Media NU Patimuan
Media NU Patimuan merupakan layanan media yang berisi konten kegiatan Nahdlatul Ulama di wilayah kecamatan Patimuan
MENYIKAPI PROBLEMATIKA KEHIDUPAN (1)
Gus Baha
"Kalau difitnah orang, biarkan saja!, tinggal makan, merokok, sendawa, dan tidur. Enak!."
"Kalau difitnah orang, Saya jadi ingat apa kata Syeikh Abu Yazid Al-Busthomi,"
Syeikh Abu Yazid Al-Busthomi pernah ditanya: "Anda diomongkan oleh orang begini dan begini".
"Mereka itu siapa..?" kata Syeikh Abu Yazid Al-Busthomi
"Ya orang" jawab muridnya.
"Cuma orang kan..?" tegas Syeikh Abu Yazid.
"Orang itu bukan yang mengatur hidup dan mati ku, makanya tidak masalah, kalau yang ngomong itu Allah baru masalah." jelas Syeikh Abu Yazid Al-Busthomi.
Jadi kalau diomongin orang, cara menghilangkan rasa kesalnya adalah ingat bahwa kita tidak membutuhkannya, yang kita butuhkan adalah Rahmat Allah.
"Makanya tidak masalah mau diomongkan apapun oleh orang lain, tidaklah masalah."
"Maka jika merasa berat diomongin orang, maka ingat bagaimana pun mereka hanya manusia yang bergantung pada Allah, kalian pun bergantung pada Allah."
Semoga beliau Gus Baha' dan kita semua selalu sehat, hidup penuh berkah, penuh Rahmat, rizki yang melimpah serta dijaga oleh Allah SWT. Aamiin
Ketua Umum PBNU dari Masa ke Masa
Dilengkapi dengan foto, periodesasi, dan daerah kelahiran.
KAWRUH JIWA (KHAZANAH ILMU PSIKOLOGI KHAS JAWA)
Jika seseorang memakai pikirannya untuk berpikir, maka ia akan dapat pengertian. Jumlah dari pelbagai pengertiannya ini merupakan ilmu ( Psikologi Raos/rasa)
Psikologi Raos atau Ilmu Kawruh jiwa merupakan murni ilmu psikologi orang Jawa. Penggagasnya adalah Ki Ageng Suryomentaram. Beliau adalah seorang pangeran mataram yang meninggalkan keraton.
Ki Hajar Dewantara merupakan sahabat karib Ki Ageng Suryo Mentaram, keduanya sama-sama dalam paguyuban Selasa Kliwon. Dimana Ki Ageng yang menjadi pemimpinnya. Ki Hajar Dewantara berjuang mendidik generasi muda melalui pendidikan formal (lokasi di taman siswa), dan Ki Ageng Suryomentaram mendapatkan tugas membimbing dan melakukan pembinaan terhadap orang-orang dewasa.
Source :
Buku Psikologi Raos
NASIHAT UNTUK GENERASI MUDA
Idhatun Nasyi’in adalah salah satu karya Syekh Musthafa Al Ghulayaini yang populer di kalangan pesantren. Selain kitab ini, karyanya yang populer adalah Jami’ ad-Durus al-Lughawiyyah yang membahas berbagai masalah rumit ilmu nahwu. Idhatun Nasyi’in sendiri merupakan satu dari beberapa karya tulisnya tentang pendidikan, politik, kemasyarakatan, motivasi, dan metode pengajaran.
Kitab Idhatun Nasyi’in memang mendapat tempat tersendiri di pesantren. Bahkan di antaranya ada yang menjadikan kitab ini sebagai materi pelajaran pokok. Ada juga yang menjadikannya sebagai kitab kajian untuk pengajian bandongan sehari-hari atau dalam pangajian kilatan bulan Ramadhan. Apa saja fakta di balik tenarnya kitab Idhatun Nasyi’in? Berikut ini 5 ulasannya:
Kitab setebal 192 halaman ini terbagi dalam 46 bab. Berbeda dari umumnya kitab pesantren yang arti kosakatanya rata-rata mudah dan akrab terdengar di telinga santri, Idhatun Nasyi’in memiliki kosakata yang cenderung kontemporer. Bahasa-bahasa ilmiah dan akademik yang telah diserap dalam bahasa Arab banyak dijumpai dalam kitab ini.
Selain istilah tertentu, ungkapan-ungkapan dengan gaya bahasa yang tinggi banyak menghiasai uraiannya. Mungkin memahami bahwa tidak semua pembacanya akan mengerti dengan arti kata maupun ungkapan yang dipakai, dalam setiap halaman nyaris selalu disertakan catatan kaki untuk menjelaskan arti padanan kosakata tertentu dalam halaman tersebut.
Dalam mukadimah kitab ini, Syekh Musthafa menjelaskan bahwa Idhatun Nasyi’in awalanya adalah tulisan-tulisan yang ia muat dalam surat kabar al-Mufid dengan judul Idhatun Nasyi’in. Dalam tulisan tersebut, beliau memakai nama pena Abu Fayyadh. Tulisan-tulisannya ternyata banyak diminati pembaca sehingga diusulkan agar dibuat dalam bentuk buku.
Sebagai kitab nasihat dan motivasi, kitab ini memang ditujukan untuk kalangan muda pelajar Islam. Dari 46 bab yang ada, kesemuanya merupakan anjuran dan motivasi meliputi nasionalisme, keberanian, pendidikan dan akhlak.
Dibandingkan dengan kitab sejenis di pesantren, Ta’lim al-Muta’alim misalnya, Idhatun Nasyi’in bisa dikatakan adalah pelengkap sisi yang kurang dari Ta’lim.
