SADDHARMAPUNDARIKASUTRA
Nearby finance companies
Jalan Zainul Arifin
SADDHARMAPUNDARIKASUTRA BAB1 - BAB28 Demikian p**a hadir Bhiksuni Yasodara, ibunda Pangeran Rahula, juga diikuti oleh para pengikutnya. Manjusri ? Mengapa ? "
73.
BAB I
PURWAKA
Demikianlah yang telah kami dengar,
Pada suatu ketika Sang Buddha bersemayam di Rajagraha di Gunung Gridhrakuta, dihadap oleh 12.000 Bhiksu yang semuanya telah mencapai kesucian Arahat, yang tiada tercela, yang telah bebas dari ikatan keduniawian, yang telah mengatasi segala belenggu dan yang telah dapat mengendalikan pikiran dan nafsu keinginannya. Mereka semua adalah para Arahat y
ang namanya telah terkenal antara lain adalah Arahat :
Ajnata Kaundinya - Maha Kasyapa - Uruvilva Kasyapa - Gaya Kasyapa - Nadi Kasyapa - Sariputra - Maha Maudgalyayana - Katyayana - Aniruddha - Kapphina - Gavampati - Revata - Pilindavasta - Vakkula - Maha Kaushthila - Nanda - Sundara Nanda - Purna - Maitrayaniputra- Subhuti - Ananda - dan Rahula. Disamping para Arahat yang termashur itu, datang p**a menghadap kira-kira 2000 orang Saiksha dan Asaiksha; Bhiksuni Mahaprajapati dengan diiringi oleh 6000 orang pengikutNya. Datang p**a menghadap Sang Buddha sekitar 80.000 orang Bodhisatva-Mahasatva, yang semuanya berhati teguh dan berpendirian kukuh, tanpa ragu-ragu dan tidak akan murtad lagi. Mereka semua mempunyai tujuan yang satu ialah untuk mencapai Penerangan Sempurna (Bodhi). Para Bodhisatva ini semuanya telah memperoleh Dharani tanpa mundur sedikitpun. Mereka para Bodhisatva yang tiada terhitung jumlahnya telah mendapat bimbingan dan pembinaan dari Sang Buddha, yang menyebabkan mereka telah dapat menanamkan akar dari kebajikan yang selalu dipuja dan disanjung oleh mereka itu. Berkat bimbinganNya maka para Bodhisatva telah melaksanakan amal kebajikan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari yang telah memiliki kebijaksanaan keBuddhaan dan telah berhasil menembus pengetahuan tertinggi, sehingga mereka telah berhasil mencapai pantai seberang yang telah terkenal diseantaro jagat. Mereka dengan kebajikannya yang telah diamalkan dalam kehid**anNya, telah berhasil menyelamatkan ratusan ribu mahluk. Adapun nama-nama para Bodhisatva tersebut antara lain ialah ;
Bodhisatva Manjusri;
Bodhisatva Avalokitesvara;
Bodhisatva Mahastamaprapta;
Bodhisatva Sarvathanaman;
Bodhisatva Nityadyukta;
Bodhisatva Anikshiptadhura;
Bodhisatva Ratnapani;
Bodhisatva Baishagyaraga;
Bodhisatva Pradanasura;
Bodhisatva Ratnakandra;
Bodhisatva Ratnaprabha;
Bodhisatva Rurnakandra;
Bodhisatva Mahavikramin;
Bodhisatva Trilokavikramin;
Bodhisatva Bhadrapala Anantavikrama;
Bodhisatva Mahapratibhana;
Bodhisatva Satatasamitabhiyukta;
Bodhisatva Dharanidhara;
Bodhisatva Akshayamati;
Bodhisatva Padmasri;
Bodhisatva Nakshatraya;
Bodhisatva Simha. Pada waktu itu hadir p**a Sakra Dewa Indra dengan diikuti oleh 20.000 orang Putera Dewata, diantaranya ;
Putera Dewata Candra,
Putera Dewata Surya,
Putera Dewata Samantaganda,
Putera Dewata Ratnaprabha. Serta p**a ke-empat Maharaja Langit : Dhrtarashtra - Viradhuka - Virupaksha - Vaisravana dengan 10.000 orang Putera Dewata menyertainya. Dewa Isvara dan Dewa Mahesvara diikuti oleh 30.000 orang Putera Dewata. Maha Brahma Sikhin, penguasa alam semesta dan Maha Brahma Gyatipraba dan lain-lainnya, disertai oleh 12.000 orang Putera Dewata. Demikian p**a ada delapan Raja Naga, yaitu Raja Naga Nanda, Raja Naga Upananda, Raja Naga Sagara, Raja Naga Vasuki, Raja Naga Takshaka, Raja Naga Anavatapta, Raja Naga Manasvin, dan Raja Naga Utpalaka, masing-masing dengan pengikutnya. Nampak p**a ke-empat Raja Garuda yaitu : Raja Garuda Mahatega, Raja Garuda Mahakaya, Raja Garuda Mahapurna, Raja Garuda Maharddiprapta, masing-masing dengan beberapa ratus ribu pengikutnya. Lain dari pada itu : Raja Ajatasatru, Putera Vaidehi dengan beberapa ratus ribu pengikutnya. Masing-masing sujud pada kaki Sang Buddha, kemudian mengundurkan diri dan duduk disamping. Pada waktu itu Yang Disujud Dunia, Yang Dipuja, disujudi, dihormati dan disanjung oleh ke-empat golongan : Bhiksu-Bhiksuni dan para Upasaka-Upasika. Untuk kepentingan para Bodhisatva Sang Buddha memberikan khotbah Mahayana Sutra yang disebut "DHARMA PARYAYA" sebagai ajaran bagi para Bodhisatva dan yang dipelihara dan diperhatikan oleh para Buddha. Setelah mengkhotbahkan Sutra ini Sang Buddha duduk bersila dan memasuki samadhi yang disebut "PANGKALAN TANPA BATAS" dimana raga dan pikiran tak bergerak. Pada waktu itu dari langit turun hujan bunga Mandarava - Mandarava Besar - Manjushaka - dan Manjushaka Besar yang menghujani Sang Buddha dan pesamuan agung itu, sedang Buddhaloka bergetar dalam enam macam gerak. Lalu pesamuan para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika - Dewa - Naga - Yaksha - Gandrava - Asura - Garuda - Kimnara - Mahoraga - Mahluk-mahluk yang tampak dan yang tidak tampak; termasuk raja-raja rendahan dan segenap Raja Pemutar Roda; seluruh pesamuan itu mengalami hal yang belum pernah dialami sebelumnya. Dengan rasa gembira dan dengan kedua tangan tertelungkup serta dengan pikiran yang sama, mereka semua menatap Sang Buddha. Kemudian dari lingkaran rambut putih yang berada diantara kedua keningnya (urna) Sang Buddha keluar pancaran cahaya yang menyinari ke-18.000 negara-negara disebelah Timur, sehingga tak ada sesuatu yang tidak tertembus dan kebawah sampai pada Neraka Avici, keatas sampai pada Surga Akanishtha. Dalam alam ini dimana terdapat negara-negara itu, segenap mahluk hidup dari ke-enam tingkatan. Dapat dilihat p**a para Buddha yang bersemayam ada dinegara-negara itu. Juga dapat didengar Sutra-sutra yang dikhotbahkan oleh para Buddha. Dapat p**a disaksikan adanya Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika yang telah menjalankan dan mendapatkan Jalan Kesempurnaan. Lebih lanjut dapat dilihat para Bodhisatva-Mahasatva yang menjalankan ke-Bodhisatvaanya dari segala aliran dengan bermacam-macam perbedaan kepercayaan dan melaksanakan bermacam-macam cara. Demikian p**a dapat disaksikan para Buddha yang telah mencapai Pari-Nirvana, dapat p**a dilihat stupa-stupa, terbuat daripada tujuh macam bahan untuk menempatkan Sarira ( relik ) para Buddha, yang didirikan setelah para Buddha mencapai Pari-Nirvana. Pada saat itu Sang Bodhisatva Maitreya memberi sambutan begini ;
"Sekarang Yang Dihormati Dunia menunjukkan tindak yang demikian menakjubkan. Apakah gerangan makna kejadian yang penuh memberi harapan ini ? " -
Karena Sang Buddha, Yang Dihormati Dunia telah memasuki samadhi maka terjadilah kegaiban-kegaiban yang tak dapat dimengerti karena belum pernah terjadi. Kepada siapakah kita akan bertanya dan siapakah yang akan mampu memberikan jawabannya ?"
Selanjutnya Ia berkata :
"Disini hadir Manjusri, Putera Buddha yang telah dapat menjadi JINA, yang selalu berhubungan dan bersujud kepada para Buddha yang lampau dan pernah p**a menyaksikan tanda-tanda kegaiban seperti ini. Baiklah kutanyakan padaNya" -
Demikian p**a para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika dan segenap mahluk-mahluk dewata, naga dan mahluk-mahluk halus lainnya menyambung begini ;
-" Kepada siapa kami akan minta keterangan tentang cahaya gaib dari batin Sang Buddha ini ?" -
Lalu Bodhisatva Maitreya, berhasrat untuk mengatasi keragu-raguan diri pribadi-pribadinya dan memperhatikan p**a pikiran yang timbul dari hati peserta pesamuan para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika maupun para dewata, naga dan mahluk-mahluk halus lainnya. Maka bertanyalah Ia kepada Manjusri :
- " Apakah gerangan sebab dan makna kejadian yang penuh harapan dan gaib ini, yang memancarkan sinar terang yang demikian cemerlang yang menerangi ke 18.000 negara-negara sebelah Timur dan yang membuka kemuliaan wilayah-wilayah Buddha itu ? " -
Terhadap masalah tersebut Bodhisatva Maitreya berkehendak membahas arti dan hakekat dari peristiwa tersebut dengan syair sebagai berikut :
Wahai Manjusri,
Mengapa dari lingkaran rambut putih Guru kami
Yang berada di antara kedua keningNya itu
Memancar sinar terang yang gemerlapan ? Hujan bunga Mandarava dan Manjushaka
Yang baunya semerbak harum cendana
Sungguh sangat mengasyikkan hati kami
Karena kejadian yang penuh kegaiban ini
Seluruh alam semesta di liputi kemuliaan
Sedang dunia bergetar dalam enam macam gaya
Yang menyebabkan keempat golongan bergembira
Merasa berbahagia dalam pikiran dan perbuatan
Mangalami kejadian yang belum pernah dialaminya
Sinar yang memancar dari kedua kening itu
Menerangi bagian Timur dari alam semesta ini
Dimana terdapat delapan belas ribu negara
Semuanya berwarna keemasan mulai Neraka Avici
Hingga puncak-puncak dari seluruh dunia
Dimana hidup mahluk-mahluk dari keenam tingkatan
Kemajuan yang dialami semua mahluk-mahluk itu
Dengan melalui proses lahir dan meninggal
Dimana mereka menikmati pahala dari karma baiknya
Merasakan ganjaran dari perbuatan jahatnya
Semuanya kulihat jelas dari sini …………
Kusaksikan p**a para Buddha, para Guru Suci
Para Wadisimha menjelaskan sutra yang gaib dan luhur
Yang disampaikannya dengan suara mantap dan lembut
Kepada ribuan keti Bodhisatva yang dapat menghayatinya
Mereka mengkhotbahkan Sadharma
Dalam dunianya masing-masing
Dengan memberi penjelasan dengan berbagai macam cara,
Yang dapat memberikan pengertian semua mahluk
Sudharma juga disampaikan kepada yang malang
Yang sakit karena telah lanjut usianya
Dimana maut selalu mengancamnya setiap saat
Bagi mereka ini juga ditunjukkan jalan Nirvana
Untuk menghentikan segala sesal dan derita
Bilamana semuanya telah menikmati bahagia
Setelah mereka memuja dan bersujud kepada Buddha
Bagi mereka yang bercita-cita mencari Dharma Agung
Baginya akan ditunjukkan Jalan Pratyeka Buddha
Bagi para putra Buddha yang telah melaksanakan
Berbagai macam tugas dan kewajibannya dengan baik
Bercita-cita hendak mencari Kebijaksanaan Sempurna
Akan ditunjukkan Jalan Kesempurnaan itu
Wahai Manjusri,
Dari sini kusaksikan dan kudengar dengan jelas
Berbagai masalah yang dialami ribuan keti Bodhisatva
Yang akan kujelaskan secara singkat:
Kusaksikan di berbagai negara para Bodhisatva
Demikian banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga
Yang telah mencapai berbagai tingkat kesempurnaan
Yang semuanya bertujuan mencari Jalan Kebuddhaan
Berbagai pengorbanan yang telah mereka laksanakan
Untuk mencari jalan yang menuju KeBuddhaan itu
Ada dengan jalan berdana emas dan ratna manikam
Jamrud, intan dan permata yang tiada ternilai mutunya
Bahkan ada yang mempersembahkan kereta dengan kudanya
Kendaraan dan tandu yang ditabur dengan permata
Semua persembahan ini dihaturkan dengan hati ikhlas
Mereka semua menuju kepada Jalan Kebuddhaan yang dicita
Mereka semua berusaha mendapatkan Yana-yana dalam samadhi
Yang unggul di tiga alam disempurnakan oleh para Buddha
Ada p**a para Bodhisatva mempersembahkan kereta kencana
Yang ditarik oleh empat ekor kuda yang tempat duduknya
Dengan sandarannya dihias indah menawan hati
Kusaksikan p**a para Bodhisatva yang berdana
Dengan mempersembahkan daging, tangan dan kakinya sendiri
Bahkan mempersembahkan anak dan istrinya sebagai persembahan
Untuk mendapatkan Jalan Yang Luhur Sempurna itu
Kusaksikan p**a para Bodhisatva yang berdana
Dengan mempersembahkan kepala, mata dan badanNya
Dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan
Untuk bisa mencapai Kebijaksanaan Kebuddhaan
Wahai Manjusri,
Kusaksikan banyak raja-raja
Menghadap kepada para Buddha
Kemudian meninggalkan kerajaannya
Istana, para menteri dan selir-selirnya
Mencukur rambut dan janggutnya
Mengenakan jubah Dharma Cakra
Kusaksikan p**a para Bodhisatva
Menjelma menjadi seorang Bhikku
Hidup menyendiri mengasingkan diri
Sambil membaca sutra dengan tekun
Kusaksikan p**a Bodhisatva
Yang dengan sungguh-sungguh dan tekad bulat
Memasuki pedalaman dari hutan di pegunungan
Untuk merintis Jalan Kebuddhaan
Kusaksikan mereka yang telah bebas dari nafsu
Selalu merenung dalam keheningan pegunungan
Dengan tekun melaksanakan tapa samadhi
Untuk dapat memiliki lima kekuatan gaib
Selanjutnya kusaksikan Bodhisatva
Dengan tenang melaksanakan samadhi
Menelaah ribuan bait ayat-ayat Dharma
Menghormat dan memuja raja Dharma
Juga kusaksikan Bodhisatva
Yang teguh tekadnya dalam kebijaksanaanNya
Telah memberikan teladan yang tiada terhitung
Mengajarkan Kesunyataan kepada kalayak ramai
Dengan penuh kegembiraan dan pengabdian
Untuk membina para Bodhisatva
Untuk dapat membinasakan tentaranya Mara
Dengan jalan memukul genderang Dharma
Kusaksikan p**a Bodhisatva
Yang sempurna dan tenang dalam samadhinya
Yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Naga
Namun meskipun dihormati, Ia tidak merasa bangga
Kusaksikan lagi para Bodhisatva
Yang bersemayam dalam hutan memancarkan cahaya
Yang selalu berusaha menyelamatkan penghuni neraka
Membimbingnya untuk memasuki Jalan Buddha
Kusaksikan p**a putra-putra Buddha
Yang berkelana dalam rimba tanpa tidur
Dengan bersemangat mencari Jalan Buddha
Selanjutnya kusaksikan p**a
Mereka yang taat melaksanakan peraturan suci
Yang sempurna dan murni ibarat mutiara
Dengan sepenuh ketekunan mencari Jalan Buddha
Dan kusaksikan putra-putra Buddha
Dalam usahanya mencari Jalan Buddha
Tabah dan teguh hatinya menghadapi cacian
Kebencian dan serangan yang keji
Dari orang-orang yang congkak dan sombong
Kusaksikan p**a Bodhisatva
Yang telah meninggalkan kesenangan duniawi
Dan semua teman-temannya yang bodoh dan dungu
Yang selalu bergaul dengan orang bijaksana
Yang dengan keteguhan imannya dapat bebas dari godaan
Setelah memusatkan pikiran di hutan pegunungan
Selama ribuan keti tahun untuk mencari Jalan Buddha
Selanjutnya kusaksikan lagi para Bodhisatva
Yang menghadiahkan makanan dan obat-obatan
Kepada para Buddha dan Bhiksu sebagai dana
Juga memberikan pakaian dan perhiasan indah
Yang harganya tidak ternilai. Juga ada yang memberikan ribuan macam dana
Berupa gedung yang indah terbuat dari kayu cendana
Lengkap dengan peralatan tidur yang indah
Kepada para Buddha dan para Bhiksu
Ada p**a yang memberikan taman yang indah permai
Penuh berhiaskan bunga yang indah dan buah-buahan
Dengan pancuran dan kolam-kolam renang yang cantik
Kepada para Buddha dan para Bhiksu sebagai dana
Semua pemberian itu sungguh menakjubkan
Karena semuanya diberikan dengan hati ikhlas
Sebagai cara untuk mencapai Jalan Sempurna
Ada p**a Bodhisatva mengajar mahluk hidup
Tentang keseimbangan batin dengan berbagai cara
Demikian p**a ada lagi Bodhisatva menyimpulkan
Bahwa sifat dari Hukum Kesunyataan itu
Bukan merupakan dua hal yang saling berlawanan
Melainkan tunggal adaNya
Kusaksikan p**a putra-putra Buddha
Yang batinnya telah bebas dari kemelekatan
Dengan kebijaksanaan maha gaib ini
Mereka merintis dan mencari Jalan Luhur
Wahai Manjusri,
Ada p**a para Bodhisatva menghormat sarira Buddha
Setelah para Buddha moksha mencapai Pari Nirvana
Juga kusaksikan para putra Buddha mendirikan stupa
Tak terhitung bagaikan pasir di sungai Gangga banyaknya
Menghias stupa itu dengan indah tinggi menakjubkan
Tingginya 5000 jojana dengan tinggi dan lebarnya serasi
Tiap stupa diberi ribuan panji dan bendera
Dikitari dengan tirai berhiaskan permata gemerlapan
Genta-genta indah dengan suaranya merdu syadhu
Bunga dirangkai dengan baunya yang harum mewangi
Menjadi persembahan dari para Dewa, mahluk halus
Umat manusia dan yang bukan tergolong umat manusia
Yang selalu disujud sahdu kepada Sang Buddha
Wahai Manjusri,
Kusaksikan putra-putra Buddha menghormati reliknya Buddha
Menghias stupa-stupa itu dengan indah gemerlapan
Bagaikan raja pohon kayangan dalam musim semi
Pada waktu itu Sang Buddha memancarkan sinar tunggal
Sehingga kami peserta pesamuan agung melihat bangunan itu
Yang indahnya tidak dapat dilukiskan sungguh luar biasa
Sungguh jarang ada daya gaib yang memancar terang
Dari Kebijaksanaan Sang Buddha dengan sinar tunggalnya
Menerangi kawasan-kawasan yang tak terhitung jumlahnya
Kami yang menyaksikan dan mengalami
Semuan yang belum pernah kami saksikan dan alami
Wahai Manjusri, putra Buddha
Dapatkah kau menghilangkan semua keraguan mereka
Lihatlah keempat golongan menghimbau menatapMu
Mengharapkan penjelasanMu tentang sinar terang
Yang memancar dari diri Yang Dihormati Dunia ? Wahai putra Buddha, berilah jawabanMu
Bebaskanlah hati kami dari keragu-raguan
Supaya kami dapat gembira dan senang
Apakah gerangan manfaat sinar terang itu
Yang memancar cemerlang dari diri Sang Buddha ? Duduk diatas singgasana kebijaksanaan
Telah mencapai Dharma yang maha sempurna
Apakah Beliau akan mengajarkan Dharmanya
Atau apakah Beliau akan memberikan wangsit ? Disegenap kawasan para Buddha yang indah permai
Kami menyaksikan para Buddha bersemayam disana
Ini bukan alasan yang dibuat-buat, oh Manjusri
Ketahuilah olehMu keempat golongan dan mahluk halus
Dan seluruh mahluk di alam semesta ini
Semuanya menatapMu, oh Manjusri dengan penuh tanya
Apakah yang hendak Kau katakan, oh ! Pada waktu itu Manjusri berkata kepada Maitreya Bodhisatva Mahasatva dan semua tokoh-tokoh lainnya : " Kau sekalian anak yang baik. Menurut pandangan saya, Sang Buddha Yang diHormati Dunia, sekarang berkehendak mengajarkan Hukum Kesunyataan, menumpahkan hujan Hukum Kesunyataan, memukur genderang Hukum Kesunyataan dan menerangkan arti dari Hukum Kesunyataan itu. Anak-anakku yang baik, berkali-kali kami mengalami sejak para Buddha yang dahulu, wangsit yang demikian ini, bahwa setelah memancarkan sinar yang begitu cemerlang, Beliau lalu melanjutkan khotbahnya tentang Hukum Kesunyataan ini. Oleh karena itu ketahuilah, bahwa sekarang Sang Buddha, setelah memancarkan sinar ini sebagai suatu cara untuk membikin, supaya semua mahluk mendengar dan memahami Hukum Agung yang sangat sulit dipercayai oleh seluruh dunia. Oleh karena itu maka Beliau menciptakan wangsit yang demikian ini. "Anak-anakku yang baik. Pada zaman dahulu yang tak terjangkau, terbatas dan tanpa awal asamkhyaya kalpanya, hiduplah seorang Buddha bernama Sang Candrasuryapradipa Tathagata, Raja diraja, waskita, memiliki kebijaksanaan agung, telah mencapai Maha Pari Nirvana, maha mengetahui dunia, pemimpin besar, maha jina, guru besar para dewa naga dan manusia, Buddha, Yang Dihormati Dunia. Beliau mengikrarkan Hukum Agung yang baik pada permulaannya, baik pada pertengahannya, dan baik p**a pada akhirnya, yang mempunyai arti yang sangat dalam, dengan kata-kata yang sedap didengarnya, murni tanpa cacat, serba tepat dan tanpa salah dan Agung dalam pementasannya. Bagi mereka yang ingin menjadi Sravaka, Beliau memberikan tanggapan terhadap Hukum Empat Kesunyataan Mulia, yang mengatasi kelahiran, usia tua, sakit dan kematian dan akhirnya jalan ke Nirvana, bagi mereka yang mencari tingkat Praceka Buddha, Beliau memberikan tanggapan ke arah Hukum Paticca Samupaddha ( 12 nidana ); bagi mereka yang menuju ke KeBodhisatvaan, beliau memberikan tanggapan dengan penerangan tentang Sad-Paramita yang akan membawa mereka kearah Penerangan Agung dan mendapat Pengertian Sempurna. "Setelah itu ada lagi seorang Buddha yang juga disebut Sang Candrasuryapradipa dan ada lagi seorang Buddha yang juga disebut Sang Candrasuryapradipa; dan demikianlah semuanya ada 20.000 Buddha, semuanya mengenakan nama Candrasuryapradipa dan juga mengenakan nama samaran yang sama ialah Bharadvaja. Ketahuilah O'Maitreya ! Semua Buddha-Buddha ini mulai yang awal hingga yang akhir, mengenakan nama yang sama ialah Candrasuryapradipa dan semuanya memiliki 10 macam kedudukan dalam Kesempurnaan Hukum yang beliau ajarkan adalah benar, benar pada awal, benar pada pertengahannya, dan benar pada akhirnya. "Sebelumnya Buddha yang terakhir dari para Buddha-Buddha tersebut diatas moksha, Beliau mempunyai 8 orang rajaputri;
yang pertama bernama putri Sumali
