Manhaj Salaf Ind
Kembali ke Manhaj Salafus Shalih
Sejarah Orang Pertama Naik Haji dari Indonesia: Kisah Inspiratif Perintis Haji
"Temukan kisah luar biasa tentang orang pertama yang menunaikan ibadah haji dari Indonesia, seorang perintis haji yang penuh inspirasi. Video ini mengupas perjalanan epik dan penuh tantangan dari tanah air menuju tanah suci Mekah pada abad ke-13. Saksikan bagaimana semangat dan tekad beliau membuka jalan bagi ribuan umat Muslim Indonesia yang kini menunaikan rukun Islam kelima ini setiap tahunnya.
Dalam video ini, Anda akan mengetahui:
Latar belakang perintis haji dan bagaimana beliau memulai perjalanan hajinya.
Tantangan yang dihadapi dalam perjalanan ke Mekah pada masa itu.
Dampak perjalanan perintis haji bagi komunitas Muslim di Indonesia.
Jangan lupa untuk like, komentar, dan bagikan video ini untuk menyebarkan semangat dan inspirasi dari kisah perintis haji. Subscribe untuk mendapatkan konten menarik seputar sejarah dan budaya Indonesia.
"
Sumber : https://youtu.be/RRXyAeGMCKg?si=Fh7qagdwBZrughpV
Ambillah Pelajaran
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari hadits berikut.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ نَظَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْهُمْ فَقَالَ « مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . فَتَبِعَهُ رَجُلٌ فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ . فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ ، حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا »
Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)
Dalam riwayat lain disebutkan,
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Bismillaah
Diharamkan menyebarkan rahasia ranjang
Pendapat Syeikh Albani:
Diharamkan bagi setiap pasangan suami isteri untuk menyebarkan rahasia yang berkaitan dengan urusan ranjangnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah صلی الله عليه وسلم : "Sesungguhnya di antara manusia yang paling jelek derajatnya dihadapan Allah di hari kiamat adalah suami-isteri yang senggama kemudian menyebarkan rahasia ranjangnya"
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (7/67)).
[Aadabu az-Zifaf'hal. 70]
Bismillaah
Kita hanya manusia biasa, pastinya rasa lelah, bosan, dan jenuh dalam ketaatan akan menghinggapi kita.
Semoga pesan Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wasallaam dalam gambar ini dapat memacu semangat kita untuk menambah kualitas ketaqwaan kita.
Terdapat larangan dalam syariat agar kita tidak mencela demam. dari Jabir radiyallahu ‘anhu,
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ؟ قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا. فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ.
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat’.“
Berpegang teguh dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ini memang amat berat, bagai mereka yang memegang bara api.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api.
Ath Thibiy berkata bahwa maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ketika ingin berpegang teguh dengan agamanya. Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya, pelaku maksiat pun begitu banyak, kefasikan pun semakin tersebar luas, juga iman pun semakin lemah.
Hukum Hadiah Undian dalam Islam | Ustadz Erwandi Tarmizi
Wahhabi, Antara Tuduhan Dan Fakta
Penyematan kata “Wahhâbi” telah membentuk pencitraan negatif, bila tidak bisa disebut sebagai celaan. Asumsi dari penyematan ini, bahwa “seakan” semua orang yang berbeda dengan lapisan masyarakat tertentu dalam masalah agama, baik ilmu, amal maupun keyakinan mendapatkan julukan ini. Bahkan sebagian orang ada yang tidak peduli, apakah perbedaan itu didasari dalil-dalil atau tidak? Anggapan mereka “setiap yang berbeda” berarti Wahhâbi.
Wahhâbi dalam versi orang-orang yang tak paham ini adalah gelar yang disematkan kepada para pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb rahimahullah , salah seorang ulama kharismatik. Dilahirkan di tengah keluarga Ulama yang bila ditinjau dari sisi kedudukan, berasal dari keluarga terpandang. Ataupun bila ditinjau dari sisi ekonomi juga bukan dari keluarga miskin, karena orang tua maupun kakeknya adalah Qâdhî. Beliau dilahirkan di ‘Uyainah pada tahun 1115 H, atau kurang lebih tahun 1703 M.
