALLAH*
_*Berikanlah kasihMu* *Rahmat Mu*, *Perlindungan Mu, CahayaMu untuk keluargaku,saudara"ku- & sahabat" ku yang membaca untaian do'aku ini.*_
*Berkahilah umurnya* ..._
_*Berilah kesehatan padanya*._
Assalamualaikum...
Apa kabar sahabat semua.
Sumedang, 6 November 1908
HARI itu.. tepat 11 Desember 1906, Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja kedatangan tiga orang tamu. Ketiganya merupakan tawanan titipan pemerintah Hindia Belanda. Seorang perempuan tua renta, rabun serta menderita encok, seorang lagi lelaki tegap berumur kurang lebih 50 tahun dan remaja tanggung berusia 15 tahun.
Walau tampak lelah mereka bertiga tampak tabah. Pakaian lusuh yang dikenakan perempuan itu merupakan satu-satunya pakaian yang ia punya selain sebuah tasbih dan sebuah periuk nasi dari tanah liat.
Belakangan karena melihat perempuan tua itu sangat taat beragama, Pangeran Aria tidak menempatkannya di penjara, melainkan memilih tempat disalah satu rumah tokoh agama setempat.
Kepada Pangeran Suriaatmaja, Belanda tak mengungkap siapa perempuan tua renta penderita encok itu. Bahkan sampai kematiannya, 6 November 1908 masyarakat Sumedang tak pernah tahu siapa sebenarnya perempuan itu.
Perjalanan sangat panjang telah ditempuh perempuan itu sebelum akhirnya beristirahat dengan damai dan dimakamkan di Gunung Puyuh tak jauh dari pusat kota Sumedang. Yang mereka tahu, karena kesehatan yang sangat buruk, perempuan tua itu nyaris tak pernah keluar rumah. Kegiatannyapun terbatas hanya berdzikir atau mengajar mengaji ibu-ibu dan anak-anak setempat yang datang berkunjung. Sesekali mereka membawakan pakaian atau sekadar makanan pada perempuan tua yang santun itu, yang belakangan karena pengetahuan ilmu-ilmu agamanya disebut dengan Ibu Perbu.
Waktu itu tak ada yang menyangka bila
perempuan yang mereka panggil Ibu Perbu itu adalah "The Queen of Aceh Battle" dari Perang Aceh (1873-1904) bernama Tjoet Nyak Dhien. Singa betina dengan rencong ditangan yang terjun langsung ke medan perang. Pahlawan sejati tanpa kompromi yg tidak bisa menerima daerahnya dijajah.
Hari-hari terakhir Tjoet Nyak Dhien memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi. Jauh dari tanah kelahiran dan orang-orang yang dicintai. Gadis kecil cantik dan cerdas dipanggil Cut Nyak dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat di Lampadang tahun 1848. Ayahnya adalah Uleebalang bernama Teuku Nanta Setia, keturunan perantau Minang pendatang dari Sumatera Barat ke Aceh sekitar abad 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.
Tumbuh dalam lingkungan yang memegang tradisi beragama yang ketat membuat gadis kecil Cut Nyak Dhien menjadi gadis yang cerdas. Di usianya yang ke 12 dia kemudian dinikahkan orangtuanya dengan Teuku Ibrahim Lamnga yang merupakan anak dari Uleebalang Lamnga XIII.
Suasana perang yang meggelayuti atmosfir Aceh pecah ketika tanggal 1 April 1873 F.N. Nieuwenhuyzen memaklumatkan perang terhadap kesultanan Aceh. Sejak saat itu gelombang demi gelombang penyerbuan Belanda ke Aceh selalu berhasil dipukul kembali oleh laskar Aceh, dan Tjoet Nyak tentu ada disana. Diantara tebasan rencong, pekik perang wanita perkasa itu dan dentuman meriam, dia juga yang berteriak membakar semangat rakyat Aceh ketika Masjid Raya jatuh dan dibakar tentara Belanda...!!
"Rakyatku, sekalian mukmin orang-orang Aceh ! Lihatlah !! Saksikan dengan matamu Masjid kita dibakar !! Tempat Ibadah kita dibinasakan !! Mereka menentang Allah !! Camkanlah itu! Jangan pernah lupakan dan jangan pernah memaafkan para kaphe (kafir) Belanda !!". Perlawanan Aceh tidak hanya dalam kata-kata (Szekely Lulofs, 1951:59).