yang kedua bernama putri Anantamati
yang ketiga bernama putri Ratnamati
yang keempat bernama putri Viseshamati
yang kelima bernama putri Vimatisamudghatin
yang keenam bernama putri Goshamati
yang ketujuh bernama putri Dharmamati
yang kedelapan bernama putri Agita
Ke-delapan putri-putri ini dalam bidang masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai daerah sendiri-sendiri pada 4 kawasan. Putri-putri tersebut setelah mencapai Penerangan Agung, semuanya meletakkan keratonnya, mengikuti jejak Sang Ayah, berbulat tekad untuk mengendarai Mahayana; mereka dengan tekun selalu menjalankan perbuatan-perbuatan mulia, dan semuanya menjadi guru-guru dharma, setelah menanam akar-akar kebaikan pada ribu-ribuan Buddha. "Pada saat itu, Sang Candrasuryapradipa Buddha mengajarkan sutra-sutra Mahayana yang dinamakan "Pangkalan Tanpa Batas ", yaitu memuat wejangan-wejangan hukum yang menjadi pegangan para Bodhisatva dan yang selalu diawasi dan diperhatikan para Buddha. Setelah mengkhotbahkan sutra tersebut, beliau seketika itu juga, ditengah-tengah pesamuan, duduk bersila dan bermeditasi tenggelam dalam "Pangkalan Tanpa Batas" dimana jiwa dan raganya dalam keadaan tenang tak bergerak. Pada saat itu tibalah hujan bunga Mandarava, maha mandarava, manjushakas dan maha manjushakas menghujani Sang Buddha dan para anggota pesamuan, sedangkan Buddhaloka bergetar dalam 6 arah. "Selanjutnya, pada Pesamuan Agung para bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika, dewa-dewa, naga-naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, haharagas, mahluk dan bukan mahluk, dan para raja mulai yang kecil hingga yang besar yang memutar roda dharani, semuanya menerima hal yang belum pernah dialami dengan hati yang bers**a ria dan gembira dan mengatupkan tangan dan dengan satu tujuan cipta, menatap wujud Sang Buddha. "Selanjutnya, Sang Tathagata memancarkan dari lingkaran rambut putih di tengah-tengah alisnya, cahaya yang cemerlang yang menyinari 18.000 tanah-tanah Buddha disebelah Timur, hingga tak ada sesuatu pun yang tak tertembus sinar, seperti tanah-tanah Buddha yang sekarang terlihat. "Ketahuilah O,Maitreya ! Pada saat itu pesamuan itu dikunjungi oleh 18 keti Bodhisatva yang dengan hati yang girang mendengarkan ajaran Hukum Kesunyataan ini. Para Bodhisatva semuanya melihat pancaran sinar yang menembus keseluruhan tanah-tanah kebuddhaan, sekaligus ingin mengetahui sebab musababnya sinar tersebut. "Lalu ada seorang Bodhisatva bernama Varaprabha yang mempunyai 800 pengikut. Pada waktu Sang Buddha Candrasuryapradipa bangun dari persamadhiannya, Beliau mengajarkan pada Bodhisatva Varaprabha, Sutra Dharmaparyaya yang dinamakan "Sutra Bunga Teratai" yang menjadi pegangan para Bodhisatva dan yang selalu diawasi dan diingat oleh Sang Buddha. Beliau bangun dari duduknya selama 60 kalpa kecil dan para pendengarnya, anggota dari pesamuan selama 60 kalpa itu tetap duduk ditempat masing-masing, tak bergerak baik badan maupun pikirannya, mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha dan membayangkan sejenak. Dalam waktu itu tak seorangpun yang merasa lelah baik badannya maupun jiwanya. "Sang Buddha Candrasuryapradipa, setelah mengajarkan Sutra Beliau selama 60 kalpa kecil, sekonyong-konyong bersabda kepada kelompok brahma, mara, sramana, brahmana, dewa-dewa, manusia dan asura. Hari ini pada tengah malam, Tathagata akan masuk ke Nirvana yang abadi. "Pada waktu itu ada seorang Bodhisatva bernama Varaprabha. Sang Buddha Candrasuryapradipa lalu bersabda kepada para Bhiksu sebagai berikut ; "Bodhisatva Varaprabha ini akan menjadi Buddha yang akan datang, dan nama Beliau adalah Sang Tathagata Vimalanetra, samyaksambuddha. "Sang Buddha setelah meramalkan hal tersebut, lalu masuk ke Nirvana yang abadi pada tengah malam. Setelah mokshanya Sang Buddha, Bodhisatva Varaprabha, setelah mengakhiri bunyi Sutra Bunga Teratai, menerangkan sutra itu kepada manusia selama 80 kalpa kecil. Ke-delapan putri Buddha Candrasuryapradipa mengakui Bodhisatva Varaprabha selaku Guru beliau. Varaprabha mengajar dan menganjurkan mereka supaya teguh dalam Penerangan Agung. Rajaputri-rajaputri ini semuanya memuja kepada ratusan ribu keti Buddha-Buddha dan menelaah jalan ke-Buddhaan. Yang terakhir mencapai tingkat keBuddhaannya adalah Dipankara Tathagata. "Ia mempunyai 8000 penganut, diantaranya ada yang namanya Yasaskama. Penganut ini mempunyai hasrat besar untuk mendapatkan sanjungan dan kehormatan dan sekalipun ia telah menyelami sutra-sutra beberapa kali, tak ada satupun yang dapat mencegah ia, karena sutra-sutra itu dilupakannya. Oleh karena itu ia dinamakan Yasaskama ( gila hormat dan sanjungan). Orang ini juga mampu menelaah ratusan ribu keti ajaran kebuddhaan yang dihormatinya, disembahnya dan disanjungnya karena ia telah menanam banyak akar-akar kebaikan. "Ketahuilah Maitreya, Bodhisatva Varaprabha dari zaman itu apakah berlainan dengan saya ? Tidak, ia adalah saya sendiri, sedangkan Bodhisatva Yasaskama adalah Engkau. Sekarang aku yakin bahwa ramalan ini tidak beda dengan yang dulu. "Oleh karena itu maka kami menyakini bahwa Tathagata yang sekarang akan mengajarkan sutra-sutra Mahayana yang dinamakan "Sutra Bunga Teratai" dimana para Bodhisatva diwajibkan untuk menjalankannya dengan diawasi serta diperingati oleh para Buddha. Setelah itu maka dalam pesamuan besar ini, Manjusri, yang mempunyai keinginan untuk mengumumkan kembali sutra tersebut, bersabda dalam syair seperti dibawah :
Kami ingat pada suatu waktu yang telah silam
Kira-kira beberapa ratus ribu kalpa yang lalu
Hidup seorang Buddha yang sangat dihormati
Namanya ialah Buddha Candra Surya Pradipa
Yang disujudi oleh seluruh dunia
Berkat dharma yang telah diajarkannya
Telah menyelamatkan mahluk-mahluk hidup
Berjuta-juta keti Bodhisatva dianjurkan
Untuk menyelami Penerangan Agung
Sebelum saat Sang Buddha moksha tiba
Delapan raja putra dan putri Buddha
Mengetahui mangkatnya sesembahan agungNya
Mengikuti jejaknya dan menjalankan hidup suci
Seperti Sabda Sang Buddha tentang Mahayana
Sutra yang disebut "Pangkalan Tanpa Batas"
Telah dijelaskan hal ini secara mendetail
Setelah Sang Buddha mengkhotbahkan sutra ini
Beliau lalu duduk diatas singgasana Dharma
Duduk bersila sambil melaksanakan samadhi
Menembus Pangkalan Tanpa Batas
Hujan bunga mandarava, ditaburkan dari langit lazuardi
Guntur menderu membahana membelah angkasa raya
Para dewa, manusia dan semua mahluk-mahluk halus
Bersujud kepada Sang Buddha yang dipuja dunia
Seluruh kawasan dari para Buddha saat itu
Dipancari oleh sinar yang memancar dari tengah alisNya
Hal ini merupakan suatu kegaiban yang luar biasa
Dimana kawasan Timur disinari oleh pancaran cahaya ini
Dimana terdapat 18.000 tanah-tanah Sang Buddha
Dimana-mana menjelaskan kepada semua mahluk
Tentang karma-karma mereka yang tidak kekal
Mengenai takdir yang semuanya dapat dirubah
Beberapa tanah Buddha dapat dilihat
Diperindah dengan segala barang-barang berharga
Yang berwarna indah dipancari oleh sinar Sang Buddha
Kami menyaksikan p**a Dewa dan Naga
Mahluk halus, Yaksa, Gandharva dan Kimnara
Semuanya bersujud menyembah duli Sang Buddha
Selanjutnya kusaksikan p**a Tathagata
Yang pribadinya merupakan Jalan Kebuddhaan
Yang perwujudannya bagaikan gunung emas
Sungguh megah dan sangat menakjubkan
Laksana batu dilapis lazuli murni
Atau ibarat patung dibuat dengan mas murni
Dimikianlah keadaanNya yang Dipuja Dunia
Ditengah-tengah pesamuan agung
Telah dijelaskan hakekat dari kesunyataan
Seperti p**a halnya di tanah-tanah Buddha
Dimana terdapat sravaka-sravaka banyak sekali
Yang terdiri atas kelompok-kelompok yang besar
Juga waktu itu disinari oleh cahaya Sang Buddha
Disamping kelompok Sravaka juga ada kelompok Bhiksu
Yang dengan tekun melaksanakan petunjuk vinaya
Setelah berkelana di rimba-rimba belantara
Mereka bagaikan penjaga ratna mutu manikam
Kusaksikan p**a nun disana para Bodhisatva
Melaksanakan amanat suci dengan ketekunan
Yang jumlahnya bagaikan pasir di sungai Gangga
Pada saat memancarkan sinar dari Sang Buddha
Kusaksikan p**a para Bodhisatva sedang samadhi
Duduk tenang tiada bergerak badan dan rohaninya
Mencari jalan menuju Kesempurnaan Batin
Kusaksikan p**a para Bodhisatva
Yang telah memahami Hukum Alam Nirvana
Mengajarkan Hukum Kesunyataan yang Agung
Untuk mencapai Jalan Kebuddhaan Sempurna
Mereka masing-masing berada dalam wilayahnya
Semuanya terdiri atas empat kelompok banyaknya
Setelah menyaksikan Sang Buddha Candra Surya Pradipa
Yang telah memperlihatkan daya kekuatan gaib
Menyebabkan mereka sangat gembira dan senang hatinya
Dan mereka saling berpandangan serta saling bertanya
Untuk apakah ini semuanya gerangan ? Beliau yang Dipuja umat manusia dan para dewa
Segera bangun dari persamadhiaannya yang sahdu
Sambil memuji Bodhisatva Varaprabha
"Kau adalah Mata Dunia
yang disembah dan dipuja semua mahluk
yang dapat mengemban Hukum yang gemerlapan
Hukum Kesunyataan yang telah kuwejangkan
Hanya Engkaulah yang dapat melaksanakannya
Setelah Yang Dipuja oleh seluruh alam semesta
Memberikan pujian kepada Bodhisatva Varaprabha
Beliau lalu memberikan wejangan Sutra Bunga Teratai
Selama 60 kalpa kecil tanpa beranjak dari duduknya
Hukum Kesunyataan "Sutra Bunga Teratai"
Yang diwejangkan oleh Sang Buddha sungguh dashyat
Dapat dihayati hakekatnya oleh Sang Varaprabha
Guru Hukum Kesunyataan yang maha suci
Pada waktu Sang Buddha memberikan amanat
Tentang Sutra Bunga Teratai yang hebat ini
Beliau dapat mengerakkan hati nurani yang hadir
Sehingga semuanya bergembira dan berbesar hati
Kemudian, pada hari itu juga Beliau mengikrarkan
Kepada kalangan para dewa dan seluruh umat manusia
Tentang Hukum Kesunyataan Yang Agung
Semuanya telah diwejangkan kepada semua yang hadir
Sekarang Aku di tengah malam ini memasuki Nirvana
Apakah kalian dengan segenap kesadaranmu akan maju
Dengan rajin mengamalkan Kesunyataan ini
Memisahkan diri dari kemalasan seperti para Buddha
Sangat cermat dan hemat dalam memanfaatkan waktu
Yang berketi-keti dan berkalpa-kalpa lamanya
Putra Buddha yang dihormati dunia
Setelah mendengar Sang Buddha telah memasuki Nirvana
Semuanya merasa sedih, cemas dan resah gelisah
Alangkah cepatnya Sang Buddha mencapai moksha
Oh, sesembahan kami yang agung Raja dari Kesunyataan
Yang telah mengatur massa yang jumlahnya tiada ternilai
Yang Dihormati dan dipuja seluruh alam bersabda :
"Sekalipun Aku telah moksha, jangan kalian takut
Karena Sang Bodhisatva Varaprabha
Dalam melaksanakan kemurnian pandangan terangnya
Telah mencapai pengertian yang sejati
Beliau adalah Buddha yang akan datang
Yang akan memakai nama Vimalacakranetra
Beliau akan menyelamatkan mahluk-mahluk
Tiada ternilai banyaknya…………….. Pada malam itu Sang Buddha telah moksha
Beliau telah musnah bagaikan kayu bakar
Yang telah habis bara apinya
Reliknya Sang Buddha dibagi-bagikan
Disimpan dalam stupa-stupa tiada terhitung banyaknya
Para bhiksu dan bhiksuni yang jumlahnya banyak sekali
Bagaikan pasir di sungai Gangga tiada ternilai banyaknya
Telah bertekad untuk berjuang dengan rajin dan tekun
Dalam perjuangan mencari Jalan Kesempurnaan
Sang Varaprabha, Guru Hukum Kesunyataan
Setelah mengemban kelopak Hukum Kesunyataan ini
Selama 80 kalpa kecil lamanya menyebarkan
Meluaskan ajaran Sutra Bunga Teratai ini
Kedelapan Raja Putri
Yang telah disadarkan oleh Varaprabha
Memegang teguh Jalan Kesempurnaan ini
Dan akan menghadap kepada para Buddha
Setelah mereka menghadap para Buddha
Mereka akan mengikutiNya berjalan di Jalan Agung
Agar supaya di kemudian hari dapat menjadi Buddha
Seperti yang telah diramalkan bagi mereka masing-masing
Terakhir adalah Sang Maha Dewa
Yang mendapat julukan Buddha Dipankara
Beliau memimpin semua para maha Reshi
Telah menyelamatkan mahluk tanpa bilangan
Sang Varaprabha, Guru Hukum Kesunyataan
Pada waktu mempunyai siswa yang lemah semangatnya
Yang masih melekat pada kehormatan dan kemashuran
Tenggelam dalam lautan kesenangan di kalangan ningrat
Menyampingkan semua yang telah di pelajarinya
Telah melepaskan segala dosa dan kebodohannya
Oleh karena itu dinamakan Yasaskama
Dengan menjalankan budi pekerti yang baik
Dia dapat melihat Sang Buddha mengikuti jejaknya
Menuju ke Jalan Agung Kebuddhaan
Dengan melaksanakan ajaran Sad-Paramita
Sekarang telah menyaksikan Sang Sakyasimha
Dan dikemudian hari ingin menjadi Buddha
Serta berhasrat untuk disebut Maitreya
Yang akan menyelamatkan mahluk-mahluk hidup
Sebanyak-banyaknya tak terhitung jumlahnya
Ia, pada saat mokshanya Sang Buddha dimasa yang silam
Adalah seorang yang malas, ia adalah kamu sendiri
Varaprabha Guru Hukum Kesunyataan adalah saya sendiri
Yang sekarang berada disini, diantara kalian semua
Setelah melihat Buddha yang bersinar terang
Bagaikan sinar yang memberikan banyak harapan
Seperti pada waktu yang telah silam
Karena itu Aku mengerti kalau Buddha yang sekarang
Berkenan hendak mengajarkan Sutra Bunga Teratai
Tanda-tanda yang sekarang sama dengan yang dulu
Ialah cara yang penuh tanggung jawab dari para Buddha
Sekarang Sang Buddha memancarkan sinar
Untuk menolong umat manusia dengan jalan
Mengumumkan Kebenaran dari Kesunyataan
Hati-hati dan waspadalah kamu sekalian
Katupkanlah kedua telapak tanganmu
Tunggulah dengan kesadaranmu sepenuhnya
Sang Buddha akan menurunkan ajaran Hukum Kesunyataan
Untuk memuaskan hati mereka yang mencari jalan
Apabila diantara pencari jalan dengan Tiga Kendaraan itu
Ada yang merasa ragu dan penuh penyesalan
Sang Buddha akan menghapus keraguan dan penyesalannya
Sehingga sirna musnah tidak ada yang tertinggal sama sekali
BAB II
UPAYA KAUSALYA
Pada saat itu Sang Buddha menyapa Sang Sariputra, setelah Beliau bangkit dari perenunganNya dengan tenang dan damai: "Kebijaksanaan para Buddha sangat dalam dan tak terbatas. Latihan kebijaksanaan mereka sungguh sulit untuk dimengerti dan ditembusi sehingga para sravaka dan pratyekabuddha tidak mampu memahaminya. Karena betapapun juga para Buddha itu telah bersahabat dengan ratusan ribu koti yang tak terhitung dari para Buddha yang telah dengan sempurna melaksanakan Hukum Agung dari para Buddha, dan yang dengan berani serta penuh semangat telah bergerak maju yang membuat kemashuran mereka menggema keseluruh semesta alam. Mereka telah menyempurnakan Hukum Agung yang belum pernah ada serta mengkhotbahkannya setiap mendapat kesempatan, yang artinya sangat sulit untuk dimengerti. Wahai Sariputra ! semenjak Aku menjadi Buddha, telah Aku bentangkan dan ajarkan secara panjang lebar dengan berbagai cara dan perumpamaan yang tak terhitung lagi jumlahnya dan telah Aku bimbing para umat agar mereka terlepas dari segala belenggu. Betapapun juga, keluhuran dan kebijaksanaan paramita dari Sang Tathagata semuanya tiada cela. Kebijaksanaan Sang Tathagata sungguh luas dan agung, begitu dalam dan diluar jangkauan daya pikiran, jiwanya tiada bertepi, ajaranNya tiada terhalangi, kekuasaanNya, keberanianNya, meditasiNya, penyelamatanNya, dan perenunganNya, semuanya telah membuat Beliau mampu memasuki alam yang tiada terbatas serta menyempurnakan segala Hukum Kesunyataan. Sang Tathagata mampu membedakan segala sesuatu, mengkhotbahkan semua hukum kesunyataan dengan sempurna, mampu mempergunakan kata-kata yang lembut serta mampu membangkitkan kegembiraan didalam hati setiap umat. pada hakekatnya, Sang Buddha telah menyempurnakan semua Hukum Kesunyataan yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya yang begitu dalam dan tak terbatas. Cukuplah wahai Sariputra !, tiada gunanya Aku berkata lebih jauh lagi, karena Hukum Kesunyataan yang telah disempurnakan oleh Sang Buddha adalah Hukum Utama yang belum pernah ada, dan sulit untuk dipahami. Hanya seorang Buddha dengan seorang Buddha saja yang mampu menyelami kenyataan dari segala perwujudan; yaitu segala perwujudan yang memiliki bentuk sedemikian rupa, memiliki sifat sedemikian rupa, memiliki pengejawantahan sedemikian rupa, memiliki sebab utama dan sebab sekunder yang sedemikian rupa serta memiliki dasar keseluruhan yang lengkap sedemikian rupa." Pada saat itu Sang Buddha yang berhasrat untuk memaklumkan ajaran ini sekali lagi, bersabdalah Beliau dengan syair :
"Betapa banyaknya pahlawan-pahlawan dunia
Yang mengabdi kepada para dewa dan manusia di alam ini
Sesungguhnya semua mahluk hidup,
Tiada seorangpun mampu mengetahui
Kekuatan dan keberanian Sang Buddha
Penyelamatan dan perenungan, Sang Buddha
Meskipun para Bodhisatva yang baru saja berprasetya
Yang telah memuliakan para Buddha yang tak terhitung
Yang telah menyelami segala makna dan hakekat
Yang mampu mengkhotbahkan Hukum dengan sempurna
Melimpah seperti padi dan jerami, bambu dan ilalang,
Memenuhi segala penjuru dunia dan semesta ini
Seandainya, dengan kebijaksanaan gaib yang berpadu dalam pikiran,
Selama berkalpa-kalpa yang jumlahnya seperti pasir sungai Gangga
Mereka semua bersama-sama merenungkan,
Merekapun tidak mampu memahami kebijaksanaan Sang Buddha
Meskipun para Bodhisatva yang telah mencapai kesempurnaan,
Yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga
Dengan pikiran bersatu mereka menyelami bersama,
Namun mereka tidak akan mampu mengerti
Aku bersabda lagi kepada Sariputra;
"Hukum yang gaib dan tiada cela, dalam dan pelik
telah Aku peroleh seluruhnya. Hanya Aku yang mengetahui kesunyataan-kesunyataan ini,
Begitupun para Buddha di alam semesta ini
Ketahuilah wahai Sariputra ! Ajaran-ajaran dari para Buddha tidaklah berbeda
Didalam hukum-hukum yang telah dikhotbahkan Sang Buddha
Engkau harus menaruh iman kepercayaan yang dalam
Karena sejauh itu setelah ajaran pertama dari Sang Buddha
Beliau harus mengumandangkan kebenaran yang sempurna." Aku menyapa seluruh para sravaka
Dan para pencari kendaraan kepratyekabuddhaan,
Mereka yang telah Aku selamatkan dari belenggu-belenggu kesengsaraan
Dan yang telah mencapai Nirvana;
"Sang Buddha senantiasa menggunakan kekuatan-kekuatan kebijaksanaannya,
Beliau menunjukkan Jalan Agung dengan ajaran tiga vahana,
Semua umat yang mempunyai berbagai ikatan,
Beliau bimbing agar mencapai kebebasan." Didalam persidangan agung itu terdapat para Sravaka dan para Arahat yang telah mencapai kesempurnaan, yaitu Sang Ajnata Kaundinya beserta yang lain-lainnya, yaitu Sang Ajnata Kaundinya beserta yang lain-lainnya yang berjumlah 1200 orang, para bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika yang telah berprasetya untuk menjadi Sravaka dan Pratekyabuddha, yang mereka semua ini berpikir demikian : "Mengapa sekarang ini Sang Buddha benar-benar memuji jalan yang bijaksana itu dengan begitu tulusnya dn mengutarakan kata-kata ini ; "Hukum yang telah diperoleh Sang Buddha sangat begitu dalamnya dan sulit untuk dimengerti. Apapun yang Beliau khotbahkan itu mempunyai makna yang s**ar ditembus sehingga para Sravaka dn Pratekyabuddha tidak mampu untuk memahaminya." Namun demikian Sang Buddha telah menyatakan bahwa hanya ada satu pembebesan yang tunggal dn kamipun setelah memperoleh Hukum ini dapat mencapai Nirvana. Tetapi kami sekarang tidak mengerti kearah mana prinsip ini menuju." Pada saat itu Sang Sariputra yang menyadari akan adanya keraguan di dalam hati keempat kelompok dan menyadari akan dirinya sendiri yang tidak memahami maksud itu, maka berkatalah Beliau kepada Sang Buddha ; " Yang Maha Agung ! Apakah kiranya yang menjadi sebab serta alasan mengapa Hukum Kesunyataan yang begitu dalam dan pelik dari para Buddha yang dipuja dengan tulus sulit dipahami ? Dari dahulu hamba belum pernah mendengar khotbah semacam itu dari Sang Buddha. Pada saat ini keempat kelompok semuanya berada didalam keraguan hati, oleh karenanya berkenanlah kiranya Yang Maha Agung menjelaskan hal ini; mengapa Yang Maha Agung memuji dengan sedemikian tulus terhadap Hukum yang sangat begitu dalam serta pelik yang sulit untuk dimengerti ini?"