Berbagai tuduhan diarahkan kepada beliau rahimahullah . Misalnya, beliau rahimahullah dituduh tidak memiliki guru, tidak mencintai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ahlul bait, tidak mencintai orang-orang shâlih. Bahkan ada yang menggambarkan Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb rahimahullah sebagai pribadi yang haus darah, mudah mengkafirkan kaum Muslimin yang tidak sependapat dengan beliau rahimahullah . Dan yang lebih menyeramkan lagi, ada yang mengaitkan beliau rahimahullah dengan dajjal, hanya dikarenakan tempat kelahiran beliau yang dianggap sama dengan tempat kemunculan dajjal. Orang yang mengikuti dakwah beliau rahimahullah juga mengalami hal yang tidak jauh beda dengan beliau rahimahullah .
Di antara alasan penolakan para penentang dakwahnya adalah karena mereka menganggap Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb rahimahullah tidak mencintai Rasûlullâh dan ahlul bait. Apakah tuduhan ini benar? Berbicara tentang cinta, itu adalah urusan hati yang keberadaan dan kadarnya tidak bisa diketahui orang lain. Hanya Allâh Azza wa Jalla dan kemudian si pelakunya yang mengetahui. Adapun orang lain, dia akan mengetahuimya setelah diberi tahu atau melihat indikasi yang nampak dari si pelaku dalam menunjukkan kecintaannya itu. Indikasi itu, di antaranya disebutkan dalam al-Qur`ân, yaitu dengan mengikuti ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ), “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” [Ali Imrân/3 : 31]
Dan demikian itu juga yang dilakukan para sahabat dalam membuktikan cinta mereka kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Abdullâh ibnu Umar Radhiyallahu anhuma misalnya, beliau Radhiyallahu anhuma terus berusaha mengikuti semua tindakan yang pernah dilakukan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , baik saat berada di Madinah maupun ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan. Semestinya indikasi ini menjadi perhatian kita untuk mengukur kadar dan bukti kecintaan tersebut; ada cinta dalam hati ataukah tidak ? Ataukah hanya sekedar pengakuan kosong? Dan ternyata fakta di lapangan, para pengikut dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb rahimahullah sangat antusias menjalankan Sunnah meski ditentang banyak orang. Fakta ini, mestinya mendorong kita untuk husnuzhan dan tidak mencurigai mereka, apalagi menuduhnya dengan tuduhan keji.
Permasalahan penting lain yang dituduhkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhâb rahimahullah dan para penyambut dakwahnya yaitu mudah menjatuhkan vonis kafir kepada kaum Muslimin. Tuduhan ini tentu perlu pembuktian, karena ini merupakan permasalahan berat dan penting. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:
Jika ada seseorang yang mengatakan kepada saudaranya “wahai orang kafir” maka ucapan itu akan kembali kepada salah satunya. [HR al-Bukhâri].
Jika anggapan itu sesuai dengan kenyataan, maka yang mengatakannya selamat. Sebaliknya, jika anggapan itu tidak sesuai, maka yang mengatakannya akan menanggung akibat yang sangat buruk. Sedangkan Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb rahimahullah, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul-Lathîf bin Abdirrahmân Âlu Syaikh, bahwasanya Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb rahimahullah termasuk orang yang paling menjaga dan menahan diri dalam menjatuhkan vonis kafir, bahkan beliau rahimahullah tidak berani memastikan kafirnya orang yang berdoa kepada selain Allâh Azza wa Jalla karena jahil, (misalnya berdoa kepada,-red.) penghuni kubur atau lainnya, jika tidak ada orang yang mengingatkannya. Begitu p**a dengan Pemerintah Arab Saudi yang meneruskan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil-Wahhâb rahimahullah ternyata tidak mengkafirkan para jama’ah haji yang berjuta-juta, bahkan justru terus meningkatkan pelayanan kepada para jama’ah haji ini.
Dan masih banyak lagi tuduhan yang diarahkan, namun tidak sejalan dengan fakta.