Perang Aceh adalah cerita keberanian, pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah lahir. Begitu juga Tjoet Nyak Dhien. Bersama ayah dan suaminya, setiap hari.. setiap waktu dihabiskan untuk berperang dan berperang melawan kaphe-kaphe Belanda. Tetapi perang juga lah yang mengambil satu-persatu orang yang dicintainya, ayahnya lalu suaminya menyusul gugur dalam pertempuran di Glee Tarom 29 Juni 1870.
Dua tahun kemudian, Tjoet Nyak Dhien menerima pinangan Teuku Umar dengan pertimbangan strategi perang. Belakangan Teuku Umar juga gugur dalam serbuan mendadak yang dilakukan Belanda di Meulaboh, 11 Februari 1899.
Tetapi bagi Tjoet Nyak, perang melawan Belanda bukan hanya milik Teuku Umar, atau Teungku Ibrahim Lamnga suaminya, bukan juga monopoli Teuku Nanta Setia ayahnya, atau para lelaki Aceh. Perang Aceh adalah milik semesta rakyat.. Setidaknya itulah yang ditunjukan Tjoet Nyak, dia tetap mengorganisir serangan-serangan terhadap Belanda.
Bertahun-tahun kemudian, segala energi dan pemikiran putri bangsawan itu hanya dicurahkan kepada perang mengusir penjajah.. Berpindah dari satu tempat persembunyian ke persembunyian yang lain, dari hutan yang satu ke hutan yang lain, kurang makan dan kurangnya perawatan membuat kondisi kesehatannya merosot. Kondisi pasukanpun tak jauh berbeda.
Pasukan itu bertambah lemah hingga ketika pada 16 November 1905 Kaphe Belanda menyerbu ke tempat persembunyiannya.. Tjoet Nyak Dhien dan pasukan kecilnya kalah telak. Dengan usia yang telah menua, rabun dan sakit-sakitan, Tjoet Nyak memang tak bisa berbuat banyak. Rencong pun nyaris tak berguna untuk membela diri. Ya, Tjoet Nyak tertangkap dan dibawa ke Koetaradja (Banda Aceh) dan dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.
Perjuangan Tjoet Nyak Dhien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing hingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu.
Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor, Jauh sebelum dunia barat berbicara tentang persamaan hak yang bernama emansipasi perempuan.
Tjoet Nyak, "The Queen of Aceh Battle", wanita perkasa, pahlawan yang sebenarnya dari suatu realita jamannya.. berakhir sepi di negeri seberang..
Innalillahi wainnailaihi rojiun..
TELAH DITEMUKAN MANUSKRIP
QANUN-AL ASYI.. ACEH DARUSSALAM di MALAYSIA
Sebuah translaterisi manuskrip dari kerajaan Islam Bandar Aceh Darussalam telah ditemukan di perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia. Manuskrip ini merupakan 'Wasiat Sultan Aceh' kepada pemimpin-pemimpin Aceh pada 913 Hijriah pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal hari Ahad bersamaan 23 Juli, 1507.
Isi buku tersebut ialah sebuah kunci untuk rakyat yg di simpan oleh Raja-Raja aceh terdahulu untuk generasi Aceh di masa yang akan datang, isi dalam buku tersebut hanyalah seuntaian wasiat sekaligus nasehat yg dipersembahkan kepada anak cucu generasi Aceh selanjutnya.
Apa yang dilakukan oleh Rakyat Aceh dahulu dalam keseharian mereka sehingga Aceh punya hari yang indah nan gemilang. Satu hal yang perlu dicermati bersama adalah pada saat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Mughayat Syah mengistiharkan “The Aceh Code” atau "Pohon Kerajaan Aceh". "Aceh Code" ini merupakan 21 kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat Rakyat Aceh pada saat itu.