Kalau Ta’lim al-Muta’alim lebih menekankan tatakrama dan santri menjadi cenderung pasif, maka Idhatun Nasyi’in mendorong pelajar agar kritis dan terbuka. Sehingga pembelajaran kitab ini dilakukan setelah penanaman adab ala Ta’lim sebagai penyeimbang.
Pelatihan Public Speaking IPNU-IPPNU PATIMUAN
source :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1030738760835628&id=100016985416852
Rapat Koordinasi sekaligus Pendidikan Politik dan Penguatan Sumber Daya Manusia
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Cilacap Tahun 2021
Rabu, 29 Desember 2021
Jadilah sosok laki-laki yang berakhlak baik, agar nanti jika putrimu mendapatkan pertanyaan "tipe suami idamanmu seperti apa?", dia tanpa ragu menjawab "seperti ayahku."
(Gus Baha)
Ada satu surat dalam Al-Qur'an yang sering kita baca, surat tersebut termasuk surat-surat pertama yang diturunkan.
Pada surat Al-Dluha ayat empat disebutkan:
وللآخرة خير لك من الأولى
Sebagian ulama' ahli tafsir mengartikan bahwa kata Al-Akhiroh pada ayat tersebut dengan kehidupan akhirat, sedangkan kata Al-Ula dengan kehidupan dunia.
Ulama' lain mengartikan bahwa kata Al-Akhiroh adalah akhir dari kehidupan perjuangan Nabi, sedangkan kata Al-Ula diartikan dengan permulaan dari perjuangan Nabi.
Dalam sejarah kita mengetahui bahwa pada saat permulaan perjuangan, Nabi Muhammad mengalami berbagai rintangan dan kesulitan. Akan tetapi pada akhirnya beliau menjumpai berbagai kemenangan.
وللآخرة خير لك من الأولى.
Setelah ayat itu, ALLOH memberikan anugerah yang besar berupa:
ولسوف يعطيك ربك فترضى
ALLOH pasti akan memberikan apapun sampai Rosululloh rela. Pemberian itu sangat banyak, salah satunya adalah diturunkan Al-Qur'an. Dan puncak kerelaan Rosululloh adalah tidak ada satu pun dari umat beliau yang masuk neraka.
فقال صلى الله عليه وسلم: إذن لا أرضى وواحد من أمتي في النار.
Setelah itu ALLOH mengingatkan kepada Rosululloh tentang kenikmatan yang telah ALLOH anugerahkan berupa:
1. Sebelum dilahirkan, Rosululloh telah menjadi anak yatim.
ألم يجدك يتيما
Dan hal ini adalah permulaan (Al-Ula) yang berupa kesulitan. Akan setelah itu ALLOH memberikan tempat bernaung dan berlindung kepada Rosululloh dengan diasuh oleh Abdul Mutholib sang kakek, kemudian dilanjutkan dengan asuhan Abu Tholib sang paman.
فآوى
Dan ini adalah yang akhir (Al-Akhiroh).
2. Sebelum mendapatkan wahyu, Nabi Muhammad seolah orang yang bingung. Kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal.
ووجدك ضالا
Ini adalah permulaan. Akan tetapi kemudian ALLOH memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad sebagai petunjuk menuju keselamatan dunia dan akhirat.
فهدى
Ini adalah Akhir dari kebingungan.
3. Nabi Muhammad pada permulaan termasuk orang yang tidak kaya.
ووجدك عائلا
Ini adalah permulaan.
Kemudian ALLOH memberikan kecukupan.
فأغنى
Ini adalah akhir.
Setelah itu ALLOH memerintahkan untuk bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan. Rasa syukur itu ditunjukkan dengan:
1. Tidak berlaku semena-mena terutama terhadap anak yatim. Rosululloh juga pernah merasakan menjadi anak yatim.
فأما اليتيم فلا تقهر
2. Tidak menghardik orang yang meminta-minta atau orang bodoh yang bertanya suatu permasalahan.
وأما السائل فلا تنهر
3. Menyiarkan dan menyebar luaskan kenikmatan berupa pengetahuan kenabian, Al-Qur'an serta agama islam kepada seluruh alam.
وأما بنعمة ربك فحدث.
Dan semoga tulisan ini dicatat sebagai hal yang bermanfaat dan sebagai Imtitsal “Wa-ammaa Bini’mati robbika fahaddits".
إذا أحسنت الظن بالله وعرفته ستعرف أن هذه البدايات التي تراها مظلمة سيأتي منها النور.
Kanthongumur
Satu hal penting yang perlu diakui adalah KH. Said Aqil Siroj berhasil memimpin PBNU selama 11 tahun dengan MENJADI KHODIM RAIS AMM-NYA YANG BERKALI-KALI MENGALAMI PERGANTIAN.
Awalnya Kiai Said terpililih sebagai Ketum PBNU saat Muktamar NU ke-32 di Makasar tahun 2010 bersama KH. Sahal Mahfudz yang terpilih sebagai Rais Amm dengan masa khidmat 2010-2015. Pada tahun 2014, Kiai Sahal Mahfudz wafat, maka KH. Ahmad Mustofa Bisri yang merupakan Wakil Rais Amm naik jabatan menjadi Rais Amm PBNU.
Kemudian saat Muktamar NU ke 33 di Jombang, Kiai Said terpilih kembali menjadi Ketua Umum PBNU dan yang terpilih menjadi Rais Amm adalah KH. Ma’ruf Amin dengan masa khidmat 2015-2020. Saat pilpres 2019, KH. Maruf Amin maju sebagai cawapres. Maka sesuai AD-ART jabatan Rais Amm harus dilepas. Akhirnya KH. Miftahul Akhyar yang merupakan Wakil Rais Amm harus menjadi pengganti Kiai Ma’ruf menjadi Rais Amm bersama Kiai Said sebagai Ketua Umum untuk menyelesaikan tugas sampai akhir masa khidmat.