Kemudian Sang Sariputra yang ingin mengulangi maksud ini sekali lagi, berkatalah Beliau dengan syair:
"Duhai Mentari Kebijaksanaan ! Yang Maha Agung ! Sejauh ini Engkau telah mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini,
Dan telah menyatakan bahwa Engkau telah mencapai
Kekuatan, keberanian dan perenungan,
Meditasi, kebebasan serta hukum-hukum
Yang sulit dimengerti oleh orang lain
Tentang hukum yang diperoleh pad Tahta Kebijaksanaan,
Tiada seorang pun yang mengajukan pertanyaan
Tanpa kami memohon Engkau sendiri telah bersabda
Dengan memuji jalan yang telah Engkau tempuh,
Bahwa KebijaksanaanMu yang sangat pelik
Yang telah diperoleh para Buddha, para Arahat,
Dan mereka yang sedang mencari Nirvana
Saat ini telah terjatuh kedalam jaring kebimbangan
Mengapa Sang Buddha bersabda demikian itu ? Para pencahari kepratyekabuddhaan
Para bhiksu dan bhiksuni
Para dewa, naga dan para roh
Para ghandrava dan para umat yang lain,
Saling mengulas dalam kebinggungan
Mengharapkan penjelasan Yang Maha Agung
Apakah kiranya maknanya hal ini ? Kami berharap agar Sang Buddha menjelaskannya
Didalam persidangan para sravaka ini
Sang Buddha bersabda Akulah ketua dari para pengikut,
Tetapi sekarang Aku berada didalam kebijaksanaanKu sendiri
Berada didalam keraguan dan tiada mampu memahami
Apakah ini merupakan Hukum yang terakhir
Ataukah merupakan Jalan yang menuju kesana
Para putra yang terlahir dari mulut Sang Buddha
Dengan tangan terkatub menanti dengan penuh harap
Sudilah Sang Buddha mengumandangkan suara ghaib
Serta memaklumkan kesunyataan itu sekarang juga
Para dewa, naga, roh dan yang lainnya
Yang banyaknya seperti pasir sungai Gangga
Para Bodhisatva yang telah berketepatan
Untuk menjadi para Buddha
Sejumlah delapan ribu orang
Juga dari ribuan koti negeri
Para raja pemutar roda suci yang berada disini
Dengan tangan terkatub dan hati yang takzim
Berkeinginan untuk mendengar Jalan Sempurna." Pada saat itu Sang Buddha bersabda kepada Sang Sariputra : "Cukuplah, cukuplah, tiada gunanya berkata-kata lebih jauh lagi. Jika Aku membentangkan hal ini, maka seluruh dunia para dewa dan manusia semuanya akan terkejut dan bingung." Sang Sariputra berkata lagi pada Sang Buddha : "Yang Maha Agung ! Berkenanlah untuk membentangkannya ! Sudilah untuk memaparkannya ! karena betapapun juga didalam persidangan agung ini telah hadir ratusan ribu laksa koti asamkhyeya umat yang telah bertemu dengan para Buddha yang berindera tajam dan berkebijaksanaan luhur. Jika saja mereka mendengar akan ajaran Sang Buddha, maka mereka akan mampu mempercayainya dengan takzim." Kemudian Sang Sariputra mengutarakan lagi maksud ini, berkatalah Beliau dengan syair :
"Duhai, Raja Hukum Kesunyataan, Yang Maha Agung ! sudilah kiranya menerangkan tanpa ragu-ragu ! didalam persidangan agung ini
dimana hadir para umat tak terhitung jumlahnya
yang dapat menyakininya dengan penuh iman." Sang Buddha bersabda lagi dengan syair :
"Cukuplah sudah, tiada gunanya berkata lagi,
HukumKu sangat dalam dan sulit diselami;
Mereka yang tinggi hati, ketika mendengarnya
Tidak akan mempercayainya dengan sungguh hati." Kemudian Sang Sariputra berkata sekali lagi kepada Sang Buddha : "Yang Maha Agung ! Didalam persidangan sekarang ini telah hadir orang-orang yang setingkat dengan hamba sejumlah ratusan ribu laksa koti yang didalam kehid**annya yang silam mereka telah mengikuti Sang Buddha serta telah dibina olehNya. Orang-orang seperti ini sudah tentu dapat mempercayainya dengan sesungguh hati dan sepanjang malam mereka akan dapat beristirahat dengan tenang dan dalam banyak hal mereka akan merasa mendapatkan karunia yang besar." Kemudian Sang Sariputra yang inging mengutarakan lagi maksud ini; berkatalah Beliau dengan syair :
"Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia ! berkenanlah kiranya membentangkan Hukum Kesunyataan ini ! Hamba adalah putera tertua Sang Buddha
Didalam persidangan ini telah hadir
Para umat yang tak terhitung jumlahnya
Yang mampu menyakini Hukum ini dengan sepenuh hati
Didalam kehid**an Sang Buddha yang silam,
Beliau telah mengajar mahluk-mahluk ini
Semuanya dengan sepenuh hati mengatupkan tangannya,
Ingin mendengar sabda Sang Buddha
Kami seluruhnya berjumlah 1200 orang
Serta lain-lainnya yang bertetap hati untuk menjadi para Buddha
Semoga, demi para umat ini
Berkenan untuk menjelaskannya secara berbeda-beda
Jika mereka semua mendengar Hukum ini
Mereka akan sangat bergembira." Pada saat itu Sang Buddha menyapa Sang Sariputra: "Karena Engkau dengan tulus hati telah tiga kali menggulangi permohonanmu, maka bagaimana mungkin Aku dapat menolak untuk mengatakannya. Sekarang dengarkanlah dengan sepenuh hati, renungkan dan ingat-ingatlah ! Aku akan membeda-bedakannya dan menjelaskannya untukmu." Ketika Beliau selesai bersabda demikian, kemudian didalam persidangan itu bangkitlah 5000 bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika dari tempat duduknya dengan segera bersujud kepada Sang Buddha, setelah itu mereka mengundurkan diri. Karena akar kedosaan yang ada didalam diri orang-orang in sangat begitu dalam dan sifat sombongnya sangat besar sehingga mereka berpendapat bahwa mereka telah memperoleh apa yang sebenarnya belum mereka dapatkan dan telah membuktikan apa yang sebenarnya belum mereka buktikan. Karena kedosaan-kedosaan seperti ini maka mereka tidak ingin tetap berada disitu dan Sang Buddha sendiri diam dan tidak menghentikan mereka. Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Sariputra : "Sekarang didalam persidangan ini, Aku bersih dari segala ranting dan daun yang tidak berguna dan tidak memiliki sesuatupun lagi kecuali kebenaran dan kesunyataan yang murni. Merupakan sesuatu hal yang baik. Wahai Sariputra, bahwa orang-orang yang amat tinggi hati itu telah pergi. Sekarang dengarkanlah dengan cermat dan Aku akan membentangkan hal itu kepadamu." Sang Sariputra berkata : "Begitulah Yang Maha Agung, dan hamba ingin mendengarkannya dengan hati penuh gembira." Sang Buddha menyapa Sang Sariputra : "Hukum yang mengagumkan seperti ini hanya dikhotbahkan oleh para Buddha Tathagata pada kesempatan yang langka terjadi, seperti halnya Bunga Udumbara yang hanya terlihat sekali saja dalam jangka waktu yang panjang. Wahai Sariputra, dan kalian semua, percayalah padaKu bahwa didalam ajaran Sang Buddha tidak terdapat satupun ajaran yang palsu. Wahai Sariputra, makna dari hukum-hukum yang telah diterangkan oleh para Buddha pada setiap kesempatan itu, sangatlah sulit diselami, karena Aku membentangkan segala hukum kesunyataan dengan cara yang bijaksana yang tak terhitung jumlahnya serta dengan berbagai alasan dan pengutaraan yang penuh peribaratan. Hukum-hukum ini tidak dapat dijangkau dengan daya pikir, pembedaan, dan hanyalah para Buddha saja yang mampu memahaminya. Karena para Buddha yang agung itu hanya muncul di dunia ini karena sebab-sebab yang luar biasa saja. Wahai, Sariputra !, tahukah engkau sebabnya mengapa Aku katakan bahwa para Buddha yang agung itu hanya muncul di dunia ini hanya karena satu alasan yang penting saja ? Hal itu karena para Buddha agung ini berkehendak untuk membuat semua mahluk hidup agar membuka matanya terhadap Pengetahuan Sang Buddha sehingga mereka dapat mencapai Jalan Yang Suci; oleh karena itulah mereka muncul di dunia. Karena mereka ingin untuk menunjukkan para mahluk hidup ini akan pengetahuan Sang Buddha, maka mereka muncul di dunia; karena mereka ingin untuk membuat para mahluk agar memahami pengetahuan Sang Buddha, maka mereka muncul di dunia; karena mereka ingin membuat para mahluk hidup memasuki Jalan Kebijaksanaan Sang Buddha, maka mereka muncul di dunia. Wahai Sariputra, inilah sebabnya mengapa para Buddha itu muncul di dunia ini hanya karena sebab-sebab yang sangat besar saja." Sang Buddha menyapa Sang Sariputra: "Para Buddha Tathagata itu hanya mengajar para Bodhisatva saja. Apapun yang mereka lakukan senantiasa hanya untuk satu tujuan yaitu untuk mengambil pengetahuan Sang Buddha dan membentangkannya kepada semua umat. Sang Tathagata hanya dengan sarana atau vahana Buddha saja mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada seluruh mahluk hidup, jadi tidak terdapat kendaraan lainnya, baik kendaraan kedua maupun yang ketiga. Hukum-hukum dari semua para Buddha dialam semesta ini juga demikian halnya. Wahai Sariputra! Pada masa yang silam para Buddha itu telah mengkhotbahkan hukum-hukum ini dengan banyak cara dan dengan berbagai alasan serta ungkapan-ungkapan ibarat demi semua mahluk hidup. Seluruh hukum-hukum Kesunyataan ini hanya di peruntukkan bagi Satu Kendaraan Buddha sehingga para mahluk hidup yang telah mendengar Hukum dari para Buddha itu pada akhirnya dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna. Para Buddha yang akan datang yang harus turun ke dunia ini juga akan membentangkan hukum-hukum dengan banyak cara yang bijak yang tak terhitung jumlahnya serta dengan berbagai macam alasan dan ungkapan-ungkapan perumpamaan, demi semua umat. Semua hukum-hukum ini hanya bagi Satu Kendaraan Buddha sehingga para mahluk hidup yang mendengar hukum dari para Buddha itu akan dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna pada akhirnya. Para Buddha yang maha agung yang berjumlah ratusan ribu laksa koti itu saat ini berada di dalam kawasan Buddha di alam semesta, yang mereka itu sedang menyelamatkan dan mengembirakan hati semua umat; para Buddha ini juga membentangkan hukum-hukum demi semua mahluk hidup dengan banyak cara yang bijaksana yang tak terhitung jumlahnya dan dengan berbagai alasan serta ungkapan-ungkapan peribaratan. Semua hukum ini hanya untuk Satu Kendaraan Buddha sehingga semua mahluk hidup yang mendengar Hukum dari para Buddha itu dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna pada akhirnya. Para Buddha ini hanya mengajar para Bodhisatva saja karena ingin untuk menunjukkan pada mahluk hidup akan pengetahuan Sang Buddha, karena ingin untuk membuat seluruh mahluk hidup mengetahui tentang pengetahuan Sang Buddha, dan karena ingin untuk membuat semua umat agar memasuki Jalan Pengetahuan Sang Buddha. saat ini Akupun juga seperti mereka. Karena mengetahui bahwa semua umat memiliki berbagai ragam keinginan yang melekat dalam-dalam di dalam jiwa mereka, maka sesuai dengan kemampuannya Aku telah membentangkan hukum-hukum dengan berbagai macam alasan, ungkapan-ungkapan, peribaratan dan kekuatan-kekuatan yang bijak. Diseluruh alam semesta ini sesungguhnyalah tidak terdapat 2 kendaraan, apalagi yang ketiga. "Wahai Sariputra ! Para Buddha selalu turun di dalam masa yang jahat dari 5 kehancuran, yaitu kehancuran kalpa, kehancuran karena kesengsaraan, kehancuran semua mahluk hidup, kehancuran pendapat dan kehancuran usia hidup. Dengan demikian, wahai Sariputra ! karena di dalam masa kehancuran kalpayang menggelisahkan itu semua umat menjadi begitu bernoda karena rasa tamak dan iri yang membawa mereka kearah kedewasaan setiap arah kejahatan, maka para Buddha dengan segala kekuatan-kekuatan yang penuh kebijaksanaan dna didalam satu kendaraan Buddha menerangkan dan membeda-bedakan ke-Tiga Kendaraan. Jika para pengikutKu yang menyebut dirinya sebagai Arhat ataupun Pratyekabuddha, maka mereka tidak akan mendengar atau mengerti bahwa para Buddha Tathagata hanya mengajar para Bodhisatva saja dan orang-orang ini bukanlah pengikut-pengikut Sang Buddha maupun Arhat ataupun Pratyekabuddha. "Lagi, Wahai Sariputra ! Jika para bhiksu dan bhiksuni yang menyatakan bahwa mereka telah menjadi Arhat dan berkata," inilah penitisan kami yang terakhir, sebelum mencapai Nirvana," dan kemudian mereka tidak berusaha lagi untuk mencari Penerangan Agung, maka ketahuilah bahwa golongan ini semuanya sangat sombong. Karena betapapun juga tidak ada hal yang seperti itu sebagai seorang bhiksu yang telah benar-benar mencapai kearhatan meskipun ia tidak menyakini hukum ini. Tetapi terdapat perkecualian jika setelah kemoksh
BAB III
PERUMPAMAAN
Pada waktu itu Sariputra, dengan penuh kegembiraan, berdiri. Dengan kedua tangan dirapatkan, memandang Sang Buddha sambil menyatakan isi hatinya :
"Mendengar Dharma dari Yang Dipuja Dunia, dengan penuh kehikmatan, kami telah mengalami apa yang belum pernah kami alami sebelumnya. Sejak dahulu, bila kami mendengar Dharma dari Sang Buddha dan menyaksikan para Bodhisatva yang diramalkan akan menjadi Buddha, kami sebelumnya selalu merasa cemas kehilangan pengetahuan mutakhir dari Sang Tathagata
Oh, Yang Dipuja Dunia, bila kami tinggal sendiri dalam hutan, bila kami duduk atau berjalan-jalan, kami selalu dihinggapi pikiran begini :
"Kami bersama-sama telah berkecimpung dalam Dharma, tetapi mengapa Sang Tathagata membina, menyelamatkan kami dengan Hinayana ? Ini mungkin salah kami sendiri, bukan salah Yang Dipuja Dunia. karena bila kami mendengar uraian Beliau mengenai pencapaian penerangan sejati, seharusnya kami dibebaskan dengan Mahayana. Karena kami tak menangkap cara yang demikian halus dalam menguraikan sesuatu yang mendalam; pertama mendengarkan Buddha Dharma saja, kami hanya semata-mata percaya, merenungkannya dan menhayatinya. Yang Dipuja Dunia; sesudah memikirkan hal itu siang malam, kami selalu dirundung kemasgulan. Tetapi kini, setelah kami mendengar dari Sang Buddha, Dharma yang belum pernah kami dengar, keraguan dan kemasgulan kami menjadi musnah. Kami menjadi tenang baik lahir maupun batin; kami telah bahagia dan tenteram. Hari ini kami mengetahui dengan sungguh-sungguh bahwa kami sebenarnya adalah putera Buddha; lahir dari mulut Sang Buddha, berkembang dari DharmaNya dan mendapatkan tempat dalam Buddha Dharma." Pada waktu itu Sariputra, kembali mengungkapkan isi hatinya dengan syair :
Setelah Aku mendengarkan Dharma Agung
Yang sebelumnya belum pernah ku peroleh
Hatiku menjadi gembira dan berbahagia
Segenap keraguan hatiku menjadi musnah
Sejak dahulu kuterima ajaran Sang Buddha
Dan sekarang kuterima ajaran tentang Mahayana
Yang mampu menyelamatkan semua mahluk dari derita
Sebagai misi dari Sang Buddha yang sangat mulia
Aku sekarang telah bersih dari cacat dan noda
Setelah mendengarkan Dharmamu, keresahanku lenyap
Meskipun Aku berada dalam hutan dipergunungan
Duduk bersemadhi dibawah pepohonan yang rindang
Kurenungkan terus masalah yang penting ini
Dan akhirnya Aku mengeluh menyesali diri sendiri
Mengapa aku telah menipu diriku sendiri ? Bukankah kami putera Buddha? Yang telah mengerti Dharma sempurna
Namun kini Aku tak mampu lagi
Mencapai jalan yang sejati itu
Ketiga puluh dua tanda kemuliaan
Kesepuluh kesaktian dan delapan kebebasan
Sebenarnya seluruhnya tersimpul dalam satu ajaran
Namun tak mampu aku mencapainya
Kedelapan puluh tanda keluhuran
Kedelapan belas sifat yang khusus
Berkah dan pahala yang demikian
Semuanya telah kulewatkan
Sebelumnya aku seorang diri berkelana
Menyaksikan Sang Buddha dalam Pesamuan Agung ini
Yang kemashurannya berkumandang ke semesta alam
Berkahnya melimpah ruah kepada semua mahluk
Kini kupikir telah hilang kesempatanku ini
Dan aku telah menipu diriku sendiri
Siang dan malam kurenungkan selalu semuanya ini
Ingin aku menanyakan kepada Yang Dipuja Dunia
Telah hilangkah gerangan kesempatanku ini ? Pernah kusaksikan Yang Dipuja Dunia
Memuji dan menyanjung para Bodhisatva
Hal ini telah kurenungkan siang dan malam
Tetapi, kini………………
Kudengar suara Sang Buddha menyiarkan Dharma
Dharmanya yang tiada cela, tiada terduga dalamnya
Yang dapat menuntunnya mencapai kebijaksanaan
Semula aku memang dihinggapi pandangan salah
Sebagai guru dari pertapa-pertapa yang mustajil
Yang Dipuja Dunia mengerti apa yang tersirat dihatiku
Lalu Beliau memusnahkan kemurtadanku selama ini
Dan mulai mengajarkan kepadaku Jalan ke Nirvana
Kini telah bebas dari ilmu sampingan dan tahyul
Telah dapat menyelami hakekat dari ajaran Sunyata
Kemudian kepada diriku sendiri ku katakan ;
"Kini Aku telah mencapai moksha." Tetapi kini kusadari kembali
Bahwa yang kucapai bukan moksha sesungguhnya
Bilamana seorang mencapai tingkat Buddha
Maka dimilikinya ketiga puluh dua tanda
Yang Dipuja oleh para dewa, manusia, yaksa
Naga dan mahluk-mahluk hidup lainnya
Lalu kini dapat kusadari
Bahwa moksha itu berarti lenyap seluruhnya
Tidak ada yang tertinggal walaupun sedikit
Didalam Pesamuan Agung Sang Buddha menyatakan
Bahwa Aku akan menjadi Buddha dikemudian hari
Mendengar Dharma dari Sang Buddha yang demikian
Segenap keraguan dan sesal hatiku menjadi lenyap
Waktu pertama kali mendengar uraian Sang Buddha
Dalam hati timbul kekhawatiran dan keragu-raguan
Mungkin maralah yang menjelma menjadi Buddha
Mengacau dan menyesatkan pikiranku
Namun……….. Setelah Sang Buddha menyakinkanku
Dengan berbagai kiasan dan alasan
Hatiku menjadi lapang kembali
Jala kemasgulan yang mencengkamku telah putus
Sang Buddha menyatakan para Buddha dimasa silam
Yang jumlahnya tiada terbatas dengan tenang kebijaksana
Menguraikan Dharma ini……….. Demikian p**a halnya dengan para Buddha yang sekarang
Dan yang akan datang yang tidak ternilai jumlahnya
Yang Dipuja oleh Dunia sekarang ini
Setelah lahir dan meninggalkan rumah
Telah menemukan sang jalan, memutar roda dharma
Mengkhotbahkan dharmanya dengan bijaksana
Yang Dipuja oleh Dunia menguraikan Kesunyataan
Mara tidak akan memiliki ajaran Kesunyataan itu
Sehingga sekarang aku yakin seyakin-yakinnya
Bahwa mara tidak akan menjelma menjadi Buddha
Karena terjerumus kedalam lembah keraguan
Semula aku mengira bahwa itu adalah perbuatan Mara
Tetapi setelah mendengar Sang Buddha menjelaskan Dharma
Dengan suarannya yang lemah lembut, halus dan mendalam
Hatiku menjadi bahagia penuh rasa senang dan gembira
Dan segala sesal dan ragu telah lenyap untuk selamanya
Aku telah tenang dalam menghayati kebijaksanaan sejati
Kini aku yakin, akan menjadi Buddha
Dipuja oleh para dewa dan umat manusia
Memutar roda kebenaran mengajar para Bodhisatva." Kemudian Sang Buddha bersabda kepada Sariputra ;
"Kini Ku-nyatakan pada Pesamuan Agung para dewa, manusia, pertapa, brahmana dan lain-lainnya. Sejak dahulu kala, dihadapan duapuluh ribu keti para Buddha, untuk kepentingan Jalan Yang Sempurna, Ku-ajarkan berturut-turut kepada kalian, selama kalian siang malam mengikuti dan menerima AjaranKu. Dengan bimbinganKu yang bijaksana kalian telah dilahirkan dalam DharmaKu
Sariputra, sejak dahulu kala Ku-harap kemantapanmu terhadap Jalan Buddha. Namun kini telah kaulupakan semua itu dan demikian kau anggap dirimu telah mencapai kemokshaan. Kini sekali lagi, Ku harap kau ingat kembali jalan yang semula pernah kau tetapkan untuk kau ikuti. Sekarang Ku uraikan kembali bagi segenap sravaka, Sutra Mahayana ini yang disebut Sutra Bunga Teratai, dengan sutra mana para Bodhisatva diberi bimbingan dan sutra ini selalu diamat-amati dan dipertahankan. Sariputra, dalam dunia yang akan datang, setelah kalpa-kalpa tak terhitung jumlahnya; setelah kau mengabdi ribuan keti para Buddha dan mempertahankan ajaran sejati serta menyelesaikan jalan para Bodhisatva; kau sendiri akan menjadi Buddha dengan nama Padmaprabha Tathagata, terpuja, bijaksana, sempurna, memahami dunia, pemimpin tanpa banding, pembina, guru bagi dewa dan manusia. Yang mendapat Penerangan, Yang Dipuja Didunia. Alamnya akan disebut Viraga; yang tanahnya datar dan lurus, murni dan permai, aman dan makmur, didiami oleh penduduk surga buminya dari ratna manikam. Memiliki delapan jalan bersimpangan, dibatasi dengan tali kencana. Pada setiap jalan berdiri sejajar pepohonan indah sarat dengan buah dan bunga. Tathagata Padmaprabha pun akan mengajar dan membina segenap mahluk hidup dengan Tri-Yana. Sariputra, bila Buddha itu tampil, meskipun duduk dalam masa kejahatan, ia akan mengajarkan Dharma Tri-Yana karena janjinya semula. Kalpa itu akan disebut Maha Ratna Pratimandita. Mengapa disebut Maha Ratna Pratimandita ? karena pada alam itu para Bodhisatva dianggap permata mulia. Jumlah para Bodhisatva ini tak terbatas, tak terhingga, tak terkhayalkan, diluar perhitungan dan perbandingan, tak tertangkap bagi orang yang tak memiliki kebijaksanaan Buddha. Bilamana mereka berjalan, kakinya menginjak padma-ratna. Para Bodhisatva itu bukannya untuk pertama kali dalam keadaan demikian karena semua mereka itu telah memperkembangkan akar kebajikan lama sekali, selalu melakukan tindak utama dibawah bimbingan beratus-ratus keti para Buddha, selalu disanjung-sanjung oleh para Buddha, selalu menghayati kebijaksanaan Buddha, menyempurnakan kekuatan batin, menyelami sepenuhnya jalan dan segenap dharma, jujur dan murni dalam watak, tegas dalam kemauan dan pikiran. Bodhisatva-bodhisatva demikian ini memenuhi alam tersebut. Sariputra, hidup Buddha Padmaprabha akan berlangsung dua belas kalpa, tak terhitung waktunya sebagai seorang putera raja sewaktu belum menjadi Buddha. Dan hidup para penghuni alam ini akan berlangsung delapan kalpa. Tathagata Padmaprabha dalam masa dua belas kalpa itu akan meramalkan keadaan mendatang bagi Bodhisatva Dhritiparipurna yang akan mencapai Penerangan Sejati dan menjelaskan kepada para bhiksu: "Bodhisatva Dhritiparipurna diwaktu mendatang akan menjadi Buddha dengan nama Tathagata Padma Vrishabhavikrama; arhan, samyaksambuddha, alamnya sesuai dengan waktunya p**a. Sariputra, setelah Buddha Padmaprabha lenyap, hukum Dharma akan berlangsung di dunia selama tiga puluh dua kalpa dan kemudian akan berlangsung Hukum Semu, yang juga tiga puluh dua kalpa lamanya. Pada waktu itu Yang Dipuja Dunia mengulang uraiannya dengan bentuk syair:
Oh, Sariputra, ketahuilah olehmu
Bahwa dimasa mendatang kau akan jadi Buddha
Dengan gelar kesucianmu Padmaprabha
Yang dipuja seluruh mahluk karena kebijaksanaanmu
Kau akan menyelamatkan mahluk-mahluk banyak sekali
Dan memuja para Buddha beribu-ribu jumlahnya
Menyempurnakan perilaku para Bodhisatva
Meningkatkan jasa pahalanya dan kesepuluh kemampuannya
Nanti akan datang kalpa Maha Ratna Pratimandita
Dengan dunianya disebut Viraga, murni tanpa noda
Beralaskan batu permata dengan jalan-jalannya
Dipagari dengan pagar tali emas dikitari pepohonan
Dari tujuh jenis pepohonan mulia yang selalu berkembang
Dunia atau Viraga dihuni oleh para Bodhisatva
Yang tegas dalam kehendak dan pikirannya
Yang memiliki kekuatan gaib dan kesempurnaan
Seluruh ilmu kini telah dimiliki lengkap
Dibawah bimbingan para Buddha
Para Bodhisatva telah belajar jalan kebodhisatvaan
Dibawah pimpinan para Buddha yang akan ditasbiskan
Menjadi Buddha Padmaprabha
Buddha Padmaprabha sewaktu menjadi putra raja
Telah melepaskan kedudukannya meninggalkan keduniawian
Dan akhirnya meninggalkan istananya akan mencapai keBuddhaan
Buddha Padmaprabha akan hidup di dunia ini
Selama dua belas kalpa dengan penghuni dunianya
Akan hidup selama delapan kalpa
Setelah Buddha tersebut mencapai moksha
Dharma sejati akan memerintah dunia
Tiga puluh dua kalpa lamanya
Relik dari Buddha Padmaprabha tersiar kemana-mana
Dipuja oleh para dewa dan umat manusia dimana-mana
Demikian p**a tingkah lakunya Sang Buddha Padmaprabha
Demikianlah prilaku dan tingkah perbuatannya
Yang sangat berbudi, tenang dan hikmat dipuja
Yang maha sempurna yang tiada bandingannya
Itulah nyata adalah dirimu sendiri
Karena itu bergembira dan senangkanlah hatimu
Pada waktu itu ke-empat golongan; bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, beserta para dewa, naga, yaksa, gandharwa, asura, garuda, kimnara, mahoraga dan lain-lainnya; seluruh pesamuan agung, melihat bahwa Sariputra dihadapan Sang Buddha menerima ketentuannya akan mencapai Penerangan Sejati; bersama-sama turut bergembira, melepas jubah masing-masing, mempersembahkannya kepada Sang Buddha sebagai penghormatan sedang Sakra putra dewata mempersembahkan perhiasan-perhiasan kedewataan, menaburi-Nya dengan bunga Mandarava dan sebagainya. Jubah-jubah beterbangan dilangit mengitari mereka sedang beribu-ribu macam suara bunyi-bunyian dewata bergema di udara. Dalam hujan bunga-bunga, para mahluk dewata menyatakan ;
"Roda Dharma Sempurna telah diputar oleh Sang Buddha pertama kali dalam Taman Rusa di Benares, dan kini diputar lagi untuk kedua kalinya." Kemudian, semua mahluk dewata, mengulang pernyataan ini dengan syair :
Di Benares dulu telah kau uraikan ajaran
Dengan terperinci kau uraikan ajaran
Tentang Empat Kesunyataan Mulia
Dan tentang timbul lenyapnya skhanda
Kini sekali lagi kau putar roda Dharma
Dharma yang luar biasa dalam sempurnanya
Yang hanya sedikit yang dapat mengertinya
Dahulu kami pernah mendengar
Yang Dipuja Dunia telah berkhotbah
Namun belum pernah kami mendengar
Dharma sejati yang mendalam sempurna
Seperti Yang Dipuja Dunia uraikan sekarang
Yang kami telah ikuti dengan gembira
Yang terpuja kini telah meramalkan
Bahwa Sariputra akan menjadi Buddha
Yang Dipuja oleh seluruh alam semesta
Jalan Buddha mengatasi semua pengertian
Yang diuraikan dengan bijaksana dan tepat
Semoga karma baik kami, dalam dunia ini
Maupun karma baik kami dimasa yang lampau
Semoga menjadi pahala yang mempertemukan kami
Dengan Sang Buddha, membawanya ke Jalan Buddha
Selanjutnya Sariputra menghadap Sang Buddha :
"Yang Dipuja Dunia; kini kami tak ada lagi keraguan dan penyesalan. Dihadapan Sang Buddha kami peroleh kepastian akan mencapai Penerangan Sejati. Tetapi ke dua ratus orang yang telah menguasai dirinya, yang sejak lama menghayati ke-empat tingkat kerohanian dan selalu dibimbing oleh Sang Buddha, lalu berkata :
"Dharma-Ku mampu memberi kebebasan dari kelahiran, kelapukan, sakit dan mati serta mencapai Nirvana pada akhirnya." Tiap orang dari mereka, para Saiksya maupun yang telah selesai Saiksyanya telah p**a bebas daripada anggapan keliru tentang "Aku" dn terhadap "Ada" maupun "Tak Ada" dan menganggap dirinya telah mencapai Nirvana. Tetapi sekarang, dihadapan Sang Buddha, mendengar apa yang belum pernah didengarnya semula, mereka semua menjadi bimbang dan cemas. Karena itu, Yang Dipuja Dunia, silahkan memberi penjelasan kepada ke-empat golongan, agar mereka terhindar dari kebimbangan dan penyesalan. Lalu Sang Buddha bersabda :
"Wahai, Sariputra, bukankah telah Ku-terangkan sebelumnya, bahwa para Buddha, para Yang Dipuja Dunia, dengan bermacam-macam alasan, kiasan dan istilah telah menguraikan Dharma secara bijaksana, itu semua untuk mencapai Penerangan Sejati. Semua ajaran ini ditujukan untuk meningkatkan para Bodhisatva. Wahai Sariputra, baiklah Ku-terangakan arti ini lebih jelas dengan sebuah kiasan. Ketahuilah orang-orang pandai mencapai pengertian melalui kiasan. Sariputra !, bayangkan dalam sebuah kerajaan, dikota atau di dusun ada seorang kepala keluarga yang ternama. Orang itu sudah tua renta tetapi hidupnya berkecukupan, memiliki banyak ladang, rumah, budak, dan pembantu. Rumahnya luas dan besar, pintunya hanya sebuah, didiami oleh seratus, dua ratus atau lima ratus orang penghuni. Serambi-serambi dan ruangan-ruangannya telah usang dan rusak, dinding-dindingnya melengkung, dasar-dasar tiangnya rapuh, penyangga atapnya rapuh dan sangat membahayakan. Dari tiap sisi, dalam waktu bersamaan, sekonyong-konyong api berkobar dan rumah itu menyala-nyala. Bayangkan anak-anak orang itu, sepuluh, dua puluh atau tiga puluh orang ada didalam. Kepala keluarga yang melihat api menjilat dimana-mana, sangat terkejut dan berpikir :
"Meskipun aku dapat keluar dengan aman dari rumah terbakar ini, anak-anakku sedang asyik bermain-main didalam, dengan permainannya tanpa cemas, tak mengerti, dan takut. Meskipun api yang dapat mengakibatkan sakit dan derita mengepung mereka, tetapi mereka tak memikirkannya, tidak takut dan tidak berniat lari." Sariputra, orang tua tadi merenungkan begini :
"Saya kuat dalam badan dan tenaga dapatkah aku membawa mereka keluar dengan usungan bunga, bangku, atau meja ? Ia berpikir lagi : "Rumah ini pintunya hanya sebuah pun sempit dan kecil, anak-anakku masih muda, tak tahu apa-apa selain bermain-main, mungkin mereka akan terbakar. Harus kujelaskan kepada mereka bahaya ini, memperingatkan mereka bahwa rumah ini terbakar dan mereka harus cepat-cepat keluar, agar tidak terbakar atau hangus kena api." Merenungkan demikian, sesuai dengan pikirannya, ia berseru : "Keluarlah cepat-cepat, kalian semua !" Meskipun Sang Ayah, karena sayangnya membujuk-bujuk dan menegur dengan kata-kata lembut, namu anak-anak yang sedang asyik bermain-main itu segan untuk percaya dan tetap tak menghiraukannya, tak takut dan tak niat lari, lebih lagi mereka tak mengerti api, tak mengerti apa artinya rumah terbakar, tak mengerti apa yang dimaksud dengan mendapat cedera, mereka tetap berlarian kesana kemari, bermain-main kadang-kadang mereka memandang ayah mereka. Kemudian Ayah anak-anak itu berpikir : "Rumah ini sedang menyala dalam kebakaran besar. Bila aku dan anak-anakku tidak segera keluar, kami niscaya akan terbakar p**a. Baiklah kuusahakan cara yang bijaksana agar anak-anakku terhindar dari bencana." Mengetahui kes**aan anak terhadap bermacam-macam permainan yang menarik perhatian mereka, ayah mereka lalu berkata : "Barang-barang yang kalian gemari untuk mainan, begitu mahal dan bagus, sekarang ada padaku. Bila kalian tidak segera untuk mendapatkannya, kalian akan menyesal kemudian. Lihatlah bermacam-macam kereta domba, kereta rusa dan kereta lembu ada tersedia diluar pintu untuk kalian pakai bermain-main. Kalian semua harus segera keluar dari rumah terbakar ini, akan kuberikan mana yang kalian s**ai." Demikianlah, setelah anak-anak itu mendengar adanya permainan yang menarik seperti yang disebutkan oleh ayah mereka, yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, semua menjadi bersemangat, sambil dorong-mendorong, dan dahulu-mendahului, mereka dengan bersusah payah akhirnya berhasil keluar dari rumah terbakar itu. Si ayah yang melihat bahwa anak-anaknya selamat semua di halaman, duduk dipinggir lapangan, tak lagi bingung, hatinya tenteram dan gembira sekali. Anak-anak datang kepadanya : "Ayah, manakah baran mainan yang indah itu seperti ayah janjikan tadi, kereta domba, kereta rusa, kereta lembu." Sariputra, sang ayah kemudian memberikan kepada tiap anak sebuah kereta besar, indah dan menarik, dihiasi dengan barang-barang berharga, diberi tempat duduk dan sandaran, digantungi genta-genta pada keempat sisinya; semua diliputi tabir yang dihiasi dengan barang-barang mahal dan bagus p**a yang disambung dengan tali-temali penuh batu permata; digantungi bunga rampai; diatas tikar yang indah; dibubuhi bantalan merah; kereta itu ditarik oleh lembu yang putih bersih, tampan dan kuat, yang berjalan dengan langkah tetap secepat angin; ada p**a pembantu dan pengiring menjaganya. Mengapa sang ayah berbuat demikian ? karena ia sangat kaya dan harta benda serta lumbungnya melimpah-limpah. Orang tua itu berpikir demikian : "Kekayaanku tak terbatas, tak pantas kuberi anak-anakku kendaraan kecil yang kurang berharga. Anak-anakku ini, aku sayangi tanpa perbedaan. Aku memiliki kereta-kereta besar, tak terbatas jumlahnya; mampu kuberikan kepada semua orang; dan sisanya tak akan berkurang apalagi hanya kuberikan kepada anak-anakku saja." Sementara anak-anak itu masing-masing telah mengendarai kereta besar, mendapatkan sesuatu yang belum pernah mereka miliki dan belum pernah diharapkan sebelumnya. Sariputra, bagaimana pendapatmu. Apakah ayah yang memberikan kepada anak-anaknya kereta besar, bagu dan mewah yang sama itu, terlibat dalam ketidak-benaran ?"