Semoga Allâh Azza wa Jalla membuka hati kita dan kaum Muslimin untuk senantiasa menerima kebenaran, meskipun berbeda dengan kebiasaan kita.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVII/1435H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
https://almanhaj.or.id/4439-wahhabi-antara-tuduhan-dan-fakta.html
Merasa Sebagai Ahli Surga
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Di antara sifat buruk Ahlul Kitab -Yahudi dan Nasrani- yang disingkap Al-Qur’an adalah mereka merasa yang akan menjadi penghuni surga. Yahudi menyatakan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beragama Yahudi. Selain Yahudi tidak akan masuk surga.
Demikian p**a Nasrani, menyatakan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang beragama Nasrani. Selain mereka tidak bisa masuk surga.
Sementara Yahudi dan Nasrani meyakini bahwa kaum muslimin tidak akan masuk surga.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani".” (QS. Al-Baqarah: 111)
Kemudian Allah menjawab klaim mereka tersebut,
“Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.”
Angan-angan tersebut tertanam dalam diri mereka dan mengakar dalam hati mereka karena kedengkian, kebencian, dan permusuhan terhadap kelompok di luar mereka. Allah menyingkap kebencian dan kedengkian mereka dalam firman-Nya,
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 112)
“Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab.” (QS. Al-Baqarah: 113)
Kebencian dan kedengkian ini menyebabkan mereka saling menghukumi sesat dan mengafirkan pihak lain. Setiap kelompok menjadi tersesat karena sebab itu sehingga kondisi hati mereka sama tergelincir dan sesatnya.
Al-Qur’an menyebutkan ini agar kaum muslimin mewaspadainya. Jangan sampai sifat buruk ini menular pada diri mereka. Namun realitanya, kelompok dan jamaah kaum muslimin banyak terjerumus ke dalamnya. Satu kelompok sangat bernafsu menyesatkan, membid’ahkan, dan menfasikkan kelompok lainnya. Bahkan tidak sedikit sudah sampai tingkat mengafirkan muslimin lainnya.
Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Sungguh, kamu akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke liang biawak, niscaya kamu akan masuk ke dalamnya p**a.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah ?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Lebih parah lagi perilaku kelompok penyesat dan mukaffirah ini mengklaim diri mereka saja yang akan masuk surga dan selain mereka masuk neraka. Sama persis dengan perkataan Yahudi dan Nasrani di atas.
Sungguh klaim-klaim ini adalah bentuk kelancangan terhadap Allah dan merasa diri sebagai manusia suci. Seolah-olah merekalah yang memegang kunci surga sehingga seenak dirinya menyatakan “fulan dan fulan ahli surga, sedangkan fulan dan fulan ahli neraka”.
Ketika Yahudi dan Nasrani merasa yang pantas masuk surga –tidak dengan yang lainnya-, maka Allah jawab,
“Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka.” (QS. Al-Baqarah: 111)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan dengan gamblang tentang sifat calon penghuni surga sehingga kaum muslimin bisa berusaha menyempurnakan sifat tersebut dalam diri mereka.
“Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Dalam ayat ini, Allah Subahanahu wa Ta'ala menetapkan kaidah “balasan atas amal”. Amal ini adalah Islam dan Ihsan yang dikerjakan seorang muslim. Bukan domain kelompok dan ras tertentu, warna kulit dan keturunan tertentu, kelompok dan organisasi serta madhab tertentu. Tetapi, siapa yang Islam. Yaitu yang tunduk dan patuh serta menyerahkan diri kepada Allah. Ia ikhlaskan amal Islamnya itu untuk Allah semata dengan melaksanakan perintah dalam agama-Nya. Sehingga berkumpul dalam dirinya ketundukan batin dan ketundukan zahir yang sering disebut dengan ihsan.
Islam semata yang akan bisa membawa kepada surga. Yaitu Islam yang diwujudkan dalam aqidah dan amal. Keyakinan dalam hati yang disebut iman dan amal zahir yang disebut ihsan. Siapa yang menggabungkan dua ini maka dia yang pantas masuk ke dalam surga. Wallahu a’lam.
[PurWD/voa-islam.com]
KU TERKECOH DENGAN KELEZATANNYA
Bismillaah
• ISTRI SHALIHAH ADALAH SAHABAT HIDUP
👤 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
“Istri salihah menjadi sahabat hidup suaminya yang saleh dalam mengarungi tahun-tahun yang panjang. Dialah perhiasan yang telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu‘alaihi wassalam; ‘Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang terbaik adalah wanita salihah.’