::pecinta ulama' nusantara
"Selamat dan saya bangga kepada keberhasilan Gus Yahya, beliau adalah cicit dari guru ayah saya KH Cholil Harun. Kakek buyut beliau inilah yang mengajari alfiyah kepada ayah saya" (KH Said Aqil Siraj)
"Terimakasih kepada guru saya, KH Said Aqil Siraj, beliau adalah yang membukakan jalan untuk saya, dan apabila ini adalah sebuah keberhasilan maka semua itu adalah 'atsar' beliau. Semoga masih cukup umur saya untuk membalas jasa beliau kepada saya" (KH Yahya Cholil Staquf)
Dunia tak boleh tau kamu sedang babak belur, dunia hanya tau kamu berdiri tegak dan tak hancur setelah badai menerjang.
PAGAR NUSA PATIMUAN
YA LAL WATHON
(Cinta Tanah Air)
Ciptaan: KH Wahab Hasbullah
Aransemen: Addie MS
Rekaman ini dipersembahkan oleh Gus Ipang Wahid
Marthin T's Choir
Macedonia Orchestra
Artsound studio
Mixing: Saša Jancović
:: Addie MS.
Terpilihnya KH Miftahul Akhyar sebagai Rais Aam PBNU periode 2021-2026 di Muktamar NU ke 34 di Lampung adalah salah satu bukti karomah KH. Maimoen Zubair -Rahimahullah-
Bersumber dari akun Kanthongumur bahwa pada hari Kamis Legi malam Jum'at Pahing, 11 April 2019 M yang bertepatan dengan tanggal 6 Sya'ban 1440 H, Syaikhuna Maimoen Zubair -Rahimahullah- menyampaikan mauizhah hasanah pada acara Akhir Sanah Madrasah Ghozaliyyah Syafi'yyah (MGS) Sarang Rembang Jawa Tengah. Dan mauizhah ini adalah yang terakhir pada acara Akhir Sanah MGS. Karena pada tanggal 6 Agustus 2019 Syaikhuna Maimoen Zubair -Rahimahullah- wafat.
Video selengkapnya bisa dilihat di
https://youtu.be/Dvx6KP-u-oo
Dalam mauizhah tersebut, Syaikhuna Maimoen Zubair -Rahimahullah- mendoakan agar KH Miftahul Akhyar berumur panjang. Syaikhuna Maimoen Zubair -Rahimahullah- juga mengharapkan agar KH Miftahul Akhyar menjadi Rais Aam PBNU pada Muktamar yang akan datang.
Pada saat ini di Muktamar NU ke 34 di Lampung, kita menyaksikan bahwa doa dan harapan Syaikhuna Mainoen Zubair -Rahimahullah- tersebut terkabul.
Semoga Allah meridhai semuanya. Amin
Al Fatihah
Ketua GP Ansor Cilacap: Perkuat Manajemen Kepengurusan
https://pcnucilacap.com/ketua-gp-ansor-cilacap-perkuat-manajemen-kepengurusan/
Ketua GP Ansor Cilacap: Perkuat Manajemen Kepengurusan Seluruh jajaran Pimpinan Anak Cabang untuk memperkuat manajemen kepengurusan Gerakan Pemuda (GP) Ansor ; hal itu dinyatakan Ketua GP Ansor Kabupaten
Haul KH Muhammad Ruslan Ke-30, Ziarah di TPU Wadasjontor
Selengkapnya->>
https://pcnucilacap.com/kh-muhammad-ruslan-patimuan/
Alhamdu lillaah, Koin NU Cilacap Upzis MWCNU Patimuan Bulan Juni Tahun 2021 Mencapai Rp 58.188.350 (Lima Puluh Delapan Juta Seratus Delapan Puluh Delapan Ribu Tiga Ratus Lima Puluh Rupiah).
ALLAH PELOPOR GERAKAN SHOLAWAT
Sholawat merupakan ungkapan cinta kepada Rasulullah Saw, yang dipelopori langsung oleh Allah Swt sendiri kemudian dikembangkan oleh para pecinta Muhammad Saw. Lewat ayat:
lnnalloha wa malaikatahu yusholuna alan nabiyyi ya ayyuhal ladzina amanu sholu alihi wa sallimu taslima:
Alloh menyuruh kita untuk bersholawat kepada Nabi Mumammad sambil Ia tegaskan, bahwa perintah ini pun Ia sendiri (bersama malaikat-Nya) yang memelopori perwujudannya.
Ia berbeda dengan perintah-perintah Allah lainnya. Kalau kepada hamba-Nya, Ia menyuruh bersembahyang. Allah sendiri tidak perlu bersembahyang. Kalau Allah memerintahkan hambanya untuk berzakat, Allah sendiri tentu tidak perlu berzakat. Kalau Allah meminta kita untuk berpuasa, Allah sendiri tentu tidak terkena kewajiban berpuasa. Allah tidak melakukan apa yang diperintahkan Dirinya kepada hamba-hamba-Nya.
Tetapi khusus dalam soal Sholawat Allah berpenampilan agak berbeda. la yang menyerukan, Ia yang memberi contohnya. Allah beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada Rasulullah Saw. Demikian besar dan agungnya cinta Allah kepada kekasih-Nya yang bernama Muhammad itu sehingga Ia sendiri mau bersholawat kepadanya dengan memposisikan diri bukan hanya sebagai yang punya perintah tapi juga sekaligus pelopornya.