Sariputra menjawab : "Tidak, Yang Dipuja Dunia; sang ayah itu hanya mengusahakan agar anak-anaknya terhindar dari bencana kebakaran dan menyelamatkan hidup mereka; ia tidak melakukan ketidak-benaran. Bagaimana ? dengan cara demikian ia menyelamatkan jiwa mereka dan mereka bahkan memperoleh barang mainan; bijaksana sekali tindakannya untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari rumah terbakar itu. Yang Dipuja Dunia, bilamana ia tak memberikan kereta yang kecil sekalipun, maka ia tidak akan melakukan kebenaran. karena sejak mula ayah itu menetapkan maksudnya : "Dengan cara yang bijaksana kuhendaki anak-anakku selamat." Dengan dasar inilah ia tidak melakukan tindakan yang tidak benar. Lebih-lebih mengingat, bahwa kekayaannya tak terbatas; ayah yang menghendaki kesejahteraan anak-anaknya itu, telah memberikan kepada mereka kereta besar yang sama." Sang Buddha menyahut : "Benar, benar sekali; demikianlah seperti apa yang kaukatakan, Sariputra. Demikian p**a halnya dengan Tathagata, karena ia adalah ayah bagi semua dunia; yang telah bebas daripada takut, putus asa, cemas, kurang pengertian dan kegelapan; telah sempurna dalam pengetahuan, kekuatan batin, dan tanpa takut; memiliki kesaktian dan kebijaksanaan; telah mendapatkan kesempurnaan yang paripurna; yang bermurah hati dan berwelas asih; tak kenal jenuh; selalu mencari apa yang baik dan menguntungkan segenap mahluk. Beliau dilahirkan dalam Triloka yaitu rumah tua yang terbakar untuk menyelamatkan segenap mahluk hidup daripada kebakaran lahir, umur tua, sakit, mati, cemas, derita, kedunguan, kegelapan, ketiga racun (kilesa) dan mengajarkan kepada mereka bagaimana memperoleh Penerangan Sejati. Beliau melihat bagaimana segenap mahluk hidup, terjepit oleh nyala api kelahiran, umur tua, sakit, cemas, dan susah, serta menderita bermacam-macam penyesalan disebabkan oleh lima macam keinginan dan ketamakan; bagaimana mereka itu karena kelekatan kepada keinginan serta pengejarannya, sekarang mengalami derita dan kemudian akan menderita dalam neraka ataupun sebagai binatang atau mahluk halus. Sekalipun mereka dilahirkan dalam surga maupun di antara manusia, mereka tertimpa bermacam-macam penderitaan seperti kemiskinan, kecemasan, terpisah dari yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci. Tenggelam dalam perkara-perkara ini, segenap mahluk hidup gembira dan bersenang-senang; tidak sadar, tidak mengerti, tidak ingat, tidak takut dan tidak bosan; mereka tak ada pikiran untuk mencari kebebasan, melainkan dalam rumah terbakar berlari-larian kian kemari. Meskipun akan mendapat penderitaan besar, mereka tidak menjadi cemas karenanya. Sariputra, Buddha yang melihat itu semua, berpikir begini : "Aku adalah ayah dari segenap mahluk dan haruslah Ku-renggut mereka dari derita serta memberikan mereka berkah daripada kebijaksanaan Buddha yang kekal dan tanpa batas, sebagai barang permainan." Sariputra, Sang Tathagata merenungkan begini : "Jika hanya Ku-pergunakan kekuatan batin dan kebijaksanaan, menyampingkan tiap cara yang tepat dan demi kepentingan segenap mahluk hanya mengandalkan kebijaksanaan, kekuatan dan ketidak-takutan Tathagata, maka para mahluk hidup tak akan tertolong. Selama mahluk-mahluk ini belum terlepas daripada lahir, umur tua, sakit, cemas dan derita; melainkan masih terbakar dalam rumah berkobar dalam Triloka, bagaimana mereka akan mengerti kebijaksanaan Buddha ?"
Sariputra, seperti p**a sang ayah itu, meskipun kuat dalam badan dan tenaga, hanya dengan kebijaksanaan yang tepat, tegas menyelamatkan anak-anaknya dari malapetaka dalam rumah terbakar itu dan kemudian memberikan kepada mereka masing-masing kereta besar yang terbuat dari bahan-bahan mahal; begitu p**a Sang Tathagata, meskipun memiliki tenaga dan ketidak-takutan; hal-hal ini tidak dipergunakan; hanya dengan kebijaksanaan yang tepat Beliau memindahkan segenap mahluk hidup dari rumah terbakar Triloka; menguraikan ke-tiga kendaraan, yaitu : Kereta Sravaka, Kereta Pratyekabuddha dan Kereta Buddha. Kata Beliau kepada mereka : "Kalian semua; jangan bersenang-senang berdiam dalam rumah terbakar Triloka; jangan mengejar-ngejar bentuk, suara, bau, cita rasa. Dengan mengejarnya, kalian terikat kepadanya maka kalian akan terbakar olehnya. Bebaskan dirimu dari Triloka dan dapatkan ketiga kendaraan: Kereta Sravaka, Kereta Pratyekabuddha atau Kereta Buddha. Sekarang kalian Ku-beri jaminan yang terbukti tak akan keliru. Hanya saja agar rajin dan sungguh-sungguh." Dengan cara bijaksana yang demikian Sang Tathagata menarik perhatian segenap mahluk; dan selanjutnya berkatalah Beliau:
"Ketahuilah; ketiga kendaraan itu dipuji-puji oleh para bijaksana; dengan kendaraan-kendaraan itu kalian akan bebas dan merdeka, tanpa memerlukan tumpuan lain. Mengendarai tiga kereta itu serta bersarana ke lima kemampuan sempurna, kelima kekuatan, ketujuh tanggapan, kedelapan jalan, pemusatan, pembebasan, serta samadhi; kalian lambat laun akan berbahagia dan memperoleh ketenteraman dan kegembiraan yang tak terbatas. Sariputra, bila ada mahluk-mahluk hidup memiliki jiwa kebijaksanaan yang mendalam, mengikuti Buddha Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin memperoleh kemajuan; berkeinginan cepat-cepat terlepas dari Triloka dan mencari Nirvana bagi dirinya sendiri; mereka itu akan mempergunakan kendaraan yang disebut kereta Sravaka; seperti hanya anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta domba. Bila ada mahluk-mahluk hidup yang mengikuti Sang Buddha, Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin menggalang kemajuan; berkeinginan mendapatkan kebijaksanaan seorang diri, menikmati keseimbangan kebaikan-kebaikan pribadi serta mahir dalam perkara sebab musabab hukum; mereka itu akan mempergunakan kendaraan yang disebut kereta Pratyekabuddha, seperti halnya anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta rusa. Bila ada mahluk-mahluk hidup yang mengikuti Sang Buddha Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin melaksanakannya, maju penuh semangat; mencari kebijaksanaan yang paripurna; yaitu kebijaksanaan Buddha yang murni, kebijaksanaan tanpa guru; serta pengetahuan, kekuatan dan ketidak-takutan Sang Tathagata; yang menaruh welas asih kepada mahluk-mahluk tak terhitung jumlahnya serta meringankan mereka; bermanfaat bagi dewa dan manusia; menyelamatkan segenap mahluk; mereka itu menggunakan kendaraan yang disebut Mahayana. Karena para Bodhisatva memilih kendaraan ini, mereka disebut Mahasatva. Mereka adalah seperti anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta lembu. Sariputra, sebagaimana ayah yang melihat anak-anaknya keluar dengan selamat dari rumah terbakar dan sampai pada tempat yang bebas dari ketakutan, dan dengan kekayaannya yang melimpah-limpah, memberikan anaknya masing-masing sebuah kereta besar; begitu p**a Sang Tathagata. Sebagai ayah dari segenap mahluk hidup yang melihat mahluk-mahluk tak terhitung ribuan keti jumlahnya, dengan ajaran Buddha telah terlepas dari derita Triloka; dari jalan yang menakutkan dan berbahaya; kemudian mendapatkan kesenangan Nirvana; Sang Tathagata berpikir begini :
"Ku-miliki secara tak terbatas dan kekal kebijaksanaan, kekuatan, ketidak-takutan dan harta karun para Buddha. Segenap mahluk hidup ini adalah anak-anak-Ku, kepada siapa Ku-berikan kendaraan besar ( Mahayana ) yang sama; sehingga tak ada seorang yang akan memperoleh Nirvana pribadi, melainkan semua akan mendapatkan Nirvana bersama-sama Tathagata. Semua mahluk hidup yang terlepas dari Triloka diberikan benda mainan dari para Buddha yaitu : pemusatan, kebebasan dan lain-lainnya; semua sama dalam bentuk dan macamnya; yang mendapat pujian para bijaksana; yang menghasilkan kesenangan murni dan agung. Sariputra, sebagai p**a ayah itu mula-mula menarik perhatian dengan tiga kendaraan dan kemudian hanya memberikan sebuah kereta yang besar, dihias meriah dengan barang-barang yang mewah; orang tua itu telah melakukan kebenaran; begitu p**a pada Sang Tathagata telah melakukan kebenaran. Mula-mula Ia menarik perhatian semua mahluk dengan tiga macam kendaraan dan kemudian bagi keselamatan mereka hanya memberikan kendaraan besar saja. karena Sang Tathagata memiliki kebijaksanaan tanpa batas, kekuatan, tiada rasa takut dan memiliki p**a harta karun Dharma; mampu memberikan segenap mahluk hidup Dharma Mahayana; namun tidak semua mampu untuk menerimanya. Sariputra, oleh sebab itu ketahuilah bahwa para Buddha dengan kekuatan kebijaksanaannya; dengan satu kendaraan Buddha membeda-bedakan dan menyampingkan yang tiga." Sang Buddha, kembali menyatakan AjaranNya dalam bentuk stansa :
39. "Bayangkan, ada seorang ayah mempunyai sebuah rumah tua, tidak kokoh; serambi-serambinya usang, tiang-tiangnya rapuh pada dasarnya.'
40. Jendela-jendela dan langkah-langkahnya sebagian rusak, dinding serta pelapis dan perekatnya sudah hancur, tutupnya terpecah-pecah sedang atapnya dimana-mana berlubang.
41. Penghuninya tak kurang dari lima ratus orang banyak kamar kecil penuh dengan tinja yang menjijikkan.
42. Penyangga atap seluruhnya terlepas, dinding-dinding sebagian melengkung; didiami oleh ribuan rajawali; demikian p**a merpati, burung hantu dan burung-burung lainnya.
43. Pada tiap ujung terdapat ular-ular berbahaya, kebanyakan berbisa dan mengerikan; kalajengking dan bermacam-macam tikus; rumah ini ada p**a tempat tinggal mahluk-mahluk keji yang tak dapat dilukiskan.
44. Selanjutnya disana-sini dijumpai mahluk-mahluk halus. Rumah itu kotor dari tinja dan air kencing; penuh dengan cacing-cacing, serangga dan lalat; menggema suara anjing dan serigala meraung-raung.
45. Dalam rumah itu terdapat ajak yang biasa menelan bangkai manusia; anjing dan serigala mencari mayat.
46. Binatang-binatang yang kurus kering karena selalu lapar kian kemari mencari mangsa sambil berkelahi, memenuhi ruangang-ruangan dengan suara mengerang. Demikianlah rumah yang mengerikan itu.
47. Ada p**a hantu-hantu jahat yang menjamah badan manusia; ditempat-tempat lain ada lipan, ular-ular yang menakutkan dan berbahaya.
48. Binatang-binatang itu merangkak-rangkak disemua suduh dimana mereka membuat sarang bagi keturunan mereka yang banyak juga ditelan oleh hantu-hantu.
49. Hantu-hantu yang kenyang dengan daging mahluk-mahluk lain sehingga badannya menjadi gemuk, saling berkelahi mati-matian.
50. Dalam ruang-ruang yang rawan terdapat hantu-hantu jahat yang menakutkan, diantaranya ada yang besarnya setengah depa, satu atau dua depa; semuanya cekatan dalam geraknya
51. Mereka biasa menangkap anjing pada kakinya, melemparkannya terbalik di tanah, mencubit lehernya dan membiarkannya kesakitan.
52. Ada p**a hantu yang menjerit-jerit, telanjang, hitam, pucat, besar dan tinggi; yang karena kelaparan mencari makan disana-sini sambil mengeluarkan suara sesal.
53. Ada yang mulutnya seperti jarum, lainnya bermulut seperti mulut lembu; besarnya seperti manusia atau anjing, rambutnya kusut; mereka mengeluarkan ratapan-ratapan sambil mencari makan.
54. Hantu dan jin-jin ini, seperti p**a rajawali, selalu mengintip dari jendela dan lubang-lubang kesemua jurusan sewaktu mencari makan.
55. Demikianlah keadaan rumah yang suram itu; luas dan tinggi, tetapi sangat lapuk; penuh dengan lubang-lubang, ruai dan suram; bayangkan itu milik seseorang.
56. Sewaktu ia sedang di luar, rumahnya terjilat api dan cepat-cepat diliputi nyala-nyala ditiap sisi.
57. Tiang dan rusuk segera berkobar, penyangga dan sekat menyala gemercak; sangat menyeramkan sedang hantu-hantu menjerit-jerit.
58. Rajawali beratus-ratus terusir; jin-jin mundur dengan muka lesu; ratusan binatang galak yang telah hangus berlarian sambil berteriak-teriak.
59. Kuntilanak-kuntilanak bergerak, terbakar oleh api; sambi menyala mereka tarik menarik masing-masing dengan gigi dan darah mereka memercik kemana-mana.
60. Serigala-serigala mati juga, bangkai mereka dimakan teman-temannya. Tinja terbakar p**a menyiarkan bau busuk yang menjijikkan.
61. Lipan-lipan yang berusaha terbang, ditelan oleh jin-jin. Begitu p**a hantu-hantu dengan rambut terbakar mondar-mandir tercekam oleh lapar dan panas.
62. Dalam keadaan demikianlah rumah dahsyat itu, dimana beribu-ribu nyala keluar dari tiap sisinya. Sedang pemiliknya melihat dari luar.
63. Didengar olehnya suara anak-anaknya sendiri yang pikirannya terpusat pada permainan, sedang asyik, bersenang-senang seperti orang dungu dalam kebodohannya.
64. Mendengar suara mereka, sang ayah segera masuk untuk menyelamatkan mereka yang tidak mengerti, agar tidak musnah terbakar.
65. Ia terangkan keadaan rumahnya; katanya : "Wahai anak-anak muda tersayang; inilah rumah celaka, sangat membahayakan; mahluk-mahluk jahat ada didalamnya dan tambah lagi api ini merupakan rangkaian jahanam.
66. Ada didalam ular, hantu jahat, jin dan kuntilanak dalam jumlah banyak; serigala, kelompok-kelompok anjing dan ajak; demikian p**a rajawali mencari mangsa.
67. Mahluk-mahluk demikian hidup dalam rumah ini; terlepas daripada adanya api; cukup menakutkan dan menyeramkan; dan sekarang api menjilat-jilat dari segenap jurusan.
68. Namun anak-anak yang dungu itu, meskipun diperingatkan, tidak memperhatikan kata-kata sang ayah karena terpikat oleh permainan; mengert maksudnya pun tidak.
69. Orang itu lalu berpikir : "Kini aku dalam keadaan cemas menghadapi anak-anakku. Apa guna punya anak, bila aku kehilangan mereka ? tapi, mereka tak akan musnah terbakar.
70. Sekonyong-konyong sebuah akal melintas dalam pikiran : "Anak-anak muda yang tak sadar ini gemar akan barang-barang permainan dan sekarang mereka tak ada untuk bermain-main. Bodoh sekali mereka itu.
71. Katanya : "Dengarkanlah anak-anak; ayah ada kereta bermacam-macam, ditarik oleh domba, rusa dan lembu, bagus sekali, indah, besar, dan dilengkapi seluruhnya.
72. Barang-barang itu ada diluar; larilah kalian keluar dan pergunakan barang-barang itu sekehendak kalian; memang untuk kalianlah kusuruh buat kereta-kereta itu. Larilah kalian keluar dan bergembiralah mendapatkan barang-barang itu ! Segenap anak-anaknya, mendengar tentang kereta-kereta itu, seketika berusaha berlari keluar cepat-cepat dan mencapai udara terbuka, terhindar daripada luka-luka.
74. Melihat bahwa anak-anaknya telah keluar, orang itu menuju lapangan ditengah-tengah desa dan dari singgasana tempat ia duduk, ia berkata : "Syukurlah, sekarang aku merasa tenteram.
75. Anak-anakku yang kukasihi ini telah kuselamatkan dengan susah payah; kedua puluh anak-anakku tersayang adalah dalam rumah yang berbahaya, mencelakakan dan mengerikan, penuh binatang-binatang buas.
76. Meskipun rumah terbakar dan diliputi nyala api, mereka bersenang-senang dengan permainan; namun kini mereka semua telah kuselamatkan. Karenanya aku merasa sangat bahagia."
77. Anak-anak yang melihat ayah mereka berbahagia, menghampirinya dan berkata: "Ayah sayang, berikanlah kami apa yang ayah tadi janjikan : kereta-kereta indah tiga macam itu.
78. Tepatilah apa yang telah dijanjikan dalam rumah tadi sewaktu ayah berkata : "Akan kuberikan kalian tiga macam kendaraan." Berikanlah barang-barang itu, sekarang tepat waktunya."
79. Orang yang kita bayangkan tadi mempunyai harta benda banyak emas, perak, permata dan mutiara; dimiliki lempengan-lempengan logam mulia; budak-budaknya banyak; perabot rumah dan kendaraan berjenis-jenis.
80. Kereta-kereta dibuat dari bahan mahal, dihela oleh lembu; sangat mewah dengan bangku-bangku dan sebaris genta yang menggelenting; dihias dengan payung dan panji-panji serta dibubuhi hiasan batu permata dan mutiara.
81. Kereta-kereta itu dihias dengan emas, karangan bunga buatan digantungkan sana-sini; seluruhnya diselubungi kain dan muslin putih.
82. Lebih lanjut kereta-kerete itu dilengkapi dengan kasuran istimewa dari sutera halus sebagai bantalannya; dialasi permadani khusus yang bergambarkan burung-burung bangau dan undan ; seharga ribuan keti.
83. Kereta-kereta dihela oleh lembu-lembu putih yang terpelihara, kuat, berbadan tegap, bagus sekali; orang banyak merawatnya.
84. Kereta-kereta sempurna demikian itulah yang diberikan orang tersebut kepada segenap anak-anaknya; mereka sangat gembira dan tertarik; segera bermain-main dengan kereta masing-masing kesegenap jurusan.
85. Dengan cara yang sama, Wahai Sariputra !, Aku Yang Maha Tahu, adalah ayah dan pelindung bagi segenap hidup dan semua mahluk yang seperti anak-anak tercekam oleh kesenangan-kesenangan Triloka adalah anak-anak-Ku.
86. Triloka itu berbahaya seperti rumah tadi, diliputi oleh sejumlah kejahatan-kejahatan, seluruhnya terbakar pada tiap sisinya oleh bermacam-macam lahir, umur tua, sakit.
87. Tetapi, Aku yang telah terlepas dari Triloka dan tenteram, berdiam dalam pengasingan mutlak ditengah-tengah hutan. Triloka ini adalah rumah-Ku dan mereka yang ada didalamnya menderita kepanasan dan terbakar, adalah anak-anak-Ku.
88. Dan Aku jelaskan kejahatan-kejahatannya karena Aku berketepatan hati menyelamatkan mereka; tetapi mereka tidak mau mendengarkan Aku, karena mereka semua tidak mengerti, sedang hati mereka melekat kepada kesenangan-kesenangan nafsu.'
89. Karenanya Aku pergunakan akal yang mungkin dan mengatakan kepada mereka tentang tiga macam kendaraan; demikian menunjukkan sarana untuk menghindari bermacam-macam kejahatan dari Triloka yang Ku-ketahui.
90. Anak-anak-Ku yang patuh padaKu; yang menguasai ke-enam kekuatan gaib (Abhigna) dan ke-tiga ilmu; para Pratyekabuddha maupun para Bodhisatva, tak mungkin tergelincir.
91. Dan kepada mereka yang lain, yang juga anak-anak-Ku kepada mereka dengan kiasan yang tepat ini, Ku tunjukkan kendaraan Buddha yang tunggal. Terimalah, kau kalian akan menjadi Jina.
92. Adalah sangat mulia dan indah; yang paling terpuja didunia, yaitu pengetahuan Para Buddha; yang paling tinggi diantara manusia; sesuatu yang mulia dan terpuja.
93. Kekuatan-kekuatan, samadhi, tingkat-tingkat kebebasan dan renungan diri yang telah dilakukan oleh ratusan keti orang, adalah kendaraan terpuji dimana putra-putra Buddha mendapat kebahagiaan tanpa henti.
94. Bermain-main dengan kendaraan itu dilakukan siang malam, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bermusim-musim, bertahun-tahun, berkalpa-kalpa, ya selama ribuan keti kalpa.
95. Inilah kendaraan yang indah daripada permata, dipergunakan oleh perbagai Bodhisatva dan Siswa yang mendengarkan Sugata untuk berjalan dan menginjak pintu gerbang Penerangan.
96. Ketahuilah Tishya (Sariputra) bahwa tak ada kendaraan kedua dimana saja terdapat didunia ini, kejurusan manapun kau mencari; terlepas daripada tujuan tertinggi diantara umat manusia.
97. Kalian adalah anak-anak-Ku, Aku adalah ayah kalian yang menghindarkan kalian dari sakit, dari Triloka, dari takut dan bahaya; sewaktu kalian terbakar selama banyak kalpa.
98. Ku-ajarkan ketenteraman terberkahi (Nirvana), meskipun kalian belum mencapai ketenteraman mutakhir; setidak-tidaknya kalian terlepas dari kerusakan pergolakan duniawi, bila kalian bertindak mencari kendaraan para Buddha.
99. Tiap Bodhisatva yang ada disini mengikuti aturan Buddha-Ku. Demikianlah kecakapan Jina membina Bodhisatva banyak.
100. Sewaktu mahluk-mahluk didunia ini menikmati kesenangan-kesenangan rendah dan hina, Sang Raja Dunia yang selalu bicara benar, menyatakan derita sebagai kesunyataan.
101. Kepada mereka yang tak sadarkan pikirannya terlalu sederhana untuk menemukan akar daripada derita itu Ku-buka jalannya : "Terbukanya kesadaran penuh; keinginan kuat adalah asal mula derita."
102. Usahakanlah selalu, tak terlekat, untuk menindas keinginan. Inilah Kesunyataan-Ku yang ketiga : Penindasan Keinginan. Inilah cara pelepasan yang tak dapat gagal.
103. Dan daripada apa mereka bebas, Sariputra ? Mereka bebas dari kekhayalan. Namun mereka belum bebas sepenuhnya; Sang Raja menyatakan mereka belum mencapai ketenteraman mutakhir di dunia ini.
104. Mengapa Ku-nyatakan seseorang telah terlepas sebelum mencapai Penerangan Sejati yang paling unggul ? karena demikianlah kehendak-Ku. Akulah penguasa Dharma yang dilahirkan di dunia ini untuk memimpin ke arah kebahagiaan.
105. Inilah, Sariputra, kata penutup Dharma-Ku yang sekarang; untuk yang terakhir Ku-nyatakan demi kebahagiaan dunia; meliputi juga dewa-dewanya. Siarkanlah perkara ini kesegenap penjuru.
106. Bilamana seseorang berkata kepadamu : "Ku-terima dengan gembira" dan menerima sutra ini dengan menghormatinya sungguh-sungguh, boleh kau anggap orang itu tak mungkin akan gagal.
107. Untuk percaya kepada Sutra ini, seseorang harus menjumpai para Tathagata yang lain, menghormat pada mereka dan mendengar Dharma seperti ini.
108. Untuk percaya kepada kata-Ku yang unggul, seseorang harus melihat Aku. Kau dan pesamuan bhiksu-bhiksu telah melihat semua Bodhisatva ini.
109. Sutra ini tepat untuk memecahkan persoalan kebodohan dan tak Ku-nyatakan sebelum Aku menembus pengetahuan sempurna. Sungguh; itu tak dalam kemampuan para siswa, begitu p**a para Pratyekabuddha tak termasuk kedalamnya."
110. Tetapi kau, Sariputra, ada kemauan baik, demikian p**a para siswa disini. Mereka akan berjalan menurut kepercayaan-Ku, meskipun masing-masing tak dapat memiliki pengetahuannya secara pribadi.
111. Namun, janganlah membicarakan persoalan ini kepada orang-orang yang sombong, yang congkak, maupun kepada para yogi yang tak menguasai diri; para dungu yang selalu mendambakan nafsu-nafsu kesenangan; dalam kebutaannya mereka dapat menghina Dharma yang sudah dinyatakan.
112. Dengarkanlah akibat ngeri bila seseorang menghina kecakapan-Ku dan ajaran-ajaran Buddha yang telah ditetapkan di dunia, bila seseorang dengan berkepala batu menghina kendaraan.
113. Dengarkanlah nasib mereka yang telah menghina Sutra seperti ini, baik selama hidup-Ku maupun setelah Ku mencapai Nirvana; ataupun mereka yang telah menghina para bhiksu.
114. Setelah musnah dari lingkungan manusia, mereka akan berdiam dalam neraka yang paling dalam (Avici) selama satu kalpa penuh dan kemudian mereka akan jatuh semakin dalam; orang-orang bodoh itu akan melewati kelahiran berulang-ulang selama banyak kalpa.'