‘Ketika kau pandang, ia membuatmu bahagia. Ketika kau perintah, ia menaatimu. Ketika engkau tiada di sisinya, ia berjuang keras menjaga diri dan harta yang bersamanya.’
Dia p**a wanita yang dimaksudkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam dalam sabdanya ketika sebagian Muhajirin bertanya, ‘Harta apa yang harus kami bawa?’ Beliau menjawab, ‘Lisan yang senantiasa berzikir, hati yang senantiasa bersyukur, dan istri salihah yang akan membantu menjaga keimanan kalian.’
Di dalam jiwa suami yang salih dan istri yang salihah terpatri rasa kasih dan sayang, sebagai anugerah dari Allah. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Kitabullah. Oleh karena itulah, rasa sakit nan perih datang menghampiri ketika mereka ‘berpisah’, seakan-akan melebihi rasa sakit ketika ajal menjemput. Hati serasa tersayat, pedih, melebihi kepedihan ketika kehilangan harta benda atau kepergian dari negeri tercinta. Lebih-lebih ketika rasa cinta telah kuat melekat dalam sanubari keduanya. Atau karena kehadiran buah hati di tengah mereka, entah bagaimana nasibnya apabila keduanya harus ‘berpisah’.”
( Majmu’ al-Fatawa 35/299 )
Bismillaah
Kemuliaan Penuntut Ilmu Al-Quran
Dalam agama Islam, pengetahuan dan pengajaran Al-Quran memiliki tempat yang istimewa dan mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa 'ala Alihi wa shohbihi wa sallam pernah bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya" (Hadits riwayat Al Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa orang yang belajar Al-Quran dan berusaha mengajarkannya kepada orang lain memiliki kedudukan yang istimewa di mata Allah.
Penuntut ilmu Al-Quran adalah mereka yang berusaha mendalami makna, hukum, dan ajaran yang terkandung dalam Al-Quran. Mereka berupaya untuk merenungkan ayat-ayat-Nya, memahami pesan-pesan-Nya, dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. Dalam perjalanan mereka untuk memahami Al-Quran, mereka mendapatkan kebijaksanaan, ketenangan, dan pandangan yang lebih jernih tentang kehidupan dan akhirat.
Di sisi lain, pengajar Al-Quran memegang peran yang sangat penting dalam mendakwahkan Islam dan menyebarkan pengetahuan agama kepada generasi selanjutnya. Mereka membantu menyampaikan pesan-pesan Al-Quran kepada orang lain, mengajarinya dengan penuh kesabaran dan ketulusan. Pengajaran Al-Quran bukan hanya tentang membaca, tetapi juga memahami dan menerapkan ajaran-ajaran suci ini dalam kehidupan sehari-hari.
Kemuliaan penuntut ilmu dan pengajar Al-Quran tidak hanya tercermin dalam dunia ini, tetapi juga di akhirat nanti, di mana mereka akan mendapatkan pahala yang besar atas upaya mereka dalam mengejar ilmu dan menyebarkannya. Oleh karena itu, sebagai umat Muslim, kita harus memberikan penghormatan dan dukungan kepada mereka yang berusaha belajar dan mengajar Al-Quran, karena mereka adalah penerang bagi masyarakat dan warisan berharga bagi umat Islam.
Bismillaah
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐤𝐮𝐭𝐢 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐮’𝐦𝐢𝐧, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS. 4:115).
Penjelasannya:
Cobalah anda renungkan kalimat yang bercetak tebal di atas. Bukankah Allah telah menyatakan bahwa diantara sebab tersesatnya seseorang ialah karena ia mengikuti jalan yang lain dari jalan orang-orang beriman (ghaira sabilil mu’minin)? Pertanyaannya; siapakah orang-orang beriman yang dimaksud oleh ayat ini? Jelas bahwa orang-orang yang pertama kali masuk dalam kategori ayat ini ialah mereka yang telah beriman saat ayat ini diturunkan… mereka lah para sahabat Rasulullah Shalallaahu 'alaihi wasallaam.