Tak hanya itu, kita juga perlu melihat cintanya Allah kepada Muhammad dari kenyataan bahwa: kalau kita shalat kita mempunyai dua kemungkinan, diterima oleh Allah atau tidak. Begitu juga kalau kita berpuasa, berzakat atau mengerjakan ibadah yang lainnya.
Tetapi kalau kita bersholawat itu pasti diterima oleh Allah sekaligus pasti sampai kepada Rasulullah. Dari sisi kita – hamba Allah dan umat Muhammad – Sholawat merupakan ungkapan terima kasih tiada tara kepada Rasulullah Saw yang telah memandu dan memimpin perjalanan kaum Muslimin kepada Allah Swt. Ungkapan cinta kita kepada Rasulullah itu sekaligus juga merupakan perwujudan cinta kita kepada Allah. Mustahil kita mencintai Allah Swt, tanpa mencintai Rasulullah Saw. Sebab Rasulullah-lah hamba yang paling dicintai oleh Allah.
ASWAJA KLAIM NAHDLATUL ULAMA
Mukaddimah NU sejak berdirinya tahun 1926 mencantumkan istilah aswaja pada Qanun Asasinya.Jadi bagi NU, aswaja adalah doktrin aqidah yang harus dimengerti, ditanamkan secara benar dan dipertahankan oleh pimpinan dan para anggotanya. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep Ahlusunnah Waljamaah disingkat Aswaja yang dijabarkan oleh K.H.Bisyri Mustafa dibakukan menjadi Aswaja versi NU. Menurutnya Aswaja adalah golongan muslim yang mengikuti rumusan Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al- Maturidi dalam bidang aqidah dan mengikuti salah satu dari mazhab empat dalam fiqih serta mengikuti Imam Al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali dibidang tasawuf. Dan kesemuanya itu menjadi rangkaian kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Tapi anehnya, ulama NU sejak berdiri sampai saat ini belum sempat melakukan “kajian serius” terhadap pemikiran para tokoh perumus Aswaja tadi. Kevakuman ini mendorong generasi muda NU terutama mereka yang mengenyam pendidikan tinggi, seperti Said Aqil, Masdar F. Mas’udi, Nurhadi Iskandar, Ulil Absar Abdalla dan lain-lain mencoba untuk melakukan “kajian kritis” terhadap keabsahan rumusan tersebut. Apakah betul klaim aswaja sebagai doktrin kelompok tradisional (baca NU) ?.
Jauh sebelumnya, Umar Hasyim dalam bukunya Apakah Anda Temasuk Golongan Ahlussunnah Wal Jamaah menekankan bahwa pengertian Ahlussunnah Wal Jamaah dianut oleh seluruh umat Islam kalangan Sunni dan menolak asumsi bahwa Ahlussunnah Wal Jamaah hanya dianut oleh segolongan tradisional saja.(Lihat, Einar Matahan Sitompul,Mth, NU dan Pancasila, footnote, hal 70)
Walhasil, dengan melihat latar belakang intelektualitas para perumus Aswaja model NU dan kondisi sosialogis masyarakat Indonesia pada awal berdirinya NU, secara apriori ada satu keyakinan bahwa konsepsi Aswaja model NU tidak dimaksudkan sebagai defenisi mutlak dan oleh karenanya sangat kondisional dan temporal.
Aswaja dalam Konteks Historis
Kaum muslimin pada masa Rasullullah SAW adalah umat yang satu, tidak terkotak-kotak dalam aneka kecenderungan, baik kabilah, paham keagamaan, ataupun visi sosial politik. Segala masalah yang muncul segera teratasi dengan turunnya wahyu dan disertai dengan pengarahan dari Rasullulah SAW. Walaupun tradisi kaum muslimin yang cukup dinamis dan terkendali pada waktu itu. Konon Rasulullah SAW sering memfrediksi “kondisi nyaman” ini akan segera pudar sepeninggal beliau. Prediksi Rasullulah SAW itu terungkap dalam beberapa hadits, yang biasanya diawali dengan kata-kata “saya’ti ala ummati Zaman” (umatku akan sampai pada suatu masa), “sataf tariqu ummati” (umatku akan terpecah) dan seterusnya.
Berdasarkan hadits “model Prediksi” itulah istilah Ahlusunnah Wal Jamaah ditemukan. Rasulullah SAW.bersabda :”Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, hanya satu golongan yang selamat dan yang lain binasa”. Ditanyakan :Siapakah golongan yang selamat itu ? Rasulullah menjawab Ahlussunnah Wal Jamaah. Ditanyakan: apa Ahlussunnah Wal Jamaah itu ?. Rasulullah menjawab: “apa yang aku dan sahabat-sahabatku lakukan saat ini”
Hadits “iftiraqul ummah” diatas seperti yang dikatakan Abdul Qahir, mempunyai banyak isnad dan banyak sahabat yang meriwayatkannya. Namun demikian, ulama berbeda pendapat tentang keshahihan hadits tersebut.
Yang pertama: berpendapat dhaif dengan hujjah tak satu pun dari sekian isnad yang tidak mengandung perawi dhaif . Yang kedua: berpendapat muhtajju bihi dengan alasan: meskipun tidak satu pun isnad yang tidak mengandung perawi dhaif tapi banyaknya isnad dan sahabat yang meriwayatkan, memperkuat dugaan adanya hadits tersebut.(lihat :Al-Baghdady, Al-farqu Bainal firaq,Hal 7 catatan kaki).