Beginilah transliterasi manuskrip dari Kerajaan Islam Aceh Bandar Darussalam yang bertajuk :
KEWAJIBAN RAKYAT KERAJAAN ISLAM ACEH BANDAR DARUSSALAM
Maka Inilah Pohon (struktur) Kerajaan Aceh Bandar Darussalam
Bismillahirrahmanirrahim, Amma Ba'du
Mulai terdiri Kerajaan Aceh Bandar Darussalam iaitu pada tahun 913 Hijriah pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal Hari Ahad bersamaan 23 Julai, 1507. Atas nama yang berbangsawan bangsa Aceh iaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Johan Ali Ibrahim Mughayat Syah Johan Berdaulat...;
Maka pohon kerajaan mulai tersusun oleh yang berbangsawan tersebut hingga sampai pada kerajaan puteranya yang kuat iaitu Paduka Seri Sultan Alauddin Mahmud Al-Qahhar Ali Riayat Syah...;
Kemudian hingga sampai pada masa kerajaan cicitnya iaitu Raja yang lang-gemilang gagah perkasa yang masyhur al-mulaqaab Paduka Seri Sultan Al-Mukarram Sultan Alauddin Mahkota Alam Iskandar Muda Perkasa Alam Syah Johan Berdaulat Zilullah Fil Alam...;
Iatiu telah ijmak keputusan sabda muafakat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam beserta alim ulamak dan hulubalang dan menteri-menteri...;
Iaitu telah ditetapkan dia dan telah difaftarkan dan iaitu dengan sahih sah dan muktamad dengan memberitahu dan diperintahkan dia dengan mengikut dan menurut menjalankan dan melaksanakan oleh seluruh pegawai-pegawai Kerajaan Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya iaitu diwajib difayahkan di atas seluruh rakyat Aceh Bandar Darussalam dan jajahan takluknya...;
Bahawasanya kita semuanya satu negeri bernama Aceh dan berbangsa Aceh dan berbahasa Aceh dan kerajaan Aceh dan alam Aceh...;
Yakni satu negeri satu bangsa dan satu kerajaan dan satu alam dan satu agama yakni Islam dengan mengikut syariah Nabi Muhammad SAW...;
Atas jalan ahlu-Sunnah wal Jamaah dengan mengambil hukum daripada Qur'an dan Hadis dan qias dan ijmak ulamak ahlu-sunnah wal jamaah...;
Dengan hukum dengan adat dengan resam dengan kanun iaitu syarak Allah dan syarak Rasullulllah dan syarak kami...;
Bernaung di bawah Alam Merah Cap Peudeung lukisan warna putih yang berlindung di bawah panji-panji Syariat Nabi Muhammad SAW...;
Dari dunia sampai ke akhirat dalam dunia ini sepanjang masa :
Pertama, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki lagi mukaallaf dan bukan gila iaitu hendaklah membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan siang-malam iaitu pedang atau s***n panjang atau sekurang-kurangnya rincong tiap-tiap yang bernama senjata.
Kedua, tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau baleeh-baleeh atau meunasah maka pada tiap-tiap tihang di atas puting di bawah bara hendaklah di pakai kain merah dan putih sedikit yakni kain putih.
Ketiga, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh iaitu bertani utama lada dan barang sebagainya.
Keempat, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar dan berlajar pandai emas dan pandai besi dan pandai tembaga beserta ukiran bunga-bungaan.
Kelima, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang perempuan iaitu mengajar dan belajar membikin tepun (tenun) bikin kain sutera dan kain benang dan menjaid dan menyulam dan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang sebagainya.
Keenam, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar jual-beli dalam negeri dan luar negeri dengan bangsa asing.
Ketujuh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar ilmu kebal.
Kedelapan, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki mulai taklif syarak umur lima belas tahun belajar dan mengajar main senjata dengan pendekar silek dan barang sebagainya.
Kesembilan, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib ain belajar dan megajar ilmu agama Islam syariah Nabi Muhammad SAW atas almariq ( berpakaian ) mazhab ahlu-sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
Kesepuluh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan diri daripada belajar dan mengajar ilmu kaum tujuh puluh dua yang di luar ahli sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
Kesebelas, sekalian hukum syarak yang dalam negeri Aceh diwajibkan memegang atas jalan Mazhab Imam Syafi'i r.a. di dalam sekalian hal ehwal hukum syarak syariat Nabi Muhammad SAW. Maka mazhab yang tiga itu apabila mudarat maka dibolehkan dengan cukup syartan ( syarat ). Maka dalam negeri Aceh yang sahih-sah muktamad memegang kepada Mazhab Syafi'i yang jadid.
Keduabelas, sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak boleh pindah dan tidak diambil untuk buat bikin masjid-masjid dan balee-balee dan meunasah-meunasah maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan bahagian ada yang mustahak menerimanya masing-masing daerah pada tiap-tiap kampung maka janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas zakat dan fitrah hak milik yang mustahak dibahagi lapan.
Ketigabelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu kerajaan berupa apa pun apabila fardhu sampai waktu datang meminta bantu.
Keempatbelas, diwajibkan diatas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar mengukir kayu-kayu dengan tulisan dan bunga-bungaan dan mencetak batu-batu dengan berapa banyak pasir dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata yang ditumbok serta batu-batu karang dihancur semuanya dan tanah diayak itulah adanya.
Kelimabelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar Indang Mas di mana-mana tempatnya dalam negeri.