Karenanya Imam Syafi’i berdalil dengan ayat ini bahwa ijma’nya para sahabat adalah hujjah (dalil), dan barangsiapa menyelisihi ijma’ mereka berarti termasuk orang-orang yang terancam oleh ayat di atas.
Sumber : muslim.or.id
22 Tahun Setelah Serangan 9/11 Umat Islam Masih Menghadapi Kebencian Dan Diskriminasi
Lebih dari dua dekade setelah serangan 11 September 2001 atau di Barat dikenal juga dengan 9/11, diskriminasi dan kebencian terhadap Muslim di AS masih terjadi hingga menimbulkan kemarahan kelompok advokasi hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika.
“Sayangnya, setelah 22 tahun, Islamofobia telah mengakar dan menjadi bagian dari struktur rasisme yang ada di beberapa bagian negara kita,” kata Hussam Ayloush, CEO Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang California (CAIR- CA).
Ayloush mengatakan kepada Anadolu bahwa hampir satu juta dari sekitar lima juta Muslim yang tinggal di AS tinggal di negara bagian California dan menunjukkan bahwa pelecehan dan prasangka terhadap komunitas Muslim masih lazim terjadi beberapa dekade setelah 9/11.
“Lebih dari 50% siswa Muslim di California menghadapi beberapa bentuk perundungan verbal dan fisik di sekolah umum hanya karena menjadi Muslim,” kata Ayloush.
“Selain itu, masih ada daftar pantauan pemerintah untuk hampir 1,6 juta orang, yang hampir semuanya beragama Islam, yang namanya ada dalam daftar pantauan perjalanan atau memiliki nama yang terdengar Muslim.
“Jenis pelanggaran yang terjadi akibat peristiwa 9/11 yang dilakukan pemerintah menjadi bagian dari bagaimana Islamofobia berkembang,” lanjutnya.
“Umat Muslim dilecehkan di bandara, meminta FBI melakukan penggeledahan serta menempatkan informan di masjid-masjid dan memberikan lampu hijau kepada lembaga federal seperti FBI dan CIA untuk melacak Muslim dari negara lain seperti Suriah, Libya, dan Sudan.”
Kejahatan kebencian terhadap Muslim meroket segera setelah serangan 9/11, meningkat 1,617% dari tahun 2000 hingga 2001, menurut statistik dari FBI. Lonjakan tajam ini menandai jumlah tertinggi kejahatan rasial terhadap komunitas Muslim dalam sejarah AS.
“Pemerintah AS di bawah pemerintahan George W. Bush membutuhkan musuh yang memungkinkan kaum konservatif baru melancarkan kampanye mereka dan 9/11 menciptakan dalih yang sempurna untuk menjadikan Muslim sebagai musuh,” jelas Ayloush, seraya mengatakan bahwa setiap stereotip komunitas Muslim digunakan untuk melecehkan, menganiaya, dan menahan siapa pun yang sesuai dengan pola tersebut.
“Cara kami makan, cara kami berpakaian, cara kami berbicara menjadi mencurigakan,” katanya tentang diskriminasi yang dihadapi umat Islam setelah 9/11.
“Jika mereka menyewa truk untuk memindahkan perabotan mereka, FBI akan dipanggil. Jika seorang Muslim terlalu sering bepergian ke luar negeri atau mereka menarik banyak uang untuk bisnis mereka, mereka dianggap melakukan sesuatu yang salah dan FBI akan dipanggil untuk menyelidikinya.
“9/11 menciptakan momentum untuk membangun dan menghilangkan kefanatikan dan xenofobia di Amerika untuk membenarkan diskriminasi terhadap Muslim. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengatakan 'Saya tidak membenci semua Muslim, hanya mereka yang melakukan x, y atau z,' hanya untuk membenarkan kebencian mereka,” kata Ayloush.
“Islamofobia sudah kuat sebelum 9/11,” kata Louise Cainkar, seorang profesor sosiologi di Universitas Marquette di Milwaukee, Wisconsin yang berspesialisasi dalam Studi Arab dan Muslim Amerika.