Jadi, jika hadits itu shahih Aswaja sebagai informasi yang akan muncul kemudian, sudah dikenal sejak masa Rasulullah SAW,.tetapi Aswaja sebagai realitas komunitas muslim belum ada pada masa itu. Atau dengan kata lain kaum muslimin pada masa Rasulullah itulah Aswaja; berdasarkan hadits tadi “ma ana alaihi al-yauma wa ashhabi” bahwa aswaja adalah sikap dan amalan yang kulakukan sekarang bersama sahabat-sahabatku. Jadi amalan (Sunnah) Rasul yang bersama para sahabat itulah yang disebut Aswaja. Yaitu ketika kaum muslimin tidak terkotak-kotak dalam kecenderungan misi politik. Ternyata setelah beliau wafat, para sahabat sudah terkotak dalam kecenderungan politik tertentu. Dengan mengikuti logika “asap dan api”, isu “iftiragul ummah” dari prediksi Rasul menjadi kenyataan dan adanya satu firqah (golongan) yang selamat, sudah dikenal pada masa sahabat. Akan tetapi klaim sebagai Aswaja belum ada pada masa sahabat. Dengan demikian pada masa khulafaurrasyidin pun masih dipertanyakan apakah masuk dalam kriteria ma ana ‘alaihi al-yauma wa ashhabi ?
Setelah beliau wafat, kecenderungan politik dengan segala frediksinya mulai tampak ke permukaan, antara golongan Anshar, Muhajirin, dan Ahlul Bait. Tetapi .frediksi itu segera teratasi, setelah mayoritas umat sepakat membaiat Abu Bakar, kemudian Umar, Usman, dan Ali sebagai pimpinan tertinggi kaum muslimin (khalifah-Khulafa). Tetapi itu bukan berarti frediksi kecenderungan politik pudar pada masa yang dikenal dengan era Khulafa al-.Rasyidin itu. Frediksi itu terus berkembang dan menunggu waktu yang kondusif untuk muncul.
Usman yang tewas secara tragis dan naiknya Ali sebagai khalifah dianggap oleh para sejarawan sebagai titik kulminasi munculnya friksi politik yang terpendam pada masa Abu Bakar dan Umar. Kejadian ini dikenal dengan Fitnah Kubra yang pertama. Dan dari sinilah visi politik kaum muslimin sulit dipadamkan bahkan mengarah pada konfrontasi yang terus menerus.
Berangkat dari konfrontasi fitnah kubra I yang segera diikuti perang shiffin sebagai fitnah kubra II, visi dan friksi politik kaum muslimin sudah sulit untuk disatukan kembali. Semua golongan yakin akan “kebenaran” visi politiknya. Atas dasar keyakinan itulah semua golongan membangun tradisi intelektual dari semua lini disiplin ilmu keislaman yang berkembang. Masing- masing golongan sibuk meligitiasi Qur’an, hadits dan atsar para sahabat sesuai dengan kecenderungan politik mereka masing-masing.
Landasan tradisi intelektual diatas, akhirnya semakin kokoh, setelah kaum muslimin berinteraksi dengan ragam budaya lokal, seperti Parsi, India, Asyuri, Finiqi, Zoroaster Masehi, Yahudi, dan yang paling menonjol adalah tradisi Hellenisme Yunani.
Kapan Klaim Aswaja pada Suatu Golongan Tertentu Muncul ?
Pendapat pertama: Sejak akhir Khulafatur-Rasyidin sampai tumbangnya Dinasti Umayah, komunitas aswaja sebetulnya belum muncul. Istilah ini juga tidak dikenal dalam pengajian (halaqah-halaqah) Hasan al-Basri (22-110 H). Komunitas yang paling menonjol pada masa Dinasti Umayah adalah:Umayah. Alawiyyin yang berkoalisi dengan Abbasiyyin menjadi Hasyimiyyin, Mu’tazilah, Hasyawiyah, Khawarij, dan Ahlul Hadits.
Kemudian pada awal Dinasti Abbasiyah komunitas Ahlul-Hadits mulai nampak eksistensinya. Ini berawal sejak digulirkannya mihnah khuluqul Al-Quran oleh imam Ahmad bin Hanbal sebagai tokoh sentralnya.
Dari paparan diatas, diskursus pemikiran yang paling menonjol dan berpengaruh pada tatanan sosial dan politik pada abad kedua dan ketiga Hijriyah (masa Abbasiyah I) adalah rasional Mu’tazilah yang berhadapan dengan golongan tektualis Ahlus Hadits Hanabilah. Golongan terakhir inilah kemudian mengklaim diri mereka sebagai aswaja
Pendapat kedua; Menurut Abu Hatim Ar-Razi, seorang penganut Syiah Ismailiyah (wafat 322 H), tema Aswaja mulai populer dikalangan bani Umayyah setelah padamnya pemberontakan Hasan, Husein dan Ibnu Zubair. Pendukung Bani Umayyah berkata,“kami adalah ahlul Jamaah Siapa menentang kami berarti menentang umat dan meninggalkan sunnah.Kami adalah ahlusunnah wal Jamaah”. Ar-Razi mengomentari peristiwa itu dengan mengatakan, “maksud mereka adalah menyepakati satu pemimpin meskipun berbeda pendapat dan mazhab” (lihat Ibrahim Hâkat, Assiyâsah wa Al-Mujtamâ’fi ‘Ashri Al-Umawy, hal .295) Dengan mengacu pada pendapat Ar.-Razi, berarti klaim aswaja pertama kali dimunculkan oleh bani umayyah untuk menunjuk pada golongan politik dan bukan aqidah.
Pendapat ketiga; Muhammad Abduh dalam Risalat at tauhid menjelaskan bahwa aswaja adalah klaim pendukung dan pengikut Al-Asy’ari (wafat 303 H) seperti Imam Haramain, Al- Isfiayny dan Abu Bakar Al-Baqilany untuk pendapat beliau. (lihat Muhammad Abduh, Risâlatut Tauhid, hal 11).Secara implisit Abduh mengatakan bahwa tema aswaja baru muncul pada awal abad empat, dan untuk menunjuk golongan aqidah. Dari pendapat kedua dan ketiga dapat disimpulkan bahwa istilah aswaja belum ada pada masa pemulaan Islam. Sebab pada waktu itu umat Islam masih dalam kondisi Ummatun Wahidah.