Keenambelas, diwajibkan di atass sekalian rakyat Aceh memelihara ternakan seperti kerbau dan sapi dan kambing dan itik dan ayam tiap-tiap yang halal dalam syarak agama Islam yang ada memberi manfaaf pada umat manusia diambil ubat.
Ketujuhbelas, diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri Maulud akan Nabi SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat menyambung silaturrahmi kampung dengan kampung datang mendatangi kunjung mengunjung ganti-berganti makan khanduri maulut.
Kedelapanbelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa hendaklah pada tiap-tiap tahun mengadakan Khaduri Laut iaitu di bawah perintah Amirul Bah yakni Panglima Laot.
Kesembilanbelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan Khanduri Blang pada tiap-tiap kampung dan mukim masing-masing di bawah perintah Penglima Meugoe dengan Kejrun Blang pada tiap-tiap tempat mereka itu.
Keduapuluh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa tiap-tiap pakaian kain sutera atau benang atau payung dan barang sebagainya yang berupa warna kuning atau warna hijau tidak boleh memakainya kecuali yang boleh memakainya iaitu Kaum Bani Hasyim dan Bani Muthalib yakni sekalian syarif-syarif dan sayed-sayed yang turun menurun silsilahnya daripada Saidina Hasan dan Saidina Husin keduanya anak Saidatina Fatima Zahra Nisa' Al-Alamin alaihassalam binti Saidina Rasulullah Nabi Muhammad SAW; dan warna kuning dan warna hijau yang tersebut yang dibolehkan memakainya iaitu sekalian kaum keluarga ahli waris Kerajaan Aceh Sultan yang raja-raja dan kepada yang telah diberi izin oleh kerajaan dibolehkan memakainya; kepada siapapun.
Keduapuluhsatu, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa jangan sekali-kali memakai perkataan yang hak kerajaan: Pertama titah kedua sabda ketiga Karunia keempat Nugerahi kelima Murka keenam Daulat ketujuh Seri Pada ( Paduka ) kedelapan Harap Mulia kesembilan Paduka Seri kesepuluh Singgahsana kesebelas Takhta keduabelas Duli Hadrat ketigabelas Syah Alam keempatbelas Seri Baginda kelimabesar Permaisuri keenambelas Ta.
Maka demikianlah sabda muafakat yang sahih-sah muktamad daripada Kerajaan Aceh Bandar Darussalam adanya.
Maka hendaklah menyampaikan sabda muafakat keputusan kerajaan kami oleh Hulubalang Menteri kami kepada sekalian rakyat kami ke seluruh Aceh iaitu daerah-daerah dan mukim-mukim dan kampung-kampung dan dusun-dusun timur dan barat tunong dan baruh kepada sekalian imam-imam dan kejrun-kejrun dan datuk-datuk dan kechik-kechik dan wakil-wakil dan sekalian orang yang tuha-tuha dan muda-muda dan sekalian orang yang ada jabatan masing-masing besar dan kecil menurut kadarnya dan ilmunya;
Iaitu mudah-mudahan insya Allah ta'ala dapat selamat bahagia sekalian umat manusia dalam negeri Aceh Bandar Darussalam khasnya dan Aceh jajahan takluk amnya iaitu siapa menjadi manusia yang baik dan berkelakuan yang baik serta tertib sopan majlis dan hormat mulia yang sempurna dengan berkat syafaat Nabi SAW supaya terpeliharalah bangsa kami Aceh dan negeri kami Aceh daripada mara dan bahaya dengan selamat sejahtera bahagia sepanjang masa dan jauh daripada lembah kehinaan dan kesusahan sepanjang hidup;
Supaya terpeliharalah negeri kami Aceh dan alam kami Aceh dan bangsa kami Aceh dengan usaha yang banyak supaya dapat mesra kesenangan bersama-sama iaitu antara rakyat dengan kerajaan dengan bersatu seperti nyawa dengan jasaad serta dengan taqwa dan tawakkal kepada Allah ta'alaa dengan menahan sabar daripada kepayahan maka tentu akhirnya insya Allah ta'ala dapat jadi kebajikan bersama-sama dengan saudara-saudara-saudara Islam yang dalam negeri Aceh dengan berkasih-kasihan dengan mengikut Syarak Allah dan Syarak Rasul dan Syarak Kerajaan.