115. Dan setelah mereka musnah dari lingkungan penghuni neraka, mereka selanjutnya akan turun dalam keadaan garang, sebagai anjing atau serigala dan menjadi sasaran permainan bagi orang lain.
116. Dalam keadaan demikian mereka menjadi berwarna hitam berbisul-bisul, diliputi penyakit, gatal-gatal, lebih lanjut tak berambut dan lemah; mereka semua yang menentang Penerangan-Ku yang unggul ini.'
117. Mereka selalu dipandang hina dilingkungan binatang; dilempar-lempari gumpalan tanah atau kena senjata, mereka menjerit-jerit; dimana-mana diperlakukan dengan tongkat dan badannya menjadi kurus karena lapar dan haus.
118. Kadang-kadang mereka menjelma menjadi onta atau keledai pengangkut beban, selalu dipukul dengan cambuk dan tongkat; mereka selalu memikirkan makan; demikianlah orang-orang bodoh yang menghina ajaran Buddha.
119. Pada waktu lain mereka menjadi serigala buruk, setelah buta dan timpang; mahluk-mahluk tak berdaya ini diganggu oleh anak-anak kampung yang melemparinya dengan gumpalan tanah atau barang lain.
120. Lagi, keluar dari tempat tersebut, orang-orang bodoh itu menjadi binatang-binatang yang badannya sebesar lima ratus yojana, berputar-putar kian kemari, tak bertenaga dan malas.
121. Mereka tidak berkaki dan merayap diatas perut; diganggu oleh berkoti-koti binatang lain adalah hukuman mereka yang menghina Sutra seperti ini.
122. Dan bilamana mereka mendapat tubuh manusia, mereka dilahirkan pincang, cacat, bongkok, bermata satu, buta, dungu dan hina; mereka tak ada kepercayaan terhadap Sutra-Ku.
123. Tak ada orang yang mendekat; bau busuk selalu keluar dari mulutnya; mahluk-mahluk halus yang jahat memasuki badan siapa yang tak percaya kepada Penerangan Sejati ini.
124. Miskin, harus melakukan pekerjaan kasar, selalu menjadi budak orang lain, lemah dan menjadi korban bermacam-macam penyakit; mereka di dunia tanpa ada yang melindungi.
125. Orang yang kebetulan menjadi majikannya, tak bersedi memberi upah banyak, dan apa yang diberikan cepat-cepat habis. Itulah hasilnya orang berdosa.
126. Obat-obatan baik yang disediakan oleh mereka yang mampu, dalam keadaan demikian bahkan akan menambah sakitnya dan penderitaannya tak habis-habis.
127. Ada yang melakukan pencurian, keributan, serangan atau tindak kejahatan; sedang yang lain menjadi perampok; hal-hal yang demikian menimpa setiap orang yang berdosa.
128. Tak pernah mereka melihat Raja Dunia, Raja diraja yang memerintah bumi, karena mereka ditakdirkan hidup pada waktu yang salah; mereka yang menghina ajaran Buddha dari-Ku.
129. Orang bodoh itupun tak mendengarkan ajaran; ia tuli dan tak berperasaan; ia tak akan mendapatkan ketenteraman karena menghina Penerangan ini.
130. Selama ratusan ribu koti kalpa, sama dengan jumlah pasir di sungai Gangga, ia akan tetap dungu dan lemah pikirannya, karena menghina Sutra ini.
131. Neraka adalah tempat kediamannya, tempat sial lingkungannya; ia selalu hidup diantara keledai, babi, serigala dan anjing.
132. Dan bila menjelma dalam badan manusia, ia akan buta, tuli, dungu, budak dari orang lain dan selalu miskin.
133. Penyakit-penyakit, ribuan luka dibadan, kudis, gatal-gatal, kurap, kusta, bisul dan bau busuk meliputi badannya.
134. Pandangannya gelap untuk dapat memperbedakan mana yang nyata. Kemarahan menguasai dirinya dan nafsunya sangat dahsyat; ia selalu menikmati rahim binatang.
135. Bila Ku-teruskan, Sariputra, selama se-kalpa penuh menyebut kebus**an orang yang menghina Sutra-Ku, tak akan habis-habis.
136. Dan karena Aku menyadarinya, Ku-perintahkan kau Sariputra, jangan kau uraikan Sutra seperti ini kepada orang-orang bodoh.
137. Tetapi mereka yang berakal sehat, terlatih, penuh perhatian, pandai dan terpelajar; yang mencari Penerangan mulia dan tertinggi; kepada mereka uraikanlah arti yang sesungguhnya.
138. Mereka yang telah melihat ribuan Buddha, telah menanam akar kebaikan tak terhitung banyaknya, dari menempuh niat yang teguh; kepada mereka uraikanlah arti yang sesungguhnya.
139. Mereka yang penuh semangat, telah lama memperkembangkan kemurahan hati, telah mengorbankan raga dan jiwanya; kepada mereka kau boleh menerangkan Sutra ini.
140. Mereka yang menunjukkan saling rasa cinta dan hormat; tidak berhubungan dengan orang-orang bodoh dan puas hidup dalam gua-gua dipegunungan; kepada mereka uraikan Sutra yang suci ini.
141. Bila kau jumpai putra-putra Buddha yang berhubungan dengan teman-teman bajik, menjauhi teman-teman jahat; jelaskan Sutra ini kepada mereka.
142. Putra-putra Buddha itu yang tak mengingkari sumpahnya kebaikan, adalah bagaikan batu mulia dan permata dan mengkhususkan diri untuk mempelajari Sutra-sutra besar. bab4-6
BAB IV
SASARAN YANG TEPAT
Pada saat itu Subhuti, Maha Katyayana, Maha Kasyapa dan Maha Maudgalyayana yang telah dilahirkan dengan kebijaksanaan, menjadi kagum serta dihinggapi perasaan gembira setelah mendengar dari Sang Buddha tentang hukum yang belum pernah diajarkan sebelumnya oleh Sang Buddha dan tentang Penerangan Agung dari Sariputra. Kemudian mereka bangkit dari tempat duduknya dan sambil mengatur pakaian, mereka menutup bahu kanan serta meletakkan lutut mereka diatas tanah mengkatupkan tangannya, membungkukkan badan dengan takzim dan memandang ke arah wajah Sang Buddha, mereka menyapa Sang Buddha dan berkata :
"Kami para ketua dari Viharawan-viharawan yang sudah tua dan sudah lanjut usia, beranggapan bahwa kami telah mencapai Nirvana sehingga tidak ada lagi yang bisa kami lakukan, oleh karenanya kami tidak mendesak untuk mencari Penerangan Agung. Sang Buddha telah lama mengkhotbahkan hukum dan selama itu p**a kami duduk ditempat merasa badan kami lesu dan hanya berpikir tentang kehampaan, tentang Arupa dan yang tanpa arah. Tetapi sesuai dengan hukum-hukum Bodhisatva, contoh-contoh kegaiban, membersihkan kawasan kebuddhaan dan menyempurnakan semua mahluk, kami tidak dapat membayangkan sedikitpun adanya rasa bangga. Betapapun juga perasaan kami meluap-luap dengan penuh kegembiraan setelah mendengar sabda Sang Buddha bahwa para sravaka (siswa) telah mencapai Penerangan Agung. Betapa gembiranya hati kami dihadapan Sang Buddha karena memperoleh apa yang belum pernah kami alami. Secara tak terduga kami sekonyong-konyong mendengar hukum yang gaib ini. Kita merasa bangga mendapatkan mantra yang bermutu ini, tanpa mencarinya. Yang Maha Agung Sang Buddha : " Perkenanakanlah kami sekarang berbicara dalam perumpamaan untuk menjelaskan maksud ini." "Seperti seorang laki-laki yang pada masa mudanya meninggalkan ayahnya pergi. Lama ia tinggal di negeri-negeri lain selama 10,20, atau 50 tahun. Semakin ia menjadi tua, semakin banyak p**a kebutuhannya. Ia mengembara ke segala penjuru untuk mencari sandang dan pangan sampai akhirnya ia mendekati tanah kelahirannya tanpa diduga-duga. Dari semula ayahnya mencari anak ini tetapi sia-sia belaka, sementara itu ia tinggal di suatu kota tertentu. Rumahnya menjadi sangat kaya raya, barang-barang dan harta bendanya sudah tak terhitung lagi, emas, perak, lapiz lazuli, kerang, ember, kristal dan permata-permata lain sehingga lumbung dan harta bendanya melimpah-limpah. Ia banyak mempunyai orang muda dan budak, pembantu dan pelayan serta memiliki banyak gajah, kuda, kereta, lembu dan domba yang tak terhingga jumlahnya. Penghasilan dan modal-modalnya tersebar di negeri-negeri lain, pedagang dan langganan-langganannya pun luar biasa banyaknya. "Pada saat ini, si anak malang mengembara dari desa ke desa dan menjelajahi banyak negeri dan kota hingga akhirnya sampailah ia di kota dimana ayahnya tinggal. Sang ayah selalu memikirkan anaknya dan meskipun ia telah terpisah darinya selama 50 tahun, belum pernah ia membicarakan hal ini dengan orang lain. Ia selalu merenung sendiri tentang hal ini dan selalu menyimpan penyesalannya ini dalam hatinya. Dalam renungannya ia berpikir: "Saya sudah tua dan sudah lanjut usia, dan saya memiliki banyak kekayaan emas, perak, permata, lumbung serta harta benda yang melimpah-limpah, tetapi saya tidak berputera. Suatu hari nanti, akhir hayat saya akan tiba dan kekayaanku akan berceceran dan hilang karena tiada seorangpun yang mewarisinya." Demikianlah keadaan orang tua itu, dan bilamana ia teringat akan puteranya, pikiran ini datang lagi :
"Seandainya aku bisa mendapatkan anakku kembali dan memberikan kekayaanku kepadanya, betapa puas dan gembiranya hatiku tanpa adanya kekhawatiran lagi." "Yang Maha Agung ! Sementara itu si anak malang bekerja di sana sini dan tanpa diduganya, sampailah ia di kediaman ayahnya. Sambil berdiri diambang pintu, ia melihat dari kejauhan ayahnya duduk disebuah kursi berbentuk singa dan kakinya diatas penunjang kaki yang bertatahkan manikam serta tubuhnya berhiaskan untaian mutiara yang berharga ratusan ribu, dipuja dan dikelilingi oleh para Brahmana, Kesatrya dan penduduk. Para pelayan dan bujang muda yang berselempang putih melayaninya dikanan kiri. Ia bertutupkan sehelai tirai yang indah yang digantungi rangkaian-rangkaian bunga. Bebauan yang harum semerbak diatas bumi, segala macam bunga-bunga yang mashur tersebar disekeliling dan benda-benda yang berharga diatur berderetan, beberapa diantaranya diterima dan yang lain ditolaknya. Demikianlah kemuliaan dan keagungan martabatnya. Melihat ayahnya memiliki kekuasaan yang sedemikian besarnya, si anak malang itu tercekam oleh perasaan takut dan menyesal bahwa ia telah datang ke tempat ini, sehingga diam-diam ia berpikir :
"Tentunya ia seorang raja atau seorang keturunan raja dan ini bukanlah tempat bagi saya untuk bekerja. Lebih baik saya pergi kedusun-dusun yang kecil dimana ada tempat bagiku untuk bekerja dan dimana sandang dan pangan lebih mudah diperoleh. Jika saya berlama-lama disini, mungkin saya akan mengalami aniaya dan dipaksa bekerja." Setelah berpikir demikian, ia segera pergi. Tetapi pada saat itu, orang tua yang duduk di kursi singanya telah mengenali anaknya pada pandangan pertama dan dengan kegembiraan yang luar biasa dalam hati, ia berpikir :
"Sekarang aku telah menemukan seseorang kepada siapa harta kekayaanku akan kuwariskan. Selalu aku pikirkan anakku ini tanpa dapat menemuinya, tetapi tiba-tiba ia telah datang sendiri dan rasa rinduku terobati. Meskipun telah lanjut usianya, aku tetap merindukannya." Dengan segera ia mengutus pembantu-pembantunya untuk mengejarnya dan membawanya kembali. Kemudian utusan-utusan itu bergegas menangkapnya. Si anak malang itu menjadi terkejut dan ketakutan dan dengan keras ia berteriak membantah : " Saya tidak menganggu kalian, mengapa saya harus ditangkap ?" Tetapi utusan-utusan itu bertindak lebih cepat lagi untuk menangkapnya dan memaksanya balik kembali. Kemudian anak malang itu berpikir dalam hatinya bahwa meskipun ia tidak bersalah namun ia akan dipenjarakan juga, hal ini pasti berarti kematiannya sehingga bertambah ngerilah hatinya dan akhirnya pingsanlah ia dan rubuh ketanah. Ayahnya yang melihat dari kejauhan kemudian memerintahkan utusannya sambil berkata: "Tidak ada gunanya orang ini, jangan membawanya dengan paksa. Teteskan air dingin pada wajahnya agar ia sadar kembali dan jangan bicara apapun lagi padanya." Betapapun juga sang ayah mengetahui watak anaknya yang rendah diri dan menyadari kedudukannya sendiri yang seperti raja itu, telah menyebabkan kedukaan pada anaknya. Meskipun demikian, ia semakin percaya bahwa anak ini adalah anaknya, tetapi dengan kebijaksanaan ia tidak mengatakan apapun pada orang lain bahwa anak ini adalah anaknya sejati. Salah seorang utusan itu berkata pada anak yang malang itu : "Sekarang engkau saya bebaskan. Pergilah kemana engkau s**a." Anak yang malang itu menjadi gembira karena memperoleh apa yang tidak diharapkannya. Ia bangkit dari tanah dan pergi ke sebuah pedusunan yang miskin untuk mencari sandang dan pangan. Kemudian orang tua yang ingin menarik hati anaknya itu, mulai mengatur suatu rencana. Dengan diam-diam, ia mengirimkan 2 orang yang kelihatannya sedih dan tidak berwibawa sambil berkata : " Kalian pergi dan kunjungilah tempat itu kemudian katakan dengan halus pada orang yang malang itu : ada tempat bagimu untuk bekerja disini dan engkau akan diberi upah lipat dua", jika orang itu menyetujui, bawalah ia kembali dan berilah ia pekerjaan. Dan jika ia bertanya tentang pekerjaan apa yang akan dikerjakannya, kemudian kalian boleh berkata kepadanya : "Kami memberimu pekerjaan untuk membersihkan tumpukan kotoran dan kita berdua juga akan senang bekerja bersamamu." Kemudian kedua orang utusan itu berangkat mencari anak yang malang, dan setelah menemukannya, mereka mengatakan tentang asal usul diatas kepadanya. Kemudian setelah menerima uang muka, si anak malang itu bergabung bersama mereka membersihkan kotoran-kotoran. Ayahnya yang sedang memperhatikan anaknya itu, dicekam rasa haru dan kasihan kepadanya. Pada suatu hari ia melihat dari kejauhan lewat jendela, perawakan anaknya yang ceking, kurus dan muram dikotori dan dinodai oleh tumpukan kotoran dan debu, kemudian ia menanggalkan untaian permatanya, pakaiannya yang lembut dan perhiasan-perhiasannya serta mengenakan kembali pakaian yang kasar, compang-camping serta kotor, lalu ia melumuri tubuhnya dengan debu dan mengambil sebuah panci debu ditangan kanannya serta dengan lagak yang tegas ia berkata : "Lanjutkan pekerjaan kalian, jangan bermalas-malasan." Dengan rencana yang demikian itu, ia mendekati anaknya dan berkata : "Wahai orangku, tinggallah dan bekerjalah disini, janganlah pergi kemana-mana lagi, akan aku naikkan upahmu dan apapun yang engkau perlukan, seperti mangkok, alat-alat masak, beras, gandum, garam dan cuka, janganlah ragu-ragu; kecuali itu kalau engkau membutuhkan, akan kuberimu seorang pelayan yang sudah tua." "Tenangkanlah hatimu, anggaplah saya seperti ayahmu sendiri dan janganlah takut lagi. Betapapun juga saya sudah tua dan lanjut usia sedang engkau masih muda belia dan perkasa. Selama engkau bekerja, belum pernah engkau menipu, malas, marah ataupun menggerutu. Tidak pernah aku lihat engkau mempunyai sifat-sifat buruk semacam ini seperti pekerja-pekerja yang lain. Mulai saat ini dan seterusnya engkau akan aku anggap sebagai anakku sendiri yang kulupakan." Kemudian orang tua itu memberinya nama baru dan memanggilnya seperti anaknya. Meskipun anak yang malang itu bers**a cita atas kejadian ini, tetapi masih juga ia berpikir tentang dirinya sebagai seorang buruh yang rendah, oleh karenanya ia melanjutkan pekerjaannya membersihkan kotoran selama 20 tahun dan sesudah waktu itu, timbullah rasa saling mempercayai diantara mereka sehingga ia dapat keluar masuk dengan leluasa, meskipun tempat kediamannya masih tetap di tempat semula. "Kemudian orang tua itu jatuh sakit, dan menyadari bahwa sebentar lagi ajalnya akan tiba. Maka berkatalah ia kepada anak yang malang itu : "Sekarang aku memiliki emas, perak, dan benda-benda berharga yang bertumpuk-tumpuk dan lumbung serta harta kekayaan yang melimpah ruah. Aku ingin engkau mengetahui sampai hal yang sekecil-kecilnya ini dan jumlah dari harta yang masih harus diterima dan yang diberikan. Begitulah pikiranku. Setujukah engkau dengan keinginanku ini ? karena sekarang aku dan engkau adalah sejiwa. Perhatikanlah terus menerus sehingga tidak ada waktu yang terbuang." Kemudian si anak malang itu menyetujui petunjuk dan perintahnya dan menjadi terbiasa dengan semua barang-barang itu emas, perak, benda-benda berharga dan begitu juga dengan lumbung dan kekayaan, tetapi tanpa adanya gagasan untuk mengharapkan menerima harta itu sedikitpun, sedangkan tempat tinggalnya masih tetap ditempat semula dan perasaan rendah dirinyapun masih tetap belum bisa ditinggalkannya. "Sesudah beberapa waktu berselang, kembali ayahnya mengetahui bahwa pemikiran anaknya lambat laun sudah berkembang dan kemauannya pun tumbuh dengan baik dan dia mengetahui juga bahwa anaknya telah memandang rendah keadaan pemikirannya yang terdahulu. Karena mengetahui bahwa akhir hayatnya sudah dekat, ia memerintahkan anaknya datang dan pada saat yang sama ia mengumpulkan sanak keluarganya, para raja, para menteri, para kesatrya dan rakyat. Ketika mereka semua sudah berkumpul, kemudian ia menyapa mereka dan berkata : "Ketahuilah tuan-tuan sekalian bahwa inilah puteraku yang telah kulupakan." Sudah lebih 50 tahun lamanya sejak ia meninggalkan saya disuatu kota dan pergi untuk menanggung sepi dan derita. Namanya semula adalah si Anu dan nama saya sendiri ialah si Anu. Pada waktu itu, saya mencarinya dikota itu dengan penuh kesedihan dan saya menemuinya ditempat lain tanpa terduga dan saya mendapatkannya kembali. Ia betul-betul anakku dan saya betul-betul ayahnya. Sekarang seluruh harta kekayaan yang saya miliki, semuanya menjadi hak putera saya dan semua pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan yang terdahulu seluruhnya sudah diketahui oleh anak ini. ketika anak yang malang itu mendengar kata-kata ayahnya ini, betapa besar kegembiraannya mendengar berita yang tidak diharapkannya itu dan karenanya berpikir : "Tanpa saya bersusah payah mencarinya, harta benda ini telah datang sendiri kepadaku." orang tua yang sangat kaya raya itu ialah Tathagata dan kita semua ialah sebagai putera-putera Buddha. Sang Tathagata selalu mengatakan bahwa kita adalah anak-anakNya. karena adanya tiga (3) penderitaan ditengah-tengah kelahiran dan kematian, maka kita telah menanggung segala macam penderitaan, diperdayakan, diabaikan dan diremehkan kasih kita. Hari Sang Buddha telah membuat kita untuk merenungkan dan membersihkan kotoran dari segala pembicaraan-pembicaraan yang mengasyikkan tentang hukum-hukum yang tak berharga. Dalam hal ini kita harus tekun membuat kemajuan dan kita telah memperoleh pembayaran upah sehari bagi usaha kita untuk mencapai Nirvana. Karena memperoleh ini, kita benar-benar menjadi gembira dan puas, dengan berkata pada diri kita sendiri : "Untuk ketekunan dan kemajuan, yang telah kita terima adalah begitu besarnya." Tetapi Sang Buddha mengetahui sebelumnya bahwa batin kita masih terikat dengan keinginan-keinginan yang rendah dan menyukai hal-hal yang hina, maka Dia membiarkan kita melakukan cara kita sendiri dan Diapun tidak membeda-bedakan kita. Dia bersabda : " Kalian akan menguasai kekayaan dari pengetahuan ilmu Sang Tathagata." Sang Buddha dengan kekuasaannya yang bijaksana, telah bersabda tentang kearifan Tathagata, dan meskipun kita hanya mengikuti Sang Buddha dan menerima upah sehari dari Nirvana, kite telah menganggapnya sebagai suatu keuntungan yang besar dan kita tidak pernah mencurahkan diri kita untuk mencari Kendaraan Agung. Kita juga telah menyatakan dan menerangkan tentang kebijaksanaan dari Sang Tathagata kepada Bodhisatva, tetapi tentang Kendaraan Agung ini, kita tidak pernah menginginkannya, karena betapapun juga, Sang Buddha mengetahui bahwa batin kita masih menyukai hal-hal yang hina dan dengan kebijaksanaanNya. Dia mengajak kita menurut kesanggupan kita, tetapi kita tidak menyadari bahwa kita adalah benar-benar putera-putera Buddha. Sekarang kita telah menyadari bahwa Yang Maha Agung tidak sakit hati terhadap kebijaksanaan Sang Buddha. Karena dari dahulu kala, kita semua adalah putera-putera Buddha, hanya kita menyukai hal-hal yang hina. Kalau saja kita mempunyai jiwa yang menyukai keagungan, maka Sang Buddha akan berkhotbah kepada kita tentang Hukum Kendaraan Agung. Didalam sutra ini, sekarang dia hanya berkhotbah tentang Satu Kendaraan dan meskipun dahulu ketika di hadapan Bodhisatva, Dia hanya berkhotbah dengan memandang rendah, tentang para sravaka yang menyukai hal-hal yang hias, tetapi nyatanya Dia telah memerintahkan mereka dalam Kendaraan Agung. Oleh karenanya kita berkata bahwa meskipun kita tidak mempunyai gagasan untuk mengharapkan hal itu, tetapi sekarang harta kekayaan yang besar dari Raja Hukum telah datang sendiri pada kita. Dan seperti itulah putera-putera Buddha akan memperoleh, dan kita semua telah mendapatkannya. Kemudian Maha Kasyapa yang ingin menyampaikan lagi maksud-maksud ini, menyatakan dalam syair :
"Kita pada hari ini
telah mendengar sabda Sang Buddha
dan sangat berdebar-debar dengan kegembiraan
telah memperoleh ajaran-ajaran yang belum pernah ada
Sang Buddha mengatakan bahwa kita para sravaka
Akan menjadi Buddha
Kump**an hartanya yang tiada tara
Kita telah terima tanpa mencarinya
Seperti halnya seorang pemuda
Belum dewasa dan pelalai
Yang meninggalkan ayahnya dan pergi
Ke tanah lain yang jauh
Mengembara kian kemari dibanyak negeri
Selama 50 tahun
Ayahnya dengan penuh kekhawatiran
Mencarinya ke segala penjuru
Jemu dengan pencariannya
Ia tinggal disuatu kota
Hari ini kita mendengar sabda Sang Buddha
Dengan penuh gairah dan kegembiraan
Telah memperoleh ajaran dari Sang Buddha
Yang sebelumnya belum pernah dibabarkan
Sang Buddha telah menyatakan
Bahwa kita para sravaka akan menjadi Buddha
Kump**an harta yang tiada ternilai banyaknya
Telah kita terima tanpa kita mencarinya
Seperti halnya seorang anak muda
Yang belum dewasa dan pelupa
Yang pergi meninggalkan ayahandanya
Ketanah rantau yang jauh nun disana
Berkelana kian kemari dibanyak negeri
Selama lima puluh tahun lamanya
Ayahnya dengan penuh kekhawatiran
Telah mencarinya ke segala penjuru
Tanpa mengenal jemu dan putus asa
Akhirnya ayahandanya tinggal di sebuah kota
Membangun sebuah rumah yang besar mewah
Harta kekayaannya berlimpah-limpah
Emas, perak, batu-batu mulia dan mutiara
Segala ratna mutu manikam tiada ternilai
Binatang-binatang ternaknya banyak sekali
Gajah, kuda, lembu dan domba tiada terhitung
Memiliki banyak tandu, usungan dan kereta
Abdinya baik yang tua maupun yang muda
Rakyat semuanya menghormatinya
Modalnya tersebar sampai ke negeri lain
Pendapatannya mengalir terus menerus
Dari para pedagang yang menjadi langganannya
Yang terdapat dimana-mana disegala penjuru
Ribuan keti rakyat menyanjung memuliakannya
Bagaikan seorang raja ia dipuja dan dicintai
Para menteri dan para bangsawan menghormatinya
Tamunya dari segala negeri datang berkunjung
Demikian besar kekayaannya dan kekuasaannya
Namun usianya kian hari bertambah lanjut
Rasa duka terus bersemi dalam hatinya
Karena rindu kepada putranya yang hilang
Siang malam ia termenung mengenang putranya
Sementara itu kematian kian mendekat
Anaknya yang bodoh belum juga kembali
Dari kepergiannya sudah 50 tahun lebih
Apa yang akan kulakukan terhadap hartaku
Yang bertumpuk dalam gudang-gudangku ? Yang jumlahnya tiada ternilai ? Sementara itu si anak yang malang
Mengembara mencari pangan dan sandang
Dari kota ke kota dari satu negeri ke negeri lainnya
Kadang-kadang mendapatkan rejeki dan tidak
Keadaannya sangat lemah, kurus dan lapar
Badannya gatal penuh kudisan disana sini
Akhirnya si anak hilang lewat di kota
Tempat istana ayahnya yang berdiri megah
Si anak malang pergi kesana kemari
Mencari kerja namun tak berhasil
Si anak yang malang tegak berdiri
Di pintu gerbang rumah ayahandanya
Waktu itu ayahandanya sedang duduk
Dibalik pintu gerbang bertirai manikam
Duduk diatas singgasana singa
Dikelilingi oleh para pembantu utamanya
Yang senantiasa menjaganya sepanjang hari
Beberapa orang sedang sibuk menghitung
Emas, perak dan segala benda berharga
Yang lain menghitung keluar masuknya barang
Menulis dan mencatat surat-surat pinjaman
Si anak yang malang ketika melihat ayahnya
Ia merenung dan bertanya didalam hatinya
"Tentu ia seorang raja atau keturunan raja
mengapa aku sampai datang kemari ?"