Perpecahan umat Islam akibat perbedaan haluan politik pada masa sahabat memang melahirkan kelompok-kelompok. Akan tetapi tak satu pun kelompok diberi nama Aswaja. Baru pada masa pemerintahan dinasti Umayyah, kelompok itu mengklaim dirinya sebagai kelompok Aswaja. Begitu juga ketika Ma’bad Al-Juhany, Ghoylan Ad-Dimasyqy dan Yunus Al-Asway pada masa akhir sahabat mempermasalahkan qadla dan qadar (lihat Syahrasyatany, Milal wan Nihal,hal.22), lahir kelompok-kelompok dengan aqidah masing-masing. Namun tak satu pun kelompok yang dijuluki sebagai Aswaja. Baru setelah Asy’ari memodernisasi ekstrem aqal dan ekstrem naql dalam aqidahnya, para pengikutnya memproklamirkan diri sebagai Aswaja. Dari fakta diatas ada indikasi bahwa munculnya klaim Aswaja merupakan upaya mendapatkan kemenangan psikologis bagi suatu golongan.
Siapakah Ahlussunnah Wal Jamaah ?
Hadits prediksi Rasul tentang iftiraqul ummah tidak menunjuk dengan sharih orang-orang yang termasuk dalam golongan Aswaja. Ia hanya memberikan petunjuk secara global bahwa Aswaja adalah orang-orang yang mengikuti “jejak Nabi dan Sahabat” bisa berbeda antara satu orang dengan yang lain atau satu golongan dengan golongan lain.
Secara etimologis Ahlussunnah Wal Jamaah terdiri dari tiga kata, yaitu: ahl; keluarga, kelompok, golongan, dan komunitas, al-sunnah; tradisi, jalan, kebiasaan dan perbuatan sedang al-jamaah; kebersamaan, kolektifitas, komunitas, mayoritas dan lain-lain. Tiga rangkaian kata diatas, kemudian berkembang menjadi istilah bagi sebuah komunitas muslim yang secara konsisten bepegang teguh kepada tradisi (sunnah) Nabi Muhammad Saw dan sebagai landasan normatif setelah Al-Qur.’an, dan selalu mengikuti alur pemikiran dan sikap mayoritas kaum muslimin. Dengan kata lain Ahlussunnah adalah golongan mayoritas. Bila bani Umayyah mengklaim sebagai kelompok mayoritas maka Syiah pun membalasnya dengan klaim yang sama. Bahkan mereka mengatakan bahwa bani Umayyah adalah kelompok separatis. (Ibahim Haokat,As-Siyasah wal Mujtama’ i Ashil Umawy, hal 318)
Jadi pendefenisian Aswaja oleh bani Umayyah tidak mereduksi globalitas konsep Aswaja dalam hadits. Aswaja masih saja tidak mempunyai ciri dan karakteristik tertentu yang bisa menunjuk pada kelompok tertentu
Konsepsi Aswaja baru mendapatkan karakteristik politis dan theologis ketika para pendukung Asy’ari memproklamasi kan diri sebagai Aswaja. Meskipun Asy’ari dikenal sebagai theolog,wa bittalii mazhab yang didirikan adalah mazhab theologi, akan tetapi perbedaan umat Islam dalam aqidah pada waktu itu interen dengan perbedaan politis. Sehingga mazhab theologi Asya’ri juga mencakup pendapat beliau tentang khilafah .
Al-Baqdhadi (wafat29 H) dalam alfarqu bainal firaq, mengembangkan cakupan Aswaja dan Beliau tidak memasukkan merumuskan konsepnya dengan karakteristik yang lebih jelas. Menurutnya ada lima belas pokok aqidah yang harus diketahui oang mukallaf. Dan orang yang mempunyai pendapat berbeda dengan 15 aqidah tersebut maka orang itu tersesat.Beliau juga membagi kelas kelas Aswaja menjadi delapan yaitu: mutakallimin, fuqaha, muhaditsin,mufassirin,ulamaahl lughah, mutashawwifin, orang-orang yang berjihad dan orang-orang yang mengikuti pendapat ulama Aswaja.
Beliau tidak memasukkan Khawarij, Qadariyyah, Syi’ah dan lain-lain dalam kelompok Aswaja karena menurutnya mereka adalah orang-orang yang mencela, mengfasikkan para sahabat bahkan mengkafirkannya. Padahal Aswaja adalah orang yang mengikuti jejak sahabat.
Ada beberapa catatan yang perlu disampaikan bahwa:
Dalam menafsirkan Aswaja ,Al-Bagdâdy tidak menyebut-nyebut dalil naqli. Penafsirannya hanya didukung pemahaman aqal terhadap lafadz ashhaby.
Al-Bagdady memasukkan kelompok mutasawwifin dalam kelompok aswaja, padahal fuqaha menentang keras aliran tersebut.
kelima belas kelompok yang ditetapkan Al-Bagdady adalah masalah-masalah yang sedang diperdebatkan.
Jadi dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa perumusan Aswaja yang kemudian dibakukan adalah pengintian masalah-masalah aqidah yang sedang diperdebatkan dan penetapan salah satu pendapat yang dianggap sesuai dengan pendapat mayoritas sahabat.