Sanah 1272 Hijriah ( 1855 Masehi )
***
Inilah Pesan Wasiat Raja Aceh di masa silam untuk rakyat aceh dan generasi selanjutnya, sedangkan dalam buku tersebut masih sangat banyak nasehat-nasehat lain dan hikayat atjeh dimasa silam sebagai mana seorang ulama yg disebutkan dalam buku tsb, telah menulis sebuah hikayat yg intinya dalam hikayat tsb ulama itu memprediksi akan kondisi aceh di masa akan datang akhir dari hikayat ulama tsb mengatakan yg intinya:
“Aceh akan kembali maju pada suatu masa, Pada saat itu jika Lamiet akan kembali kepadaLamiet dan yang hak akan kembali kepada mereka yang berhak menerimanya”
Dari 21 pesan2 raja di atas secara detail dapat disimpulkan bahwa dalam nasehat2 itu mengandung 5 nilai hidup utama yang Islami yg menjadi falsafah dan prinsip yaitu :
1. AMANAH (Amanah direpresentasikan dalam pasal 17, 18 dan 19.)
2. BERANI (Berani terangkum dalam pasal 1, 7 dan 😎
3. DISIPLIN (Disiplin terkandung dalam pasal 2, 9, 10, 11, 12 dan 13.)
4. RAJIN ( Rajin ditemukan dalam pasal 3, 4, 5, 6, 14, 15 dan 16. )
5. SETIA (Setia p**a dapat kita lihat pada pasal 20 dan 21.)
Dari kelima pesan inilah terlukiskan seberapa sayangnya raja-raja dan ulama-ulama atjeh di masa silam dalam menjaga Hak tanah yg suci yg sudah lama mereka perjuangkan dan sebagai rasa cintanya kepada generasi selanjutnya mereka mempersembahkan untaian nasehat yg sangat bermanfaat dan yang tak ternilai harganya.
Maka sesudah habis mendengar khabar maka ulamak telah bertanya apakah padahnya jika wasiat itu diabaikan. Maka menangislah Seri Baginda Sultan sebab kerana sayangnya kepada umat manusia pada masa akan datang serta Seri Baginda dalam tangisannya mengucap sabda dengan kata syair yang amat dalam maksudnya lagi nasihat yang sangat baik tujuannya dan amat luas maknanya, iaitu inilah bunyinya syair nazamnya:
Bismillahirrahmanirrahim.....
Jituka alim dengan jahil; Jituka adee dengan inaya
Jituka murah dengan bakhil; Cita akan zahir bak raja-raja
Jituka taat dengan maksiat; Jiboh aniek mit keu ureung tuha
Jituka yang la jimita yang mit; Tamsee aneuk mit yang tuha-tuha
Jituka iman jitung murtad; Asai na pangkaat megah ngon kaya
Jituka yang trang jitung yang seupot; Jitem meureubot tuwo keu desya
Jituka makmu jitem tung deuk troe; Ureng yang bako tekala wala
Jituka senang jitem tung susah; Peuget fitnah meuseunoh kadar
Jituka megah jitung hinaan; Inong ngon agam male jih hana
Jituka luwah jitem tung picek; Tanda mubaligh keurajeun raja
Jituka qanaah jitem lubha; Alamat tanda akai tan lisik
Jituka sihat jitung peunyaket; Jitem meusaket dengan hareuta
Jituka aman jitem tung kacho; Nibak bala pebala dengan saudara
Ouh akhee nanggroe lee that ban macam; Saboh yang asai saboh yang hana
Dalam syuruga hideh yang asai; Penolong Tuhan keu mukmin dumna
Yang dalam donya sinoe tan asai; Meunajih badan meu ubah rupa
Sejarah telah membuktikan tatkala Aceh Code diimplementasikan secara terus menerus, ia membawa kegemilangan bagi Aceh. Manakala Aceh Code diabaikan, sedikit demi sedikit Aceh mengalami kemunduran sampai pada titik nadir.
Melihat situasi di Aceh sekarang, saya merasa sudah waktunya Aceh Code sebagai warisan endatu kita yang sangat berharga untuk kembali disosialisasikan dan diaplikasikan –tentunya setelah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi terkini- dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Aceh. Bila hal ini dilakukan, Insya Allah kegemilangan yang telah dicapai Aceh dalam bidang politik, ekonomi, agama dan budaya di masa lampau akan kembali terulang.
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Category
Website
Address
Banda
52147
Jalan Lamreung, Simpang 7 Ulee Kareng
Banda
CODAPERCUSSION merupakan sebuah komunitas bagi para drumer dan para penabuh perkusi Aceh.
Lamtemen
Banda
Sebuah Kelompok Musik Yang Mengangkat Tentang adat isitiadat dan keseharian masyarakat Aceh
Sawang
Banda, 24377
Musik,Vidio lucu,viral, berita terbaru,pada halaman ini bakal saya aplod konten-konten hiburan supay