“Reaksi langsung terhadap semua orang yang dianggap Muslim membuktikan hal tersebut,” kata Cainkar kepada Anadolu. "Hal ini bergantung pada persepsi bahwa semua orang adalah sama. Persepsi seperti itu tidak pernah diterapkan pada orang kulit putih atau Kristen. Tentu saja, anggapan bahwa 9/11 adalah 'hal yang bersifat Muslim' -- sesuatu yang melekat pada diri seorang Muslim -- hanya memperburuk keadaan. ."
Dengan banyaknya Muslim yang dicap sebagai teroris dan dirujuk ke pemimpin Al-Qaidah Syaikh Usama Bin Ladin, Cainkar mengatakan komunitas Muslim di Amerika tampaknya menghilang dalam bayang-bayang segera setelah serangan 9/11.
“Awalnya, mereka 'bersembunyi', artinya mereka menjalani hidup dengan sangat tenang,” kata Cainkar. “Kemudian, mereka membangun organisasi untuk memperjuangkan hak-hak mereka, membangun solidaritas dengan kelompok lain dan akhirnya menjadi komponen masyarakat sipil AS yang kuat.”
Gerakan pemberdayaan dan kesetaraan Muslim di Amerika Serikat memerlukan perjuangan dan ketekunan selama lebih dari dua dekade untuk berkembang hingga mencapai kondisi seperti sekarang ini. Namun bahkan setelah 22 tahun berlalu, faktor-faktor yang sama sejak 11 September dan sebelum 11 September masih terus menimbulkan ketakutan di sebagian warga Amerika.
“Stereotip yang sama mungkin digunakan: kekerasan, teroris, penindasan terhadap perempuan,” kata Cainkar. “Penggunaannya untuk keuntungan politik meningkat pada masa pemilu dan masa perang.”
Intinya adalah bahwa Islamofobia masih ada saat ini, meskipun peristiwa 9/11 telah memudar di masa lalu.
“Penelitian menunjukkan bahwa jumlah tersebut meningkat tidak hanya terkait dengan peristiwa di dunia nyata namun juga pada saat pemilu AS. Oleh karena itu, saya berharap jika umat Islam kembali menjadi sasaran retorika kampanye tahun ini, (kita) akan melihat peningkatannya,” lanjut Cainkar, mengacu pada mantan Presiden Donald Trump, yang saat ini berkampanye untuk nominasi presiden dari Partai Republik pada tahun 2024.
"Sejauh ini, saya tahu Trump mengatakan dia akan memperluas 'larangan' tersebut, tapi dia tidak menggunakan kata 'Muslim' dalam kutipan yang saya lihat. Tapi orang-orang tahu apa artinya."
Dia mengacu pada pembatasan pemerintahan Trump yang melarang hampir semua pelancong dari lima negara mayoritas Muslim – Suriah, Iran, Yaman, Libya, Somalia – memasuki Amerika Serikat. Chad, Korea Utara, dan Venezuela kemudian ditambahkan.
Ayloush sependapat dengan gagasan tersebut, dan mengatakan bahwa korelasi 9/11 dengan Islamofobia berubah menjadi bentuk diskriminasi yang jauh lebih dalam selama kampanye presiden Trump pada tahun 2016 dan setelah ia terpilih menjadi presiden.
“Ketika Trump muncul, dia menghidupkan kembali dan mempopulerkan sikap rasis di Amerika dengan basis pendukungnya yang menganut keyakinan bahwa 'Saya bukan satu-satunya yang berpikiran seperti itu' dan memaafkan rasisme terhadap orang Meksiko, kulit hitam, Asia, Yahudi, dan Muslim.
“Percaya atau tidak, kita melihat gelombang Islamofobia lain yang lebih ganas dan intens dibandingkan apa yang kita lihat setelah 9/11,” lanjut Ayloush. Trump meluncurkan kampanye yang melibatkan rasa takut terhadap Muslim dan ketakutan terhadap Islam dan menghidupkan kembali Muslim sebagai ancaman. Saat itulah kita mulai melihat tindakan baru Islamofobia termasuk intimidasi di sekolah, diskriminasi terhadap Muslim dan menargetkan masjid dengan vandalisme dan ujaran kebencian yang menjadi jauh lebih besar. dalam cakupannya dibandingkan yang kita lihat setelah 9/11."
Ayloush mengatakan jenis Islamofobia ekstrem sangat menonjol saat ini.