Konsep Aswaja Versi NU
“Hai para ulama dan pemimpin yang takut kepada Allah dari kalangan Ahlussunnah Wal Jamaah dan pengikut mazhab imam empat! Kalian sudah menuntut ilmu agama dari orang-orang yang hidup sebelum kalian,begitu p**a generasi sebelumnya dengan bersambung sanadnya sampai pada kalian. Begitu juga kalian harus melihat dari siapa kalian menuntut ilmu agama Islam. Karena dengan cara menuntut ilmu pengetahuan seperti itu maka kalian menjadi pemegang kuncinya, bahkan menjadi pintu gerbangnya ilmu agama Islam. Oleh karenanya janganlah memasuki satu rumah kecuali melalui pintunya. Barang siapa yang memasuki satu rumah tidak melalui pintunya maka ia adalah pencuri”. (Einar,opcit,hal 69).
Demikian Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari mulanya merumuskan aswaja.
Yang menarik dari perumusan diatas adalah disebutkannya Pengikut Imam Mazhab Empat. Ini satu indikasi bahwa penekanan aswaja mulanya pada permasalahan figh yang dalam hal ini adalah masalah taqlid terhadap imam empat. Hal ini bisa dimengerti karena perbedaan esensial yamg terjadi antara kelompok pembaharu dengan kelompok tradisional adalah masalah taqlid dan ijtihad.
Tetapi mengapa hanya pendapat imam yang empat dianut? Jawaban yang sering terdengar adalah hanya imam empat itulah yang mazhabnya terkodifikasi lengkap sehingga sampai ke tangan kita dengan selamat. Adapun mazhab lainnya belum terkodifikasi secara lengkap sehingga pendapatnya tidak utuh sampai ke tangan kita. Kalau benar ini alasannya, maka ada satu kejanggalan, mengapa madzhab Ad-Dzahiri dengan mengacu kitab al-Muhallâ Ibnu Hazm tidak diikuti. Padahal Ibnu Hazm juga disebut oleh Al-Baghdadi sebagai ulama Ahlussunnah.
Jika NU merumuskan Aswaja dengan menyebut para tokoh bersama rumusannya sebagai panutan yang harus diikuti dapat diartikan bahwa NU ingin memadukan pemahaman ajaran islam yang mengandung unsur-unsur yang terjadi pada abad II, III, IV, V, dan VI Hijriyah.
Definisi yang dirumuskan (hasil penjabaran KH.Bisyri Mustafa) adalah sebagai berikut : satu, menganut ajaran-ajaran imam madzhab dari salah satu empat madzhab dalam bidang fiqih. Kedua, menganut ajaran Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi dalam bidang tauhid. Ketiga, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qasim Al-Junaidy dan Ghazali dalam bidang tasawwuf
Rumusan pada point kedua menegaskan corak ke-Aswaja-an NU dan sikap kaum tradisional terhadap gerakan pembaruan, sedang pada point ketiga merupakan sikap penerimaan NU terhadap paktek tasawuf dengan menyeleksi tasawuf yang benar.
Bila kita bandingkan dengan konsepsi Aswaja Al-Baghdadi, setidaknya ada dua hal yang berbeda ; Pertama, Aswaja versi NU tidak menyebutkan pandangannya tehadap masalah khilafah. Hal ini bisa dimengerti, karena Islam yang masuk di Indonesia bukan Islam Syiah juga bukan Khawarij oleh karenanya perbedaan umat Islam di Indonesia tidak berkisar pada masalah itu. Kedua, Aswaja model NU langsung dengan jelas menunjuk pada aliran tasawuf tertentu, yang itu tidak masuk dalam konsepsi Aswaja Al-Baghdadi. Jadi mengacu pada hal diatas bisa disimpulkan bahwa Aswaja model NU di satu sisi merupakan reaksi terhadap gerakan pembaruan dan di sisi lain merupakan pengakuan tehadap praktek keagamaan yang berkembang saat itu.
Jika rumusan NU diatas dimaksudkan mendefinisikan Aswaja, maka definisi itu mengandung beberapa kelemahan; pertama, para imam madzhab fiqih tidak mungkin secara teologis mengikuti rumusan al-Asy’ari dan al-Maturidi, karena masa hidup imam madzhab itu jauh lebih awal sebelum Al-Asy’ari lahir malah yang terjadi Al-Asy’ari dalam fiqih mengikuti Imam Syafi’i, dan al-Maturidi mengikuti madzhab Hanafi. Kedua, Imam Junaidi tidak mungkin mengikuti teologi al-Asy’ari dan Al-Maturidi, karena yang pertama hidup satu abad sebelum tokoh kedua dan ketiga lahir. Junaidi juga tidak dikenal sebagai pengikut salah satu mazhab fiqih. Ketiga, Al-Ghazali walau pun sebagai pelanjut teologi al-Asy’ari dan pengikut madzhab Syafi’i dalam kategori tasawuf, ia bisa dikategorikan sebagai pengembang teori tasawuf liberal, seperti yang dikembangkan al-Hallaj. Keempat, rumusan teologi al-Asya’ri sampai saat ini masih simpang siur. Dalam kitab al-Ibanah, ia secara gamblang mengecam Mu’tazilah karena sering mentakwil ayat-ayat mutasyabihat, seraya memuji Ahmad bin Hambal yang tak mau mentakwil. Ia sendiri menisbatkan diri sebagai pelanjut perjuangan Ahmad bin Hambal. Tetapi dalam kitab Al-Luma’ dan Istihsan, ia mentakwil ayat-ayat mutasyabihat, dan memuji Mu’tazilah sebagai golongan Islam yang cerdas dan berjasa membentengi aqidah Islam dari serangan teologi Masehi, Yahudi, Hellenisme, dan lain-lain. Dalam dua kitab itu, ia menuduh kelompok Hambali , sebagai “bodoh” dan jumud.