kemudian ia berpikir dan berkata dalam hati
"Jika aku terlambat pergi dari tempat ini
aku pasti akan disuruh kerja paksa." Setelah ia berpikir demikian ia lalu pergi
Ke perkampungan orang-orang miskin
Kesanalah ia pergi dan mencari kerja
Pada saat itu ayah si anak malang
Menyaksikan anaknya dari kejauhan
Dengan diam-diam ia mengenalnya
Segera ia mengutus seorang pembantunya
Untuk pergi menemui anaknya yang malang
Untuk dibujuk supaya dapat dibawa kembali
Namun si anak malang berteriak ketakutan
Kemudian ia jatuh pingsan, rubuh ke tanah
Dalam igauannya si anak yang malang berkata
"Orang-orang itu telah menangkap diriku
pasti mereka akan segera membunuhku." Ayah dari anak yang malang itu mengetahui
Putranya begitu bodoh dan rendah diri
Tidak mau percaya bahwa orant tua itu ayahnya
Dengan menggunakan akal yang bijaksana
Kembali ia mengutus pembantu-pembantunya
Untuk menemui anaknya yang malang papa
Dikirimnya pembantunya yang cacat
Matanya tinggal satu, badannya pendek
Yang nampaknya sama sekali tak berwibawa
Dipesannya kepada orang yang diutusnya
Supaya ia mengajak si anak malang bekerja
Menjadi tukang membersihkan kotoran dan sampah
Akan diberi upah dua kali lipat banyaknya
Si anak malang mendengar ini hatinya gembira
Demikianlah si anak yang malang telah bekerja
Membersihkan rumah ayahandanya dibagian luar
Membersihkan kotoran dan sampah yang ada disana
Ayahnya lewat disampingnya
"Sungguh bodoh anakku," pikirnya dalam hati
ia sudah terbiasa dengan yang sederhana
Kemudian orang tua si anak malang
Mengganti pakaian kebesarannya yang mewah
Mengenakan pakaian compang camping
Diambilnya panci yang kotor lalu pergi
Menemui anaknya yang sangat dicintainya
Dengan cara ini ia berhasil mendekati anaknya
Disuruhnya anaknya supaya rajin bekerja
"Aku telah memutuskan untuk menaikkan gajimu." Akan kuberikan minyak untuk kakimu
Akan kuberikan sandang pangan yang cukup
Demikian p**a tikar yang tebal dan hangat
Kemudian tiba-tiba orang tua itu menghardik
"Sekarang lanjutkan pekerjaanmu." Setelah menghardik orang tua itu berkata lembut
"Kau kuanggap sebagai anakku sendiri." Dengan kebijaksanaannya ayah si anak malang
Akhirnya memperbolehkan si anak yang malang
Keluar masuk mengurus rumah tangganya
Hal ini telah berjalan selama 20 tahun
Si anak yang malang mendapat kepercayaan
Mengurus emas, perak, mutiara dan kristal
Mengatur keluar masuknya barang-barang
Sehingga akhirnya ia menjadi pandai
Tetapi si anak yang malang tetap memikirkan
Tentang dirinya yang miskin dan hina
Ia tetap bertempat tinggal di pondok
Meskipun tiap hari ia mengurus harta benda
Yang berharga yang tak ternilai harganya
Ia tetap berpikir : "Harta ini bukan milikku." Pikiran anaknya terbaca oleh ayahandanya
Yang nampaknya kian lama kian berkembang
Sekarang ingin ia menyerahkan kekayaannya
Kepada anaknya yang sangat dicintainya
Orang tua itu mengumpulkan sanak keluarganya
Para pangeran dan para menteri, para kesatria
Juga dihadiri oleh banyak rakyatnya
Dalam pertemuan besar orang tua itu berkata :
"Ini adalah puteraku yang telah pergi
meninggalkan diriku 50 tahun lamanya
Sejak aku melihat puteraku telah kembali
Dua puluh tahun telah berselang
Yang telah dahulu menghilang di sebuah kota
Dalam pengembaraanku untuk mencarinya
Akhirnya aku tiba dikota ini
Sekarang semuanya sudah kumiliki
Harta kekayaan dan rakyat kuberikan
Dan anakku bebas menggunakannya sekehendaknya
Si anak yang malang ingat pada kemiskinannya
Sehingga ia kembali merasa rendah diri
Namun akhirnya ia merasa gembira
Memperoleh harta kekayaan yang demikian besarnya
Yang selam ini belum pernah diharap-harapkannya
Demikian p**a halnya dengan Sang Buddha
Yang mengetahui bahwa kita masih terikat
Dengan segala hal-hal yang hina dina
Sebelumnya Sang Buddha tidak berkata "
"Kalian akan menjadi putra Buddha." Tetapi Sang Buddha telah menyatakan
Bahwa kita telah mencapai kesucian dan kesempurnaan
Sebagai sravaka didalam Hinayana
Sang Buddha telah memerintahkan kepada kita
Mengkhotbahkan tentang Jalan Yang paling suci
Siapa melaksanakannya akan jadi pengikut Buddha
Demi Bodhisatva yang agung
Kita terima perintah Sang Buddha
Dengan berbagai alasan dan peribadatan
Dan dengan tidak begitu banyaknya pernyataan
Setelah mengkhotbahkan Jalan Yang Agung ini
Ketika putra-putra Buddha mendengar hukum ini
Siang dan malam merenungkannya dengan tekun
Dan dengan penuh semangat mengamalkannya
Kemudian Sang Buddha menyatakan kepada mereka
Bahwa mereka dalam generasi mendatang
Akan menjadi pengikut Sang Buddha
Hukum kepercayaan dari seluruh penganut Buddha
Hanya diuraikan kepada para Bodhisatva dengan penuh kenyataan
Bukan dijelaskan kepada kita
Kebenaran inilah yang telah dikhotbahkan
Persis seperti anak yang malang itu
Yang telah datang mendekati ayahandanya
Meskipun ia mengurus seluruh harta kekayaannya itu
Namun tiada keinginan untuk memilikinya
Demikian p**a halnya dengan kita ini
Meskipun kita mengetahui harta kekayaan
Yang berupa Hukum yang diberikan Sang Buddha
Namun tidak keinginan untuk memilikinya
Seperti halnya dengan si anak yang malang
Dengan jalan mengekang hawa nafsu
Kita merasa telah mencapai kepuasan
Masalah ini hendaknya kita selesaikan
Sehingga tiada sisa lagi untuk dikerjakan
Jika kita telah mendengar
Tentang pensucian tanah-tanah Buddha
Dan penyempurnaan mahluk-mahluk hidup
Kita tidak akan merasa bahagia
Mengapa ? Karena kita menyukai segala-galanya
Menyukai kehampaan, menyukai kelahiran
Tanpa kematian tiada yang besar
Tiada yang kecil tanpa salah dan cela
Merenungkan semuanya ini
Tiada terasa ada kebahagiaan
Meskipun hal inilah berjalan lama
Tiada merasa iri hati atau terikat
Terhadap kebijaksanaan Sang Buddha
Atau punya hasrat keinginan untukNya
Tetapi dengan memandang Hukum ini
Kita merasa telah mencapai kesempurnaan. Kita dalam waktu yang lama
Melaksanakan hukum kehampaan ini
Memperoleh kebebasan dari Tribuana
Menderita segala macam kesengsaraan
Tinggal di tubuh yang sempurna
Di Nirvana dimana bentuknya masih ada
Karena diperintah oleh Sang Buddha
Kita merenung dan tanpa ragu lagi
Mencapai jalan itu
Karena itu kita seharusnya
Membalas kasihNya Sang Buddha
Meskipun kita demi putra-putra Buddha
Telah berkhotbah tentang Hukum Bodhisatva
Bahwa mereka harus mencari jalan Buddha
Tetapi kita dalam hubungan dengan hukum ini
Tidak pernah punya hasrat dan keinginan
Dan Guru kita melihat, membiarkan kita sendiri
Karena Dia telah menyelami pikiran kita
Sehingga pada mulanya Ia tidak membakar
Semangat kita supaya berkobar-kobar
Dengan bersabda tentang pahala yang besar
Begitu p**a halnya dengan si orang tua
Yang menyadari sifat rendah diri anaknya
Dengan segala kebijaksanaannya
Ia membenarkan perasaan hati nuraninya
Untuk kemudian menyerahkan harta kekayaannya
Demikian p**a halnya dengan Sang Buddha
Dalam menunjukkan keanehan-keanehannya
Mengetahui mereka masih menyukai hal-hal hina
Dan dengan kebijaksanaannya
Menujukkan perasaan mereka
Ia memerintahkan mereka dengan kebijaksanaan
Dengan menyatakan bahwa hari ini kita memperoleh
Sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita miliki
Yang tidak pernah kita cari
Sekarang kita telah memperolehnya
Yang sebelumnya belum pernah kita duga
Seperti halnya si anak yang malang
Yang memperoleh harta kekayaan begitu banyaknya
O, Yang Maha Agung
Sekarang kita telah mendapatkan jalan
Bahkan kita telah menerima hasil pahala
Didalam Hukum yang Sempurna ini
Kita mendapatkan pandangan yang terang
Kita sudah begitu lama memelihara
Perintah suci dari Sang Buddha
Hari ini untuk pertama kalinya
Kita memperoleh buah dan pahalanya
Didalam hukum dari Raja Hukum Kesunyataan
Karena telah lama menjalankan perbuatan mulia
Sekarang kita telah mencapai kesempurnaan
Memetik buah hasil yang tiada bandingannya
Sekarang kita benar-benar sebagai pendengar
Yaitu ajaran-ajaran itu yang didengar mahluk-mahluk
Ajaran dari Jalan Sang Buddha
Kita sekarang benar-benar seorang Arahat
Yang ada diseluruh dunia yang oleh dewa-dewa
Orang-orang dan Brahma dianggap sebagai sesembahan agung
Sang Buddha dengan kasihNya yang agung
Dengan segala keanehannya mengasihi kita
Perintahnya telah menguntungkan kita
Lewat koti kalpa yang tak terhitung
Siapa yang akan mampu membalasnya
Bersujud dengan berlutut
Menyembah dengan menundukkan kepala
Atau memikulnya diatas pundaknya
Lewat kalpa bak pasir disungai Gangga
Atas pemujaannya dengan sepenuh hati
Atau dengan makanan yang lezat
Atau dengan pakaian yang mahal harganya
Dan segala bentuk dari balai-balai
Atau dengan berbagai macam hiburan
Dengan kepala lembu dari kayu cendana
Dan dengan segala macam permata
Membangun stupa dan sanggar pemujaan
Atau menilami bumi dengan kain indah
Dengan semuanya ini kita menghormatinya
Melalui kalpa ibarat pasir di Sungai Gangga
Masih tiada seorangpun dapat membalasnya
Buddha mempunyai kemujijadan yang gaib
Yang muncul bersama-sama demikian besarnya
Yang tiada batasnya, tak dapat disadari
Kekuasaannya yang sangat agung
Mereka sangat sempurna tiada cela
Sang Raja Hukum yang mampu memikirkan
Segala bentuk pikiran yang rendah
Bagi orang yang masih awam
Yang masih terikat dengan keduniawian
Harus menunggu dengan sabar
Dikhotbahkannya khotbah yang sesuai
Dengan kemampuan penganut Buddha
Untuk mencapai kekuasaan yang agung
Mengetahui seluruh mahluk hidup
Dengan beraneka ragam keinginannya
Kesenangan dan kekuasaannya
Ini sesuai dengan kemampuan mereka
Dengan mengambil banyak perumpamaan
Mereka mengkhotbahkan Hukum ini
Sesuai dengan kemampuan mahluk-mahluk hidup
Yang dahulu kala telah menanam
Akar dari perbuatan-perbuatan baik
Penganut-penganut Buddha mengetahui
Yang dewasa dan yang belum dewasa
Dan memeliharanya satu demi satu
Membedakannya dan memahaminya
Dalam satu Yana yang sesuai
Mereka berkhotbah tentang pohon itu. BAB V
PERBANDINGAN DENGAN TANAMAN
Pada saat itu Yang Maha Agung menyapa Sang Maha Kasyapa dan para pengikut agung lainnya : “Baik ! Baik ! Kasyapa, Engkau telah memaklumkan dengan baik tentang jasa-jasa yang nyata dari Sang Tathagata. Memang demikianlah adanya seperti apa yang telah engkau katakan. Lagi p**a Sang Tathagata mempunyai jasa-jasa yang maha besar, tak terbatas dan tak terhitung yang seandainya engkau membicarakannya selama berkoti-koti kalpa yang tak terbatas, maka tiada engkau akan bisa menyatakannya dengan sepenuh-penuhnya. Ketahuilah, Kasyapa ! Sang Tathagata itu ialah Raja dari Hukum Kesunyataan. Apapun juga yang Beliau nyatakan itu semuanya tiada yang salah. Beliau mengajarkan semua hukum-hukum kesunyataan itu dengan arif dan penuh kebijaksanaan. Hukum Kesunyataan yang Beliau khotbahkan semuanya menjurus ke tingkat pengetahuan agung. Sang Tathagata melihat dan mengetahui apa yang baik dari semua hukum-hukum itu dan mengetahui juga apa yang sedang dilakukan oleh para mahluk jauh dalam hati mereka; Beliau dapat mengetahuinya tanpa mengalami hambatan. Lebih-lebih lagi, Beliau memiliki pengertian yang mendalam tentang semua hukum kesunyataan dan Beliau mengajarkan kepada seluruh mahluk hidup tentang kebijaksanaan dari pengetahuan agung ( ilmu supaya menjadi Maha Mengetahui).
“Kasyapa ! Bayangkanlah, jika didalam jutaan dunia sedang tumbuh tanam-tanaman, pepohonan, semak-semak, hutan-hutan dan akar-akaran dari bermacam-macam jenis dengan nama dan warna yang berbeda-beda, diatas gunung-gunung, disepanjang sungai dan tebing-tebing, dilembah-lembah dan didaratan-daratan. Awan yang tebal tersebar luas dimana-mana dan melingkupi seluruh jutaan dunia dan mencurahkan hujannya secara merata dan serentak. Kebasahannya pada umumnya menyuburkan tanam-tanaman, pepohonan, semak-semak, hutan-hutan, dan akar-akaran dengan akar-akar mereka yang kecil, batang-batang yang kecil, ranting-ranting yang kecil dan daun-daun yang kecil. Akar-akar mereka yang berukuran sedang, batang-batang yang sedang, ranting-ranting yang sedang, daun-daun yang sedang, akar-akar mereka yang besar, batang-batang yang besar, ranting-ranting yang besar, daun-daun yang besar, setiap pohon-pohonan yang besar maupun yang kecil, menurut kapasitasnya yang tinggi, tengahan ataupun yang rendah, menerima bagiannya masing-masing. Dari hujan yang berasal dari satu awan, masing-masing menurut jenisnya sendiri yang memperoleh perkembangan alaminya, berkembang dan berbuah. Meskipun dihasilkan diatas sebidang tanah yang sama dan dibasahi dengan hujan yang sama p**a, tetapi tanam-tanaman ini semuanya berbeda.
“Ketahuilah, Kasyapa ! Sang Tathagata juga seperti hal ini; Beliau muncul di dunia seperti timbulnya awan tebal itu. Secara universil, Beliau memancarkan seruan agungnya ke seluruh dunia para dewa dan manusia serta asura, seperti halnya awan tebal tadi yang dimana-mana menutupi jutaan dunia. Didalam pesamuan agung Beliau mengatakan hal-hal ini : “Aku adalah Sang Tathagata, Yang Maha Mulia, Maha Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Bandingnya, Maha Pengatur, Guru dari Para Dewa dan Manusia, Sang Buddha Yang Maha Agung. Mereka yang belum selamat, Akulah yang menyelamatkan; mereka yang belum bebas dari belenggu, Akulah yang membebaskan; dan mereka yang belum terhibur, akan terhibur; serta mereka yang belum mencapai Nirvana, akan mencapai Nirvana. Aku tahu benar keadaan dunia sekarang ini dan dunia yang mendatang seperti keadaan senyatanya. Aku Maha Tahu, Maha Melihat, Maha Mengetahui Tentang Jalan, Pembuka Jalan itu, Pengkhotbah Jalan itu. Datanglah kepadaKu, kalian semua para dewa, manusia dan asura untuk mendengarkan Hukum Kesunyataan ini.” Pada saat itu beribu-ribu koti yang tak terhitung dari segala tingkatan mahluk mendatangi Sang Buddha untuk mendengar Hukum Kesunyataan itu. Kemudian Sang Tathagata yang mengetahui tentang kekuatan alami dari para mahluk ini, yang cerdas maupun yang bodoh, bersemangat atau tidak, maka sesuai dengan kemampuan mereka ini, Beliau mengkhotbahkan Hukum itu kepada mereka dengan cara yang bermacam-macam dan berbeda-beda, dan hal ini menyebabkan mereka sangat bergembira dan berbahagia karena memperoleh keuntungan yang besar itu. Seluruh mahluk-mahluk hidup itu, setelah mereka mendengarkan hukum ini semuanya merasa terhibur dalam hidupnya yang sekarang dan sesudahnya akan terlahir dalam keadaan gembira dalam kesunyataan dan dalam mendengarkan Hukum Kesunyataan. Sesudah mendengar tentang hukum kesunyataan itu, mereka terbebaskan dari segala halangan-halangan dan sesuai dengan kemampuan mereka dalam semua hukum-hukum itu maka lambat laun mereka memasuki Jalan Agung.
“Seperti halnya dengan awan yang tebal itu, yang menurunkan hujannya kepada segala tanaman, tumbuh-tumbuhan, semak-semak, hutan-hutan, akar-akaran dan sesuai kehendak alamiah, hujan itu dengan sempurna menyuburkan benih-benih sehingga masing-masing tumbuh dan berkembang. Mempunyai satu corak dan satu dasar yaitu kebebasan yang sempurna, kebebasan dari segala belenggu, kemusnahan dan akhirnya pencapaian tingkat Maha Mengetahui. Seandainya ada mahluk hidup yang mendengar tentang hukum dari Sang Tathagata kemudian memelihara, membaca, menghafalkan serta menjalankannya seperti apa yang telah dikhotbahkan oleh Beliau, maka hasil-hasil usaha mereka itu tidak akan dapat membawa mereka ke suatu pemahaman tentang hakekat-hakekat mereka sendiri. Karena betapapun juga hanyalah Sang Tathagata yang mengetahui dengan baik tentang benih, bentuk, pengejawantahan dan hakekat dari seluruh mahluk-mahluk hidup ini, hal apa yang sedang mereka bayangkan, hal-hal apa yang sedang mereka pikirkan, hal-hal apa yang sedang mereka lakukan, bagaimana mereka membayangkannya, bagaimana mereka memikirkannya, bagaimana mereka menjalankannya, dengan hukum apa mereka membayangkan, dengan hukum apa mereka memikirkan, dengan hukum apa mereka melaksanakan, dan dengan hukum apa mereka mencapainya. Hanyalah Sang Tathagata yang benar-benar mengerti dengan jelas dan tanpa rintangan tentang tingkatan-tingkatan dimana segala mahluk hidup itu sedang berada; seperti halnya dengan tanaman-tanaman tadi, pohon-pohonan, semak-semak, hutan-hutan, akar-akaran, dan orang lain tidak mengetahui sifat-sifat mereka sendiri yang luhur, sedang atau rendah. Sang Tathagata mengetahui kelompok hukum yang hakiki yaitu kebebasan yang sempurna, kebebasan dari segala ikatan, kemusnahan, nirvana akhir dari ketenangan abadi, tiada akan tumimbal lahir lagi di dunia fana ini. Sang Buddha yang mengetahui dan melihat watak dari semua mahluk-mahluk itu, maka Beliau membantu dan melindungi mereka. Karena alasan inilah maka Beliau tidak menerangkan dengan segera tentang Kebijaksanaan Agung Yang Sempurna. Kasyapa ! dan kalian semua ! alangkah anehnya jika kalian semua dapat memahami Hukum yang dikhotbahkan oleh Sang Tathagata yang Beliau rasa sesuai dan mampu mempercayai serta menerimanya. Karena Hukum yang dikhotbahkan oleh para Buddha yang Maha Agung yang mereka anggap sesuai dengan kenyataannya adalah sulit dipercaya dan s**ar dipahami.”
Pada saat itu Sang Buddha menyatakan ajaran ini kembali dalam syair:
Sang Raja Hukum Kesunyataan muncul di dunia
Menghancurkan segala bentuk perwujudan
Beliau mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Dengan cara yang berbeda-beda
Beliau adalah Sang Tathagata yang maha mulia
Yang mengatasi semua kebijaksanaan
Sudah sekian lama sudah beliau merahasiakan
Kebenaran yang mutlak dan yang hakiki ini
Tidak berusaha untuk menjelaskannya segera
Bila para bijaksana mendengarnya
Dapat menyakini dan menghayatinya
Maka keraguan dan ketidak percayaan
Akan segera lenyap sirna dari hatinya
Oleh karena itu O’Kasyapa
Sesuai dengan daya kekuatan
Aku akan berkhotbah kepada mereka
Dengan berbagai cara dan metode
Untuk membawa mereka kepandangan benar
Ketahuilah O’Kasyapa
Bagaikan awan tebal di atas bumi
Meliputi alam semesta ini
Awan yang berfaedah penuh dengan kelembutan
Cahaya kilat memancar terang menyilaukan
Suara guntur menggeletar di kejauhan
Membawa kegembiraan dan ketenangan
Sinar matahari diselubungi awan
Sehingga bumi menjadi sejuk dingin
Awan kian merendah dan merata
Seakan-akan dapat diambil dan dikumpulkan
Menurunkan hujan secara merata dimana-mana
Turun disegala belahan bumi mengalir
Dan menumpahkan airnya disemua kawasan
Menyuburkan seluruh bumi pertiwi
Tumbuhlah lalu diatas pegunungan
Disepanjang tepi sungai ditebing curam
Segala tanaman, pepohonan dan tetumbuhan
Pepohonan yang besar dan yang kecil
Pohon padi yang buahnya menguning keemasan
Tanaman tebu dan anggur tumbuh subur
Disebabkan karena curahan hujan
Yang memberikan hasil melimpah
Dari air hujan yang tercurah dari awan
Tetanaman, pepohonan, semak belukar dan hutan
Semuanya menerima kebasahan menurut kebutuhan
Demikian p**a seluruh pepohonan yang tinggi
Yang sedang maupun yang rendah menerima air
Sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
Semuanya menjadi tumbuh berkembang
Akar, batang, dahan dan daun tumbuh subur
Berbunga dan berbuah dalam warna gemilang
Ini semua berkat manfaat dari air hujan
Semuanya menjadi segar dan berkilauan
Seperti halnya dengan tubuhnya
Bentuknya dan sifat-sifatnya terbagi-bagi
Dalam bentuk yang besar dan yang kecil
Demikian p**a halnya dengan hujan
Yang menyuburkan padi meskipun satu dan sama
Namun membuat masing-masing berkembang
Sang Buddhapun dengan sikap serupa
Muncul di dunia ibarat awan bergumpal dilangit
Yang meliputi seluruhnya, tanpa kecualinya
Dan setelah Sang Buddha dating di dunia
Demi untuk kepentingan seluruh mahluk hidup
Mengumumkan dan memaklumkan kenyataan
Dari semua hokum kesunyataan yang ada
Sang Buddha Yang Maha Suci
Diantara para dewa dan manusia
Dan diantara seluruh mahluk lainnya
Memaklumkan Hukum ini dengan bersabda
“Aku Sang Tathagata yang maha mulia
Diantara para manusia dating kedunia ini
Bagaikan gumpalan awan yang tebal
Mencurahkan kesuburan kepada semuanya
Mahluk-mahluk yang mengalami kekeringan
Membebaskan mereka semua dari kesengsaraan
Untuk kemudian mencapai kebahagiaan dan kedamaian
Gembira didunia dan gemerlapan di Nirvana
Para dewa dan manusia dengan sepenuh hati
Semuanya mendengarkan Aku
Datanglah kalian kemari dan saksikanlah
Yang Maha Mulia yang tiada taranya
Akulah Yang Maha Agung yang tiada bandingannya
Untuk memberikan kedamaian pada seluruh mahluk
Aku dating didunia untuk mengkhotbahkan
Hukum Kesunyataan yang suci ini pada kalian
Yang bagaikan embun yang bening hening
Satu-satunya Hukum Kesunyataan yang menuntun kita
Untuk mencapai kebebasan Nirvana
Dengan suara yang tiada bandingannya
Aku umumkan hakekat dari Hukum
Kesunyataan ini
Dengan tiada henti-hentinya mengambil kendaraan besar
Sebagai pokok dari ajaran yang akan diberikan
Aku memandang seluruh mahluk hidup
Dimana-mana dengan mata yang sama
Tanpa membeda-bedakan seseorang
Tanpa menyayangi ataupun menbencinya
Karena aku tidak mempunyai kegemaran
Atau watak yang pilih kasih pada siapapun
Aku khotbahkan Hukum ini dengan adil
Begitu Aku berkhotbah untuk satu orang
Begitu Aku berkhotbah untuk banyak orang
Dengan terus continue Aku umumkan kemana-mana
Hukum Kesunyataan ini tanpa dipengaruhi
Oleh perasaan apapun yang tersirat dihatiku
Waktu pergi dan datang, duduk dan berdiri
Aku tidak pernah merasa letih dan lelah
Ibarat curahan hujan mengenangi bumi
Yang telah menyuburkan jagat raya ini
Mereka yang berwatak agung
Adalah sebagai Pemelihara Hukum Kesunyataan ini
Dan mereka yang berwatak buruk
Sebagai Perusak Hukum Kesunyataan ini
Demikian p**a kepada yang cerdas dan yang bodoh
Dengan perasaan yang sama Aku mencurahkan
Hujan Hukum Kesunyataan ini tanpa merasa lelah
Seluruh mahluk-mahluk hidup
Setelah mendengar Hukum KesunyataanKu
Sesuai dengan daya pikiran mereka
Menemukan kembali kediamannya dibeberapa tempat
Sebagai hidup merana diantara para dewa
Atau diantara manusia atau para raja-raja
Pemutar Roda Dharma atau Sakra, para Brahma
Dan para raja-raja yang lainnya
Semuanya ibarat pohon obat-obatan kecil
Mereka semua memahami hokum yang sempurna ini
Yang dapat mengantarkannya sampai Nirvana
Yang dapat mengolah dan membina kemampuannya
Yang tidak dapat dilukiskan
Memperoleh tiga pandangan kesunyataan
Mereka yang tinggal dihutan sendirian
Yang selalu tekun melaksanakan Samadhi
Dan memperoleh tingkat Pratyeka Buddha
Semuanya ini ibarat seperti tanaman obat
Yang bentuknya lebih besar
Mereka yang mencari Kesempurnaan Buddha
Dengan ketetapan hati bertekad;
“Kita akan menjadi Buddha”
Mereka yang melaksanakan kegiatan dan meditasi
Diibaratkan sebagai tanaman obat yang terbesar
Mereka ini adalah putra-putra Buddha
Yang dengan tulus berjalan di jalan Sang Buddha
Senantiasa menjalankan kasih sayang
Meyakinkan diri bahwa mereka akan menjadi Buddha
Dengan pasti dan yakin tanpa ragu-ragu
Semuanya ini diibarat sebagai semak-semak
Mereka yang dengan teguh berdiam didalam kemampunannya
Yang sama sekali tidak dapat digambarkan
Yang Memutar Roda Dharma yang selalu maju
Yang menyelamatkan beratus ribu koti
Mahluk yang tiada terbatas banyaknya
Bodhisatva semacam ini diibaratkan pepohonan
Khotbah Sang Buddha yang merata tersebar
Diibaratkan sebagai hujan namun para mahluk
Sesuai dengan kemampuannya dan alaminya
Menerimanya secara berbeda-beda
Seperti halnya tetanaman dan pepohonan
Masing-masing menerimanya berbeda-beda
Sang Buddha dalam perumpamaan ini
Dengan bijaksana mengajarkannya
Dengan berbagai macam pernyataan
Memaklumkan Hukum Kesunyataan itu
Tetap dari kebijaksanaan Sang Buddha
Bagaikan satu titik didalam samudra
Aku curahkan hujan Hukum Kesunyataan
Yang mengisi seluruh alam semesta
Satu hokum yang hakiki dan mutlak
Hendaknya dilaksanakan sesuai kemampuan
Seperti halnya dengan semak-semak
Hutan-hutan, tumbuhan obat dan pepohonan
Menurut ukuran mereka masing-masing
Berkembang dengan suburnya
Hukum dari para Buddha senantiasa Esa Hakiki
Menyebabkan seluruh dunia mendapatkan
Kesejahteraan yang sempurna yang lambat laun
Berkat pengetahuannya
Seluruhnya nanti akan mencapai Jalan Kebahagiaan
Para Sravaka dan Pratyeka Buddha
Yang berdiam di hutan belantara
Semuanya dalam penitisan terakhir
Karena mendengar Hukum Kesunyataan ini
Akhirnya mereka mencapai kebahagiaan
Semuanya ini diibaratkan sebagai tetumbuhan obat
Yang masing-masing mengalami pertumbuhan
Seperti halnya dengan para Bodhisatva Yang Bijaksana
Telah dapat menembus Tribuana
Mencari kendaraan yang maha agung
Yang semuanya ini diibaratkan sebagai semak-semak
Yang pertumbuhannya semakin baik dan subur
Mereka yang menjalankan meditasi
Memperoleh kekuatan yang tak terbayangkan
Mereka yang mendengarkan ajaran tentang kehampaan
Sangat bergembira didalam hati mereka
Memancarkan cahaya-cahaya yang tak terbatas
Menyelamatkan seluruh mahluk hidup
Semuanya ini diibaratkan sebagai pepohonan
Yang pertumbuhannya semakin meningkat
Seperti inilah O’Kasyapa
Hukum yang telah dikhotbahkan Sang Buddha
Ibarat gumpalan awan tebal yang mencurahkan
Hujan yang mempunyai jenis yang sama
Memperkaya manusia dan bunga-bungaan
Sehingga masing-masing berbuah
Ketahuilah O’Kasyapa
Dengan berbagai kiasan dan perumpamaan
Aku ajarkan Jalan Sang Buddha
Inilah caraku yang penuh kebijaksanaan
Para Buddhapun pada berbuat sama
Seperti apa yang telah kukatakan pada kalian
Adalah kebenaran yang sangat sempurna
Seluruh Sravaka belum mencapai Nirvana
Jalan yang Engkau lalui Jalan Bodhisatva
Dengan mempelajarinya dengan terus-menerus
Dan mengamalkannya dengan tekun
Kalian semua akan menjadi Buddha. BAB VI
RAMALAN TENTANG YANG AKAN TERJADI
Pada saat itu Sang Buddha setelah mengucapkan syair ini, kemudian menyapa seluruh peserta pesamuan agung itu sambil bersabda demikian : “PengikutKu, Sang Maha Kasyapa ini, didalam dunia yang mendatang nanti, akan melayani 300 ribu koti para Buddha yang agung, mengabdi, memuja, memuliakan dan memuji mereka serta secara panjang lebar memaklumkan Hukum Kesunyataan yang agung dan tak terbatas dari para Buddha. Dalam penitisannya yang terakhir, Ia akan menjadi seorang Buddha yang bernama Rasmiprabhasa, Maha Mulia, Maha Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Bandingnya, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha Yang Maha Agung, yang kawasannya disebut Kebajikan Yang Gemerlap dan kalpanya disebut Maha Indah. Masa hidupnya Sang Buddha itu akan berjumlah 12 kalpa kecil, Hukumnya yang benar akan bergema di dunia selama 20 kalpa kecil, dan Hukum yang palsu akan tinggal p**a selama 20 kalpa kecil. Kawasannya akan menjadi indah, tiada kotoran, duri-duri dan noda-noda yang kotor; tanahnya akan rata dan lurus, tanpa ada tempat-tempat yang tidak rata, dan tidak ada p**a tempat-tempat yang berlobang-lobang maupun bergunduk-gunduk, tanahnya dari lapiz lazuli berderetkan pohon-pohonan intan, tali-tali emas membatasi jalanan-jalanan, ditaburi dengan bunga-bunga indah dan kesucian menggetar dimana-mana. Didalam kawasan itu para Bodhisatva hidup langgeng selama beribu-ribu koti yang tak terbatas, dengan para Sravaka yang tak terhitung. Perbuatan-perbuatan Mara tidak akan terjadi disana dan meskipun terdapat para Mara dan orang-orangnya Mara, namun mereka semua akan melindungi Hukum Sang Buddha.”