"Sayangnya, jumlahnya meningkat lagi. Kita menyaksikan kebangkitan Islamofobia. Namun sejujurnya, lebih banyak orang yang melaporkan kasus diskriminasi ini dibandingkan setelah 9/11," katanya. “Islamofobia masih ada, namun kita mengatasinya pada tingkat yang lebih besar melalui isu-isu kebijakan.”
Profesor Cainkar percaya bahwa pandangan anti-Muslim dipicu oleh kebijakan luar negeri AS dan perang, terlepas dari siapa presidennya.
“Stereotip-stereotip ini digunakan untuk mendorong dukungan rakyat terhadap mereka. Mereka juga dirangsang untuk mendukung dukungan pemerintah AS, atau tidak mengutuk, tindakan sekutunya (seperti Israel atau Prancis) yang dianggap terlibat dalam tindakan anti-Arab dan atau tindakan anti-Muslim,” kata Cainkar.
Oleh karena itu, selama AS terlibat dalam kekerasan di negara-negara mayoritas Muslim atau mendukung sekutunya yang melakukan hal tersebut, stereotip-stereotip tersebut akan tetap ada…9/11 tidak menyebabkan hal tersebut, jadi menjauhkan diri dari 9/11 saja tidak akan menghilangkannya".
Cainkar menjelaskan bahwa langkah-langkah penting telah diambil selama lebih dari 20 tahun terakhir untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang komunitas Muslim AS.
“Umat Islam telah membangun organisasi dan melakukan pekerjaan besar dalam membangun solidaritas,” katanya. “Mereka berasal dari kelompok agama, organisasi BIPOC (Black, Indigenous and People of Color), dan kelompok sipil. Jadi menurut saya umat Islam berada di garis depan dalam menghasilkan perubahan ini.”
Namun perubahan tidak akan terjadi dengan mudah, menurut Ayloush.
“Rasisme masih ada, tapi kita harus memastikan kita bisa membendung Islamofobia dan rasisme secara umum,” ujarnya. “Pastikan diskriminasi berdasarkan ras adalah tindakan ilegal dan pastikan orang-orang dihukum karena melakukan hal tersebut. Pastikan mayoritas masyarakat tidak diam dan bersedia bersuara bila diperlukan dan menentang mereka yang terlibat dalam Islamofobia dan rasisme ."
Ayloush percaya bahwa sentimen ini telah melampaui 22 tahun sejak 9/11 membawa Islamofobia ke permukaan masyarakat Amerika.
“Saya kira kita tidak akan punya ilusi bahwa kita bisa menghilangkan Islamofobia atau rasisme,” katanya. "Jika ada yang berpikir seperti itu, mereka akan kecewa."
“Kita tidak bisa membiarkan korban yang menjadi sasaran membela diri karena serangan terhadap satu orang adalah serangan terhadap semua orang,” lanjutnya. “Jika kita menyaksikan suatu kelompok menjadi sasaran dan kita tidak bertindak atau angkat bicara, maka kita adalah bagian dari masalah karena kita membiarkan perilaku rasis tersebut dinormalisasi.” (AA)
Sumber: Voa-Islam
Bismillaah
Orang yang lebih mengutamakan dunia daripada akhirat disebabkan oleh dua faktor; pertama adalah rusaknya iman, dan yang kedua adalah rusaknya akal. Sungguh, alangkah banyak orang yang mengalami kedua hal tersebut.
Oleh sebab itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Beliau mencampakkan dunia di belakang punggung mereka. Mereka memalingkan hati mereka dari dunia. Mereka mengabaikannya dan tidak merasa nyaman dengannya. Mereka meninggalkannya dan tidak mengejarnya. Bagi mereka, dunia adalah penjara, bukan surga, sehingga mereka selalu bersikap zuhud dalam arti yang sebenarnya. Seandainya menginginkan dunia, niscaya mereka akan mendapatkan apa yang disenangi dan mencapai apa yang diinginkan.
Referensi : https://almanhaj.or.id/5858-cinta-dunia-merupakan-sumber-dari-kesalahan-dan-kerusakan-agama.html
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Category
Contact the organization
Telephone
Website
Address
Jakarta