Dilain pihak, golongan Al-Asya’ari dan al-Maturidi dituduh sebagai zindiq yang menyesatkan kaum muslimin. bahkan Ibnu Taimiyah dalam beberapa kitabnya mengkafir-kan Al-Asy’ari, jadi studi terhadap pemikiran teologi Al-Asy’ari masih perlu diungkap secara tuntas.
Buku-buku yang terbit di Saudi Arabia cenderung untuk mengatakan bahwa teologi Asy’ari tidak berbeda dengan teologi yang dikembangkan oleh Ahmad bin Hambal dan Ibnu Taimiyah. Studi komprehensif tentang Al-Asy’ari ditulis oleh Dr. Hamudah Gharabah menyimpulkan bahwa al-Asy’ari merupakan pemikir yang mampu mengambil jalan tengah antara kecenderungan filosofis dan tektualis dalam menganalisa sifat-sifat dan kekuasaan Tuhan. Kiranya pendapat terakhir inilah yang dianut oleh warga NU.
Penutup: Agenda Aswaja di Era Modern
Rumusan NU diatas, walaupun mengandung beberapa kelemahan, harus dipahami sebagai upaya dini untuk meresponi perkembangan pemikiran yang tak akan keluar dari bingkai pemaduan secara seimbang antara landasan normatif Qur’an dan Hadits, dan pengembangan penalaran. Rumusan ini juga harus dipahami sebagai metode untuk menyeleksi budaya lokal dan budaya asing yang masuk ke dunia Islam yang selalu berkembang.
Karena rumusan itu kita anggap mengikuti metode berpikir pada tokoh, maka harus ada terobosan untuk merenovasi dalam berbagai bidang pemikiran, dengan tujuan kemaslahatan kaum muslimin secara menyeluruh dan melindungi hak-hak asasi manusia, sebagai realisasi Islam yang membawa rahmat bagi alam semesta.
Hal yang paling mendesak untuk dirumuskan pada era modern ini adalah sebagai berikut, pertama, hubungan Islam dan negara yang sudah terkotak dalam nation state. Kedua, hubungan Syari’ah Islam dengan hukum publik baik nasional maupun internasional. Ketiga, konsep pemberdayaan rakyat menuju masyarakat yang musyawarah dan terbebas dari belenggu penghambaan. Keempat, konsep keadilan ekonomi, politik dan hukum.
Ketika perdebatan aqidah makin marak dengan munculnya aliran Qadariyah dan Jabariyah, lahirlah al-Asy’ari seorang teolog yang ingin mengembalikan pemahaman aqidah seperti pemahaman kaum salaf dengan memoderasi eksterm aqal dan ekstrem naql. Oleh pengikut dan pendukung nya, pendapat-pendapat beliau diklaim sebagai Aswaja. Awalnya pengertian Aswaja hanya sebatas pada kelompok aqidah, namun kemudian berkembang dan mencakup kelompok dalam mazhab fiqih.
Konsep Aswaja baru mempunyai ciri dan karakteristik tertentu setelah al-Baghdady merumuskan beberapa aqidah yang menjadi ciri khas Aswaja. Akan tetapi perumusan Al- Baghdady lebih banyak didasarkan pada pelacakan terhadap kelompok mayoritas pada setiap era.
Perumusan berikutnya dilakukan NU yang intinya merupakan penyempitan terhadap konsep Aswaja Al-Baghdady. Hal itu terjadi karena dasar keberdirian NU dari satu sisi merupakan reaksi terhadap gerakan pembaruan dan sisi lain merupakan pengakuan terhadap praktek keagamaan yang berlaku saat itu. Oleh karena itu Aswaja model NU tidak bersifat mutlak dan universal. Dan bisa juga Aswaja NU direvisi mengingat perkembangan keislaman yang terjadi. Bahkan boleh jadi konsep Aswaja ditiadakan karena akan mempersempit cakupan Aswaja itu sendiri. Wal- Lâhu al musta’ân
*)Tulisan diambil dari naskah diskusi mingguan KMNU yang diramu kembali dengan makalah saudara Najib Buchori oleh Firdaus Dahlan
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Category
Website
Address
Cilacap Regency
Perumahan Cendana Asri, Cigaru, Cibeunying, Majenang Cilacap
Cilacap Regency, 53257
tempat untuk berzikir mengharap ridho dari Alloh Subhanahu Wa Ta'ala
Cilacap Regency, 53223
Kajian Intensif Tauhid Setiap Selasa Waktu: Ba'da Maghrib - selesai Lokasi: Masjid AN NABA Komplek Kampus Pendidikan An-Naba Jl. lingkar Timur - Tegalkamulyan Cilacap Selatan
Cilacap Regency
Assalamu'alaikum Rijalul ansor ranting bulaksari, semoga bermanfa'at dan barokah
Cilacap Regency, 53274
Fanspage Resmi Keluarga Besar Majelis Rasulullah Saw Kesugihan
Cilacap Regency, 53254
GERAKAN PEMUDA ANSOR Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah sebuah organisasi Kemasyaratan
Cilacap Regency, 53233
Media Dakwah Pengurus Ranting NU Tritih Kulon Media Islam Rahmatan Lil 'Alamin Hp : 081575652310 Ala
Rt 11/3, Dongkelan, Widarapayung Wetan, Kec. Binangun, Cilacap
Cilacap Regency, 53281
Masjid Al Hidayah Merupakan salah satu masjid di Desa Widarapayung Wetan
Jalan Letnan Sutrisno RT 01/04 Keleng Kesugihan
Cilacap Regency, 53274
Tempat ngopi bareng
Jalan Lingkar Timur 04/01 Desa Karangkandri Kec Kesugihan
Cilacap Regency, 53274
Nyaman untuk jamaah dari berbagai daerah & kalangan, terletak di jalur PLTU Karangkandri - Telukpenyu