Pada saat itu Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, kemudian bersabdalah Beliau dengan syair :
Ketahuilah O’ para bhiksu
Bahwa dengan mata BuddhaKu
Kulihat Sang Kasyapa ini
Dalam dunia yang mendatang
Sesudah berkalpa-kalpa lamanya
Akan menjadi seorang Buddha
Disitu dalam dunia yang mendatang
Dia akan mengabdi dan melayani
300 ribu para Buddha yang agung
Demi kebijaksanaanNya Sang Buddha
Dia akan melaksanakan dharmanya
Seorang Brahma dengan hati tulus
Mengabdi kepada yang maha tinggi
Dan yang maha mulia dari umat manusia
Melaksanakan kebijaksanaan tertinggi
Dalam penitisan yang terakhir
Dan kemudian akan menjadi Buddha
Negerinya akan menjadi suci
Tanahnya berlapiskan lazuli
Pepohonan permata berjajar
Di sepanjang jalan negeri itu
Pita-pita emas membatasi jalanan
Menyenangkan hati yang melihatnya
Bebauan harum semerbak wangi
Bunga-bunga yang jarang ada
Bertumbuh dimana-mana
Dengan tiap jenisnya nampak aneh
Menambah keindahan dan semarak alam
Tanah akan menjadi rata
Tiada satu gundukan dan lubang
Para Bodhisatva yang begitu banyak
Yang jumlahnya tidak dapat dinilai
Dengan kehalusan perasaan mereka
Akan mencapai kekuatan agung
Yang tidak dapat dibayangkan
Para Bodhisatva dengan sujud
Memelihara Sutra-sutra Kendaraan Besar
Yang telah diberikan oleh Sang Buddha
Para Sravaka yang tak terhitung banyaknya
Dari penitisannya yang paling akhir
Yang sungguh tidak ada noda dan celanya
Putra-putra dari Sang Raja Hukum
Akan berjumlah yang tiada terbatas banyaknya
Bahkan mata dari para dewa
Tiada dapat mengetahui bilangannya
Masa hidupnya para Buddha itu
Akan menjadi 12 kalpa kecil
HukumNya yang benar akan bergema
Berkumandang di dalam alam semesta
Selama 20 kalpa kecil lamanya
Demikian p**a hukum yang palsu
Akan bertahan 20 kalpa kecil p**a
Demikianlah kisahNya Sang Buddha
Yang bercahaya terang kemilauan
Kemudian Sang Maha Maudgalyayana, Subhuti, Maha Katyayana dan yang lain-lainnya, dengan hati gemetar semuanya mengatupkan tangan mereka dan memandang wajah Sang Buddha serta tidak sekejap pun mereka memandang kebawah dan dengan serentak berkata dalam syair :
O’Pahlawan Besar Yang Maha Agung
Raja Hukum Kesunyataan dari Sakya
Sayangi dan kasihanilah kami semua
Berikanlah kami wejangan O’ Sang Buddha
Seandainya Engkau mengetahui
Apa yang tersirat didalam hati kami
Maka Kau akan memberitahukan pada kami
Tentang kejadian-kejadian yang akan datang
Wejangan Yang Maha Agung
Akan merupakan embun yang indah
Yang akan merubah panas menjadi dingin
Seperti halnya orang dari daerah paceklik
Yang sekonyong-konyong mendapatkan undangan
Untuk menghadiri suatu jamuan besar
Namun dalam hatinya masih ada keragu-raguan
Rasa takut menyebabkan tidak berani makan
Tetapi setelah diperintah oleh Baginda Raja
Barulah ia dengan berani menyantap makanan itu
Seperti itulah halnya kami
Sementara kami sedang menimbang
Kekeliruan dari Hinayana
Kami belum mengatahui bagaimana caranya
Untuk mendapatkan Kebijaksanaan Agung
Dari Sang Buddha yang Maha Bijaksana
Meskipun kami mendengar ajaran Sang Buddha
Yang menyatakan kami akan menjadi Buddha
Namun hati kami masih juga takut dan cemas
Seperti mereka yang tidak berani makan
Tetapi jika kami menerima sabda Sang Buddha
Barulah kami merasa bahagia dan tenang
Pahlawan Besar Yang Maha Agung
Engkau benar-benar mempunyai tekad selalu
Untuk menenteramkan dunia dan semesta ini
Berkenanlah Yang Agung memberikan wejangan
Seperti menawari orang lapar untuk berpesta
Kemudian Sang Buddha yang mengetahui pikiran-pikiran didalam hati para pengikut-pengikut lama itu, kemudian menyapa seluruh para bhiksu : “Sang Subhuti ini, dalam dunia yang mendatang akan melayani 300 ribu koti nayuta dari para Buddha, mengabdi, memuja, memuliakan dan memuji mereka, menjalankan kehid**an brahma dan menyempurnakan jalan kebodhisatvaan. Dalam penitisannya yang terakhir, ia akan menjadi seorang Buddha yang bergelar Sang Tathagata Sasiketu, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha Yang Maha Agung, yang kalpanya disebut Memiliki Permata, dan kawasannya disebut Penghasil Permata. Negerinya akan rata dan lurus dengan tanah dari kristal, terhiasi dengan pepohonan permata, tanpa ada gundukan dan lubang-lubang, batu-batu kerikil, duri-duri dan noda-noda yang kotor, bumi terselimuti bunga-bunga berharga dan kesucian memerintah dimana-mana. Orang-orang di negeri itu akan tinggal pada teras-teras yang bertahta manikam dan diistana yang megah. Para pengikut Sravaka akan menjadi tak terhingga dan tak terbilang yang semuanya ini tidak akan dapat diutarakan dalam angka maupun perumpamaan dan kelompok Bodhisatva akan menjadi beribu-ribu koti nayuta yang tak terhitung. Masa hidup dari Buddha itu akan menjadi 12 kalpa kecil, hukumnya yang benar akan tinggal dalam dunia selama 20 kalpa kecil dan hukum yang palsu akan tinggal juga selama 20 kalpa kecil. Buddha itu akan tinggal di Kasuargan dan mengkhotbahkan Hukum kepada para mahluk hidup serta menyelamatkan Bodhisatva-bodhisatva dan para Sravaka yang tak terhitung.”
Pada saat itu Sang Buddha yang ingin mengutarakan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam syair :
Wahai perhimpunan par bhiksu semua
Ada suatu yang hendak kusampaikan
Kepada kalian dan dengarkan dengan tekun
Renungkanlah apa yang akan kukatakan
PengikutKu yang lama Sang Subhuti
Ia akan menjadi seorang Buddha
Yang bergelar Sasiketu
Ia akan mengabdi kepada para Buddha
Yang ribuan koti jumlahnya
Ia akan mengikuti jejak para Buddha
Yang menjadi sempurna di Jalan Agung
Dalam penitisannya yang terakhir
Dia akan mendapatkan 32 tanda-tanda
Tegak dan indah ibarat gunung permata
Kawasan para Buddha akan menjadi indah
Dalam kemegahan dan keagungannya
Menyenangkan hati orang melihatnya
Sang Buddha ditengah-tengahNya
Akan menyelamatkan banyak mahluk
Dengan Hukum Kebuddhaan dari Beliau
Banyak orang akan menjadi Bodhisatva
Yang mempunyai kemampuan yang besar
Yang memutar roda dharma tak pernah surut
Kawasannya selalu terhias para Bodhisatva
Kelompok Sravaka yang jumlahnya tak terhitung
Yang semuanya telah menyelami hakekat Trikaya
Memuja penyempurnaan dari Sadparamna
Selalu berjalan diatas Hasta Arya Marga
Selalu penuh dengan perasaan hikmat dan sadhu
Ketika Sang Buddha membabarkan Hukum Kesunyataan
Dirinya berubah menjelma menjadi suatu yang gaib
Yang tidak dapat dipikirkan dengan daya piker
Dari para dewa dan manusia
Yang tersebar luas bagaikan pasir di sungai Gangga
Semuanya dengan tangan terkatub
Mendengarkan sabda Sang Buddha dengan tekun
Yang akan hidup selama 12 kalpa kecil
HukumNya yang benar akan bergema di dunia
Selama 20 kalpa kecil lamanya
Dan hukum yang palsu akan bertahan p**a
Selama 20 kalpa kecil lamanya
Pada saat itu Sang Buddha menyapa lagi seluruh persidangan para bhiksu dengan bersabda : “Sekarang Aku umumkan kepada kalian semua bahwa Sang Maha Katyayana ini, di dunia yang mendatang nanti, akan memuliakan dan mengabdi 8 ribu koti para Buddha dengan bermacam-macam persembahan, pemujaan dan penghormatan kepada mereka. Sesudah para Buddha itu moksah maka mereka itu, akan mendirikan stupa-stupa setinggi seribu yojana dengan panjang dan lebar yang sama yaitu 500 yojana. Stupa-stupa itu tersusun dari tujuh benda-benda berharga, emas, perak, lapiz lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia, mutiara dan cornelian, serta ia akan menyajikan stupa-stupa itu dengan karangan-karangan bunga, wangi-wangian, bubuk cendana, d**a, tirai sutra, bendera dan panji-panji. Sesudah ini, dia dengan cara yang serupa p**a akan mengabdi pada 2 ribu kotis para Buddha; dan sesudah melayani para Buddha itu maka ia akan menyempurnakan Jalan Bodhisatva dan menjadi seorang Buddha dengan gelar Jambunada Prabhasa Tathagata, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Bandingan, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha Yang Maha Agung. Negerinya akan datar dan lurus, dengan kristal untuk lantainya, terhias dengan pepohonan permata bersama dengan pita-pita emas untuk membatasi jalanan-jalanan, tanahnya diselimuti dengan bunga-bunga indah, dan kesucianpun meresap dimana-mana sehingga orang-orang yang melihat menjadi senang. Keempat keadaan jahat tidak akan ada disana yaitu neraka, jiwa-jiwa yang lapar, binatang dan para asura, tetapi dewa-dewa dan manusia akan menjadi banyak dan ribuan koti para Sravaka dan Bodhisatva yang tak terbatas akan menghias kawasannya. Masa hidupnya Buddha itu ialah 12 kalpa kecil, hukum-hukumnya yang benar akan tinggal di dunia selama 20 kalpa kecil dan hukum yang palsu akan tinggal juga selama 20 kalpa kecil.”
Pada waktu itu Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali maka bersabdalah Beliau dalam syair :
Kalian semua kelompok para bhiksu ! Dengarkanlah Aku dengan penuh perhatian ! Kata-kata yang Aku ucapkan
Adalah benar dan sempurna
Sang Katyayana ini
Akan, dengan bermacam-macam
Persembahan yang baik sekali,
Menghormat para Buddha
Sesudah para Buddha itu musnah
Ia akan mendirikan stupa-stupa dari 7 benda berharga
Dan juga, dengan berbungaan dan wewangian
Menghormati peninggalan-peninggalan mereka
Dalam penitisannya yang terakhir
Ia akan memperoleh kebijaksanaan Sang Buddha
Dan mencapai Penerangan Agung
Tanahnya yang menjadi suci
Dan ia akan menyelamatkan
Beribu-ribu koti mahluk yang tak terbilang
Akan dipuja oleh semuanya
Di setiap penjuru
Keharuman Buddhanya
Tiada seorangpun dapat melampaui
Dan gelar Buddhanya adalah
Jambunada Prabhasa
Para Bodhisatva dan para Sravaka
Bebas dari ikatan perwujudan
Tiada terbilang dan tiada dapat terhitung
Akan menghiasi kawasannya.”
Kemudian Sang Buddha menyapa lagi persidangan agung itu sambil berkata : “Sekarang Aku permaklumkan kepada kalian bahwa Sang Maha Maudgalyayana ini, dengan bermacam-macam persembahan akan mengabdi 8 ribu para Buddha, memuja dan memuliakan mereka. Sesudah para Buddha itu mencapai Nirvana, maka mereka masing-masing akan mendirikan stupa-stupa setinggi seribu yojana, dengan panjang dan lebar yang sama yaitu 500 yojana. Stupa-stupa itu tersusun dari 7 benda berharga, emas, perak, lapiz lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia, mutiara dan cornelian dan ia akan menyajikan mereka karangan-karangan bunga, wewangian, bedak cendana, asap d**a, tirai sutera, bendera dan panji-panji. Sesudah ini, dia dengan cara yang serupa akan mengabdi 200 kotis para Buddha; dan kemudia ia akan menjadi seorang Buddha yang bergelar Sang Tathagata Tamalapattra Candanaghanda, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Bandinganya, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Kalpanya akan disebut Penuh Kegembiraan, dan kawasannya akan dinamakan Kegembiraan Batin. Tanahnya akan datar dan lurus dengan kristal sebagai lantainya, terhiasi pepohonan permata serta tertaburi bunga-bunga indah dan kesucian pun memerintah dimana-mana sehingga orang-orang yang melihat menjadi gembira. Disana terdapat para dewa dan manusia serta para Bodhisatva dan Sravaka yang jumlahnya sangat tak terhitung. Masa hidup dari Buddha itu ialah selama 24 kalpa kecil dan hukumnya yang benar akan tinggal di dunia selama 40 kalpa kecil serta hukum yang palsu pun akan tinggal selama 40 kalpa kecil. Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dengan syair :
PengikutKu ini
Sang Maha Maudgalyayana
Sesudah membuang tubuh ini
Akan melihat 8 ribu
200 ribuan koti
Dari para Buddha yang maha agung
Dan, demi jalan keBuddhaan,
Akan mengabdi dan memuja mereka
Diantara para Buddha
Selalu menjalankan hidup Brahma
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung
Dia akan memelihara Hukum Sang Buddha
Sesudah para Buddha ini moksha
Dia akan mendirikan stupa-stupa dari 7 benda berharga
Memperlihatkan menara emasnya di kejauhan
Dan dengan bebungaan, wewangian serta irama dendang
Menghormat pada stupa-stupa dari para Buddha
Sesudah mencapai sedikit demi sedikit
Jalan KeBodhisatvaan
Didalam kawasan Kegembiraan Batin
Dia akan menjadi seorang Buddha
Bergelar Sang Tamalapattra
Berkeharuman cendana
Masa hidup Buddha itu
Akan menjadi 24 kalpa
Tiada henti-hentinya kepada para dewa dan manusia
Dia akan mengkhotbahkan Jalan KeBuddhaan
Para Sravakanya akan menjadi tak terhitung
Seperti pasir-pasir sungai Gangga
Sesudah mencapai 3 Kesunyataan
6 Kemampuan yang tak terbayangkan
Dan daya gaib yang dalam
Para Bodhisatva akan menjadi tak terbilang lagi
Teguh kemauannya dan bersemangat
Dalam kebijaksanaan Sang Buddha
Yang tidak pernah melakukan perbuatan tercela
Sesudah Buddha ini moksha
Hukumnya yang benar akan tinggal
Selama 40 kalpa kecil
Dan selama itu p**a hukum yang palsu juga tinggal
Kalian semua, para pengikutKu,
Yang memiliki kekuatan yang sempurna
Sebanyak lima ratus
Semuanya akan menerima penetapannya
Untuk menjadi Buddha
Didunia yang mendatang
Dari perkembanganKu dan kalian semua
Dalam dunia-dunia yang silam
Sekarang akan Aku tegaskan
Kalian dengarkanlah dengan baik ! bab7-9
BAB VII
RASA TAAT DAN BHAKTI
DI JAMAN DAHULU
Sang Buddha menyapa para bhiksu dan bersabda : “Dahulu kala, pada asam khyeya kalpa yang tak terhitung, tak terbatas dan tak dapat dipastikan, adalah seorang Buddha yang bernama Tathagata Yang Maha Bijak, Mulia, Arif, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Maha Agung, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha Yang Maha Agung, yang daerahnya disebut Mahabignagnanabhibhu dan kalpanya disebut Maha Rupa. Para bhiksu sekalian ! masa yang panjang berlalulah sudah, sejak Sang Buddha moksha. Seandainya saja unsure-unsur bumi dalam sejuta dunia dihancurkan oleh seseorang menjadi tinta dan kemudian ia harus melewatinya melalui seribu negeri dan meneteskannya setitik sebesar butiran debu, dan dengan melalui seribu negeri yang lain p**a, ia meneteskannya setitik lagi. Begitu seterusnya sampai tinta yang terbuat dari unsure-unsur bumi itu habis. Kemudian bagaimanakah pendapat anda sekalian ? mungkinkah bagi para ahli matematika atau pengikut-pengikutnya mencari ujung dari seluruh negeri-negeri ini atau memberikan suatu batasan sehingga dapat mengetahui jumlahnya ?”
“Tidak mungkin, Yang Maha Agung !” para bhiksu sekalian ! bayangkanlah jika negeri-negeri yang telah dilewati oleh orang itu, baik yang sudah ditetesi tinta maupun yang belum itu seluruhnya dihancurkan menjadi debu dan kemudian membiarkan debu itu menjadi satu kalpa, maka masa sejak Sang Buddha itu moksha sampai sekarang masih melebihi jumlah-jumlah tadi dengan ratusan ribu koti dari asam khyeya kalpa yang tak terhitung bilangannya dan tak terbatas banyaknya. Dengan kekuasaan Kebijaksanaan Tathagata, Aku mengetahui bahwa jangka waktu itu seolah-olah hanyalah hari ini.”
Pada saat itu Sang Buddha yang ingin menerangkan ajaran ini kembali, dengan syair :
Aku ingat dalam dunia yang telah silam
Berkalpa-kalpa yang tak terbatas yang telah lalu
Seorang Buddha, manusia yang maha agung
Bernama Yang Maha Bijaksana
Seandainya seseorang dengan kekuasaannya
Menghancurkan sejuta dunia
Beserta seluruh unsure-unsurnya
Menjadi tinta seluruhnya
Dan dengan melewati seribu negeri
Kemudian ia meneteskannya setitik
Dan melanjutkannya dengan cara yang serupa
Ia meneteskan seluruh tinta yang dibutirkan ini
Andaikan seluruh negeri-negeri itu seperti ini
Yang sudah ditetesi tinta maupun yang belum
Dihancurkan p**a menjadi debu
Dan setiap butirnya menjadi satu kalpa
Jumlah butiran-butiran itu
Terlampaui oleh kalpanya
Sejak Buddha itu moksha
Seperti itulah kalpa-kalpa yang tak terhitung itu
Aku, Sang Tathagata, dengan kebijaksanaan yang tak terintangi
Mengetahui kemokshaan Buddha itu
Dan para Sravaka serta para Bodhisatvanya
Seakan-akan hal itu sedang terjadi sekarang
Ketahuilah para bhiksu ! Kebijaksanaan Sang Buddha adalah suci dan sejati
Tiada cela dan tak terintangi
Menembusi kalpa-kalpa yang tak terhingga jumlahnya
Kemudian Sang Buddha memandang para bhiksu dan bersabda : “Masa hidupnya Sang Buddha Mahabhignagnanabhibhu ialah 540 ribu kotis nayuta kalpa. Pada mulanya ketika Buddha itu duduk diatas tahta kebijaksanaan telah menghancurkan tentara mara dan meskipun ia sedang mencapai Penerangan Agung, hukum-hukum Sang Buddha belum diturunkan kepadanya. Jadi selama satu kalpa kecil sampai sepuluh kalpa kecil, ia duduk bersila dengan jasmani dan rokhani tiada bergerak akan tetapi hukum-hukum Sang Buddha belum juga diwahyukan kepadanya. Kemudian para dewa dari surga Kaindera membentangkan singgasana singa bagi Buddha itu setinggi satu yojana dibawah pohon bodhi sehingga Buddha yang duduk diatas singgasana ini akan dapat mencapai Penerangan Agung. Tidak lama sesudah Beliau duduk diatas singgasana itu, para raja surga Kabrahman menaburkan bunga-bunga diatas suatu tempat dari ratusan yohana tingginya. Angin lembut yang harum, sayup sampai menghembus bunga-bunga yang layu dan meniup bunga-bunga yang segar. Begitu terus tak putus-putus selama 10 kalpa kecil penuh mereka memuliakan Buddha itu, dan bahkan sampai kesirnaannya mereka masih terus menaburkan bunga-bunga itu, sedangkan para dewa yang termasuk 4 raja surga tiada henti-hentinya p**a menabuh gendering kedewaan untuk menghormat Buddha itu dan dewa-dewa yang lain juga memainkan irama dendang surga selama sepuluh kalpa kecil penuh dan terus berlangsung sampai mokshanya Buddha itu.”
“Para bhiksu sekalian ! sesudah sepuluh kalpa kecil berlalu, Sang Mahabhignagnanabhibhu memperoleh hukum-hukum kebuddhaan dan Penerangan Agungpun diturunkan kepadanya. Sebelum Buddha itu meninggalkan kediamannya, beliau mempunyai 16 putera yang tertua bernama Gnanakara. Masing-masing puteranya mempunyai bermacam-macam hiburan yang bernilai, tetapi ketika mendengar bahwa sang ayah telah mempeorleh Penerangan Agung, maka mereka semua membuang jauh-jauh segala jenis benda yang mereka hargai itu dan kemudian pergi untuk memuliakan Sang Buddha, sementara ibunya yang sedang menangis mengantarkan mereka. Kakek mereka, Raja Kakrairmn, bersama dengan 100 menterinya dan 100 ribu kotis rakyatnya, semuanya mengelilingi dan mengikuti mereka ke teras Penerangan serta ingin mendekat pada Sang Tathagata Yang Maha Bijak untuk mengabdi, memuja, memuliakan dan mengagungkannya. Sesudah mereka tiba, mereka bersujud dengan kepala mereka didepan kakinya dan sesudah berpawai mengelilinginya, mereka memandang Sang Buddha sambil merangkapkan / mengatupkan tangan dan memujinya dengan syair :
“Yang Dihormat Dunia,
Menyelamatkan seluruh mahluk hidup
Sesudah berkotis-kotis tahun yang tak terhitung
Sekarang engkau telah menjadi seorang Buddha
Dan sempurnalah sudah ikrar-ikrarmu
Baik benar pahala kita yang tak terhingga
Karena begitu jarangnya Sang Buddha muncul
Pada satu tempat duduk 10 kalpa kecil telah berlalu
Tubuh dan anggota badanmu
Tenang, penuh damai serta diam
Dan dengan jiwa yang selalu hening
Tiada pernah tergoda
Engkau telah menyempurnakan Nirvana yang kekal
Dan dengan tenang tinggal dalam hukum yang paripurna
Sekarang, dengan memandang Yang Maha Agung
Yang dengan tenang telah mencapai Jalan Buddha
Kita telah memperoleh pahala yang baik
Dan mengucapkan selama pada diri kita sendiri
Dengan kegembiraan besar
Semua umat pernah menderita
Buta dan tanpa pimpinan
Tidak menyadari cara menindas derita
Tidak juga cara mencari kebebasan
Lewat malam yang panjang jalan kemurkaan telah meningkat
Mengurangi penghuni surga
Dunia telah berlalu dari kegelapan ke kegelapan
Tanpa pernah sekalipun mendengar nama Buddha
Sekarang Buddha telah mencapai Keagungan
Kedamaian, hukum yang tiada cela
Dan kita semua begitu juga dewa dan manusia
Mendapat keuntungan yang maha besar
Oleh karenanya kita semua memasrahkan diri
Dan mempersembahkan hidup kita pada Yang Maha Agung.”
Kemudian keenam belas putera-putera agung ini setelah mereka memuji Sang Buddha dalam syair, kemudian memohon Sang Buddha untuk memutar roda dharma sambil berkata: “Yang Maha Agung ! Ajarkanlah hukum itu, dan berkahilah kami, sayangilah dan rahmatilah dewa-dewa serta manusia !” Dengan mengulanginya dengan syair mereka berkata :
“Pahlawan Dunia ! Tiada Bandingannya ! Diperindah dengan seratus tanda-tanda mulia
Yang telah mencapai kebijaksanaan yang agung
Untuk keselamatan kita
Dan seluruh lapisan mahluk
Memperbedakan dan mengajarkannya
Sehingga kita dapat memperoleh kebijaksanaan ini ! Jika kita telah mencapai dunia Buddha
Seluruh umat lainpun juga akan mencapainya
Yang Maha Agung ! Engkau Maha Tahu tentang kehid**an
Yang terkandung dalam batin mereka yang paling dalam
Jalan yang mereka lampaui
Kemampuan mereka tentang kebijaksanaan
Kesenangan dan amal baik mereka yang telah lalu
Karma timbul dari kehid**an mereka yang silam
Yang Maha Agung ! Engkau Maha Tahu tentang semua ini
Berdoalah sepanjang putaran roda yang maha besar .”
Kemudian Sang Buddha bersabda pada para bhiksu : “Jika Sang Buddha Mahabhignagnanabhibhu, Yang Maha Bijak mencapai Penerangan Agung, maka ke 500 ribu koti dunia Buddha disegala penjuru, masing-masing akan tergoncang dengan cara yang berbeda-beda; bahkan tempat-tempat yang gelap diantara batas-batas itu dimana cahaya gemerlapnya matahari dan rembulan tidak dapat bersinar benderang, maka semuanya akan bermandi cahaya cemerlang. Mahluk-mahluk yang berada ditengah-tengahnya semuanya akan dapat melihat satu sama lainnya dan serempak mereka berseru : “Dari manakah seluruh mahluk-mahluk hidup yang tiba-tiba datang ini ?”
Lagi p**a istana-istana para dewa di kawasan-kawasan itu, bahkan istana Sang Brahma pun tergoncang dalam enam jurusan yang berbeda dan cahaya yang benderang memancar disegala penjuru mengisi semua dunia melebihi terangnya sinar surga. Kemudian diarah timur, istana-istana surga Kebrahman dari 500 ribu koti daerah wewenang seluruhnya tertempa gemerlapnya cahaya yang dua kali lipat dari kecemerlangannya yang biasa. Dan masing-masing raja dari Surga Kebrahman itu berpikir :”Karena apakah tanda-tanda ini muncul, sehingga istana-istana kita sekarang ini terterangi tidak seperti dulu !”
Kemudian para raja surga Kebrahman itu saling mengunjungi untuk membicarakan masalah ini. Sementara itu diantara mereka yang berkumpul, terdapat seorang raja surga Kebrahman yang agung bernama : Juru Selamat untuk semua yang menyapa para Brahma dengan syair :
“Didalam seluruh istana kita semua
Belum pernah ada sinar seperti ini
Apakah kiranya yang menyebabkan ? Marilah kita bersama-sama menyelidikinya
Apakah seorang dewa yang arif dilahirkan ? Apakah seorang Buddha muncul di dunia ? Sehingga sinar yang benderang ini
Dimanapun menerangi semesta ?”
Kemudian para raja surga Kebrahman dari 500 ribu koti daerah wewenangnya dengan seluruh kereta mereka yang masing-masing membawa rumpun bunga surga, pergi bersama-sama mengunjungi daerah barat untuk menyelidiki tanda ini. Disana mereka melihat Sang Tathagata Mahabhignagnanabhibhu diatas Teras Kebijaksanaan dibawah pohon bodhi, duduk diatas tahta singa dan sedang dikelilingi serta dipuja oleh para dewa, raja-raja naga, para gandharva, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia dan lain-lainnya. Dan mereka melihat keenam belas putera-putera agungnya sedang memohon pada Sang Buddha untuk memutar roda Hukum Kesunyataan. Kemudian semua raja-raja surga Kebrahman itu menunduk dalam-dalam didepan Sang Buddha dan berpawai mengitarinya ratusan ribu kali serta menaburkan bunga-bunga surga itu diatasnya. Bunga-bunga yang mereka taburkan itu menjulang bagai Gunung Semeru yang dipersembahkan p**a pada pohon bodhi Sang Buddha. Pohon Bodhi itu tingginya 10 yojana. Dan setelah mereka selesai mempersembahkan bunga-bunga itu, masing-masing kemudian mempersembahkan istananya pada Sang Buddha dan berkata : “Kasihanilah kami dan demi kebaikan kami, berkenanlah kiranya menerima istana-istana yang kami persembahkan !”
Kemudian seluruh raja-raja surga Kebrahman dengan berbareng memuji Sang Buddha didepannya dalam syair yang berbunyi demikian :
“Begitu anehnya Yang Maha Agung,
Begitu sulit menemuinya,
Sempurna dalam segalanya
Mampu menyelamatkan semua
Maha guru dari para dewa dan manusia
Beliau mengasihi dunia
Dimanapun menerima pertolongannya
Jarak yang telah kita datangi
Ialah 500 ribu kotis daerah wewenang
Meninggalkan kegembiraan yang mendalam
Demi pengabdian pada Sang Buddha
Sebagai pahala dari kehid**an kita yang silam
Istana-istana kita terhias dengan indahnya;
Sekarang kita mempersembahkannya pada Sang Buddha
Dan memohonnya dengan tulus untu sudi menerimanya.”
Kemudian setelah para raja surga Kebrahman itu selesai memuja Sang Buddha dalam syair tadi, kemudian masing-masing berkata : “Bers**a citalah Yang Maha Agung, untuk memutar Roda Hukum Kesunyataan, menyelamatkan seluruh umat dan membukakan pintu Nirvana !”
Kemudian para raja surga Kebrahman itu dengan serempak berkata dalam syair:
“O’Pahlawan dunia ! Manusia Yang Mulia ! Bergembiralah memaklumkan Hukum Kesunyataan
Dengan kekuasaan kasih sayangmu yang agung
Selamatkanlah mahluk-mahluk hidup yang celaka ! Kemudian Sang Tathagata yang Maha Bijak dengan tenang memberikan persetujuan. Lagi, para Bhiksu sekalian ! Raja-raja agung Kebrahman dikawasan tenggara dari 500 ribu kotis daerah wewenang, masing-masing melihat istananya berkilau bermandi cahaya yang belum pernah ada sebelumnya sehingga mereka diliputi perasaan gembira yang meluap-luap dan kagum. Dan dengan segera mereka saling mengunjungi untuk membicarakan hal ini. Sementara itu diantara raja-raja yang berkumpul itu, terdapat seorang raja surga Kebrahman agung yang bernama : Sikhin, yang menyapa para kelompok para Brahma itu dengan syair :
“Apakah yang menyebabkan hal ini,
Sehingga tanda itu timbul ? Didalam seluruh istana kita
Belum pernah ada cahaya semacam itu
Apakah dewa agung yang arif dilahirkan ? Apakah seorang Buddha datang di dunia ? Marilah kita berlalu lewat ribuan tanah
Mencari sinar itu dan bersama-sama menjelaskannya
Tentunya Sang Buddha telah datang didunia
Untuk menyelamatkan umat manusia yang sengsara.”
Kemudian ke 500 ribu dari kotis-kotis raja dewa Kebrahman itu dengan seluruh kereta istana mereka yang masing-masing membawa sebuah karung yang berisi bunga-bunga surga, pergi bersama-sama mengunjungi daerah tenggara untuk menyelidiki tanda ini. Disana mereka melihat Sang Tathagata Mahabhignagnanabhibhu diatas teras kebijaksanaan dibawah pohon bodhi, sedang duduk diatas tahta singa dikelilingi dan dipuja oleh para dewa, raja-raja naga, para gandharva, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia serta lain-lainnya. Dan mereka melihat p**a keenam belas putera-putera agung sedang memohon pada Sang Buddha untuk memutar roda hukum. Kemudian seluruh raja-raja Kebrahman itu menunduk dalam-dalam didepan Sang Buddha dan kemudia berpawai mengelilinginya ratusan ribu kali serta menjulang bagaikan gunung Semeru, yang bunga-bung itu juga mereka persembahkan pada pohon bodhi Sang Buddha. Setelah mereka mempersembahkan bunga-bungaan itu, kemudian masing-masing mempersembahkan istananya kepada Sang Buddha dan berkata : “Kasihanilah kami dan demi kebaikan kami, sudilah kiranya berkenan menerima istana-istana yang kami persembahkan. “
Kemudian semua dewa-dewa Kebrahman itu dengan serempak memuji di muka Sang Buddha dengan syair berikut :
“Yang Maha Suci, Raja diantara para dewa
Dengan suara semerdu suara kalavinka
Pengasih semua umat ! Kita sekarang sangat menghormatimu
Jarang sekali Sang Buddha datang
Hanya sekali dalam masa yang panjang
Seratus delapan puluh kalpa
Telah mati kosong tanpa seorang Buddhapun
Ketiga dunia napsu pun menjadi penuh
Sedang penghuni surga kian berkurang
Sekarang Sang Buddha telah datang di dunia
Menjadi pemimpin dari seluruh umat
Peristirahatan seluruh dunia
Juru selamat dari semuanya
Ayah dari seluruh mahluk
Yang menyayangi dan mengasihi semuanya
Bahagia sepanjang karuna kita yang terdahulu
Sekarang kita berjumpa dengan Yang Maha Agung.”
Kemudian setelah para raja surga Kebrahman memuja dalam syair, masing-masing berkata : Bers**a citalah Yang Maha Agung, mengasihi seluruh umat dan memutar Roda Hukum Kesunyataan serta menyelamatkan para mahluk !”
Kemudian raja-raja surga Kebrahman itu dengan serempak berkata dalam syair :
“Yang Maha Suci ! Putarlah Roda Kesunyataan
Ajarkanlah hakekat hukum kesunyataan
Selamatkanlah umat-umat yang sengsara
Sehingga mereka memperoleh kegembiraan yang besar
Seluruh mahluk yang mendengar hukum ini
Memperoleh jalan seakan-akan terlahir dalam surga
Proses karma yang kejam berkurang
Sedangkan pelaksana-pelaksana kebaikan meningkat.”
Kemudian Sang Tathagata dengan tenang memberikan persetujuan. Lagi, para Bhiksu ! Raja-raja Kebrahman yang agung dikawasan selatan dari 500 ribu kotis daerah wewenang yang masing-masing melihat istananya berkilauan dengan cahaya yang belum pernah ada sebelumnya, semuanya dihinggapi rasa gembira yang meluap-lupa dan kagum. Dan serta merta mereka saling mengunjungi untuk membicarakan masalah ini dengan bertanya-tanya : “Apakah gerangan sebabnya istana kita bercahaya berkilauan ? Diantara para raja yang berkumpul itu terdapat seorang raja surga Kebrahman menyapa para brahma dengan syair :
“Bahwa semua istana kita
Berkilau dengan cahaya yang gemerlapan
Tidak mungkin tanpa suatu sebab
Marilah kita selidiki tanda ini ! Melalui beratus ribu kalpa
Belum pernah terlihat tanda yang seperti itu
Apakah seorang dewa agung yang arif dilahirkan ? Apakah seorang Buddha muncul di dunia ?”
“Kemudian ke 500 koti dari para raja Kebrahman itu dengan seluruh kereta istana mereka yang masing-masing membawa sebuah karung yang berisi bunga-bunga surga, pergi bersama-sama ke kawasan utara untuk menyelidiki tanda ini. Disana mereka melihat Sang Tathagata duduk diatas tahta singa sedang dikelilingi dan dipuja oleh para dewa, raja-raja naga, para gandharva, kimnara, manusia dan yang bukan manusia dan lain-lainnya. Dan mereka juga melihat keenam belas putera agungnya sedang memohon pada Sang Buddha untuk memutar roda dharma. Kemudian seluruh raja-raja Kebrahman itu bersujud dalam-dalam didepan Sang Buddha dan kemudian berpawai mengelilinginya ratusan ribu kali serta sesudahnya mereka menaburkan bunga-bunga surga diatasnya. Bunga-bunga yang mereka taburkan itu menjulang bagaikan gunung Semeru. Bunga-bunga itu juga dipersembahkan kepada pohon Bodhi Sang Buddha. Setelah mereka mempersembahkan bunga-bunga itu, kemudian masing-masing mempersembahkan istananya sambil berkata: “Kasihanilah kami dan demi kebaikan kami, sudilah kiranya menerima istana yang kami persembahkan !”
“Kemudian raja-raja surga Kebrahman itu dengan berbareng memuji didepan sang Buddha, dengan syair :
“Betapa sulitnya menemui Yang Maha Agung
Yang memusnahkan segala penderitaan dunia ! Sesudah 130 kalpa,
Selama itu kita sekarang baru menemuinya
Kepada mahluk-mahluk yang lapar dan haus
Beliau mencurahkan hujan hukum kesunyataan
Beliaulah orang yang belum pernah kita lihat sebelumnya,
Pemilik Kebijaksanaan Yang Maha Besar
Jarang seperti Bunga Udumbara
Hari ini telah kita temui
Seluruh istana-istana kita
Menjadi indah karena sinarnya
Yang Maha Agung ! Dalam KasihMu Yang Besar
Kita berdoa semoga Engkau berkenan menerimanya.”
“Kemudian setelah para raja Kebrahman itu memuja Sang Buddha dalam syair tadi, kemudian masing-masing berkata : “Bergembiralah Yang Maha Agung untuk memutar Roda Dharma dan membuat seluruh dunia para dewa, mara dan brahma menjadi terhibur dan terbebas !”
Kemudian semua raja-raja surga Kebrahman itu serempak memujanya dalam syair :
“Bers**a citalah Yang Dimuliakan para dewa dan manusia
Memutar Roda Hukum Yang Maha Besar
Menabuh genderang dari Hukum Yang Agung
Meniup terompet dari Hukum Kesunyataan
Mencurahkan hujan yang menyeluruh dari Hukum Yang Agung
Dan menyelamatkan umat yang tak terhitung banyaknya ! Kita semua mempersembahkan diri kepada mu
Ajarkanlah / maklumkanlah berita yang berkumandang itu.”
“Kemudian Sang Tathagata Mahabhignagnanabhibhu, dengan tenang memberikan persetujuan.
“Kawasan barat daya sampai kekawasan yang rendah juga mengimbangi dalam cara yang sama.
“Kemudian dikawasan atas, raja-raja agung Kabrahman dari 500 ribu koti daerah wewenang, yang melihat istana-istana dimana mereka beristirahat menjadi berkilauan dengan cahaya yang belum pernah ada sebelumnya, maka mereka diliputi perasaan gembira yang meluap-luap dan kagum. Dengan segera mereka saling mengunjungi untuk memperbincangkan masalah ini sambil bertanya-tanya : “Apakah kiranya yang menjadi sebab dari cahaya ini dalam istana kita ?” Diantara para raja yang berkumpul ini terdapat seorang raja agung surga Kabrahman yang bernama : Shikin, yang menyapa para brahma itu dengan syair :
“Sekarang apakah sebabnya
Sehingga seluruh istana-istana kita
Berkilau dengan cahaya gemerlap semacam ini
Jauh lebih indah tidak seperti sebelumnya ? Tanda yang indah seperti ini,
Sejak dulu belum pernah kita dengar dan kita lihat
Apakah seorang dewa agung yang arif dilahirkan ? Apakah seorang Buddha muncul di dunia ?
“kemudian ke 500 kotis raja-raja surga Kabrahman itu, dengan seluruh kereta mereka yang masing-masing membawa sekarung bunga-bunga surga, pergi bersama-sama mengunjungi kawasan bawah untuk menyelidiki tanda ini. Disana mereka melihat Sang Tathagata Mahabhignagnanabhibhu, diatas teras kebijaksanaan dibawah pohon bodhi sedang duduk diatas tahta singa dikelilingi dan dipuja oleh para dewa, raja-raja naga, para gandharva, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia dan lain-lainnya. Pun p**a mereka melihat keenam belas putera-putera agung sedang memohon pada Sang Buddha untuk memutar Roda Hukum. Kemudian para raja surga Kebrahman itu dengan serempak memuji Sang Buddha, didepannya, dalam syair :
“Alangkah untungnya melihat Sang Buddha
Yang Maha Suci, yang menyelamatkan dunia
Yang dapat memerintah neraka tribuana
Untuk membebaskan mahluk hidup
Yang Maha Bijaksana, yang dimuliakan para dewa dan manusia
Yang mengasihi para tunas-tunas muda
Yang dapat membuka pintu-pintu dari embun yang indah
Untuk kebebasan semuanya
Berkalpa-kalpa yang tak terhitung dimasa silam
Telah mati kosong tanpa para Buddha
Sementara Yang Maha Agung belum muncul
Kegelapan menyengkeram dimana-mana
Timbullah ketiga keadaan angkara
Tumbuh juga asura
Sedangkan penghuni-penghuni surga berkurang
Dan jatuh mati kedalam kerajaan angkara
Tidak mendengarkan hukum dari para Buddha
Selalu mengikuti jalan yang tidak benar
Tubuh, kekuatan dan kebijaksanaan mereka
Semuanya ini telah hilang
Karena karma yang penuh dosa
Mereka kehilangan pikiran-pikiran mereka
Yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan
Terpancang pada pandangan-pandangan kolot
Tidak menyadari prilaku susila
Tidak menerima pembetulan dari para Buddha
Mereka selamanya terjatuh dalam jalan angkara
Sang Buddha adalah pemimpin dunia
Datang sesudah jangka waktu yang lama
Karena kasihan pada mahluk hidup
Beliau turun di dunia
Sempurna dalam Penerangan Agungnya
Betapa besarnya kebahagiaan kita
Dan seluruh mahluk-mahluk hidup yang lain
Berbahagia tidak seperti sebelumnya
Seluruh istana-istana kita
Menjadi indah karena sinar ini
Sekarang kita persembahkan pada Yang Maha Agung
Sudilah kiranya menerima
Semoga amal ini
Meluas ke mahluk-mahluk lain
Sehingga kita dengan seluruh umat
Dapat bersama-sama mencapai Jalan Buddha.”
“Kemudian setelah ke 500 ribu koti dari raja-raja Kebrahman dalam syair itu, masing-masing berkata kepadaNya : “Bergembiralah Yang Maha Agung dalam memutar Roda Hukum; membahagiakan dan menyelamatkan begitu banyak umat.”
“Kemudian seluruh raja surga Kebrahman itu berkata dengan syair :
“Yang Maha Agung, putarlah roda hukum kesunyataan
Tabuhlah genderang hukum seindah embun
Selamatkanlah mahluk-mahluk sengsara
Bukalah jalan Nirvana ! Berbahagialah menerima permohonan kami
Dan dengan getaran ghaibmu yang agung
Kasih sayang menyebar kemana-mana
Hukum yang telah Engkau jalankan selama banyak kalpa.”
“Pada saat itu Sang Tathagata Mahabhignagnanabhibhu menerima permohonan para raja surga Kebrahman dari 10 kawasan dan dari 16 putera-putera agungnya. Kemudian dengan segera memutar Roda Hukum Kesunyataan sebanyak 3 kali dari 12 bagian, yang tidak seorangpun dari para sramana, brahman, dewa, mara dan para brahma maupun para mahluk dunia yang mampu memutarnya. Ceramahnya ialah : “Inilah penderitaan; inilah sebab-musabab penderitaan; inilah kemusnahan penderitaan; inilah jalan untuk menyirnakan penderitaan; dan secara panjang lebar Beliau mengajarkan Hukum dari 12 NIDANA, yaitu :
Ketidaktahuan menimbulkan Bentuk-bentuk Karma ( Avijja Paccaya Sangkhara )
Bentuk-bentuk Karma menimbulkan Kesadaran ( Sankhara Paccaya Vinnannang )
Kesadaran menimbulkan Nama Rupa ( Vinnana Paccaya Namarupang )
Nama Rupa menimbulkan Enam Indriya ( Namarupa Paccaya Salayatanang )
Enam Indriya menimbulkan Kontak ( Salayatanang Paccaya Phasso )
Kontak menimbulkan Perasaan ( Phasso Paccaya Vedana )
Perasaan menimbulkan Kehausan ( Vedana Paccaya Tanha )
Kehausan menimbulkan Kemelekatan ( Tanha Paccaya Upadanang )
Kemelekatan menimbulkan Proses Penjelmaan ( Upadanang Paccaya Bhavo )
Proses Penjelmaan menimbulkan Kelahiran ( Bhavo Paccaya Jati )
Kelahiran menimbulkan Kelapukan, Kematian, Keluh Kesah, sakit ( Jati Paccaya Jayamaranang )
Kelapukan, Kematian, Keluh Kesah, Sakit adalah Akibat dari Kelahiran ( Jara Marana)
Kelalaian dihancurkan maka Bentuk-bentuk Karma menjadi hancur
Bentuk-bentuk Karma dihancurkan Kesadaran menjadi hancur
Kesadaran dihancurkan Nama Rupa menjadi hancur
Nama Rupa dihancurkan Enam Indriya menjadi hancur
Enam Indriya dihancurkan Kontak menjadi hancur
Kontak dihancurkan Perasaan menjadi hancur
Perasaan dihancurkan Kehausan menjadi hancur
Kehausan dihancurkan Kemelekatan menjadi hancur
Kemelekatan dihancurkan Proses Penjelmaan menjadi hancur
Proses Penjelmaan dihancurkan Kelahiran menjadi hancur
Kelahiran dihancurkan maka Kelapukan, Kematian, Keluh kesah dan Sakit menjadi lenyap.
“Ketika Sang Buddha mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini ditengah-tengah para dewa, manusia dalam pertemuan besar, 600 ribu kotis nayuta rakyat, tanpa terpengaruh hukum-hukum sementara, perasaan mereka terbebas dari rasa salah dan seluruhnya mencapai meditasi pandangan terang yang mendalam, 3 Kesunyataan dan 8 Jalan Utama. Begitu juga pada saat itu, sesudah tiga empat kali mengkhotbahkan hukum itu, beribu-ribu kotis nayuta dari segala mahluk yang seperti pasir-pasir sungai Gangga itu, dan tanpa terpengaruh oleh hukum-hukum sementara, perasaan mereka terbebas dari ikatan kesalahan. Mulai saat ini kelompok para sravakanya sudah tak terbatas dan tak terhitung lagi sehingga tidak mungkin lagi diutarakan dalam jumlah angka.
“Sementara itu keenam belas putera-putera agungnya yang semuanya masih muda belia itu meninggalkan rumah dan menjadi sramana yang memiliki keluhuran, kebijaksanaan dan kecerdasan. Mereka telah mengabdi beratus ribu koti dari para Buddha dan mereka selalu menjalankan dharma brahma dengan tulus serta mencari Penerangan Agung. Dengan serempak mereka menyapa Sang Buddha dan berkata : “Yang Maha Agung ! seluruh ribuan koti dari para sravaka agung dan berbudi yang tak terhitung jumlahnya ini, semuanya telah sempurna. ajarkanlah juga kepada kami tentang Hukum Penerangan Agung ! dan jika kami telah mendengarnya, pasti akan kami laksanakan ajaran itu. kami merindukan pengetahuan Sang Tathagata. Segala uneg-uneg dalam dasar hati kami yang paling dalam telah Engkau nyatakan dan Engkau ketahui.”
“Kemudian diantara kelompok yang dipimpin oleh ‘raja pemutar roda suci’ 8 ribu kotis rakyat yang melihat bahwa keenam belas putera-putera agung itu telah meninggalkan rumah, maka merekapun juga meninggalkan rumah sedang sang raja merestui mereka p**a.
“Kemudian Sang Buddha, atas permohonan para sramana ketika 2 ribu kalpa telah berlalu, berkhotbah dihadapan keempat golongan itu tentang Sutra Kendaraan Besar ini yang bernama : “ BUNGA TERATAI DARI KEGAIBAN HUKUM KESUNYATAAN.” Dengan hukum itulah para bodhisatva diutus dan hukum itu jugalah yang selalu terpelihara dan tersimpan dalam hati sanubari para Buddha. Setelah Beliau selesai mengkhotbahkan sutra ini, maka keenam belas sramana yang demi Penerangan Agung itu semuanya telah menerima, memelihara, dan mengajarkan serta meresapinya.
“Ketika Sutra ini sedang dikhotbahkan, keenam belas sramana bodhisatva itu menerimanya dengan penuh keyakinan, dan diantara para kelompok itu terdapat juga yang mempercayai dan meresapinya, tetapi umat-umat yang lain dari beribu-ribu macam kotis semuanya menaruh rasa ragu dan bimbang. “Sang Buddha mengkhotbahkan Sutra ini selama 8000 kalpa tanpa berhenti. Dan setelah Beliau selesai mengkhotbahkan Sutra ini, kemudian Beliau memasuki sebuah ruangan yang sunyi dan disitu Beliau bersemadi selama 84 ribu kalpa.
“Kemudian keenam belas sramanera bodhisatva yang mengetahui bahwa Sang Buddha telah memasuki ruangan itu dan sedang asyik bersemadi, maka masing-masing menduduki sebuah tahta hukum dan selam 84 ribu kalpa p**a, mereka berkhotbah secara panjang lebar tentang Sutra Dari Bunga Kegaiban Hukum kepada keempat golongan itu. Masing-masing dari mereka itu menyelamatkan 600 ribu kotis nayuta dari para umat yang jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga itu; menunjukkan, mengajarkan, menguntungkan dan menggembirakan hakekat dari Penerangan Agung.
“Setelah 84 ribu kalpa berlalu, Sang Buddha Yang Maha Bijak bangkit dari samadinya dan pergi menuju ke singgasana hukum serta dengan tenang duduk diatasnya.
“Sambil menyapa seluruh pertemuan agung itu, Beliau bersabda : “Jarang sekali terdapat sramanera bodhisatva yang seperti keenam belas orang ini, yang berwatak luhur dan bijaksana dan yang telah mengabdi ribuan kotis dari jumlah umat Buddha yang tak terhitung banyaknya, dan yang terus menerus menjalankan dharma brahma kepada para Buddha itu, dan yang telah menerima dan memelihara kebijaksanaan Sang Buddha serta menurunkannya kepada seluruh mahluk dan memimpinnya. Apakah kalian semua telah memuja dan memuliakan mereka berulang kali ? karena betapapun juga jika para sravaka, pratyekabuddha dan para bodhisatva dapat mempercayai hukum dari Sutra yang telah dikhotbahkan oleh keenam belas bodhisatva, menerima dan memeliharanya tanpa merusaknya, maka seluruh orang-orang itu akan mencapai Kebijaksanaan Sang Tathagata dari Penerangan Agung.”
Sang Buddha menyapa para bhiksu dan bersabda : “Keenam belas bodhisatva ini selalu bergembira dalam mengkhotbahkan Sutra dari Bunga Teratai Hukum yang maha gaib ini. Keenam ratus ribu kotis nayuta dari para umat yang seperti pasir-pasir sungai Gangga itu, yang para bodhisatva ini mentasbhikan dan melahirkan generasi demi generasi yang semuanya ini mengikuti para bodhisatva, mendengar tentang hukum itu dari mereka dan seluruhnya mempercayainya serta meresapinya. Karena alasan-alasan inilah mereka berhasil menemui 4000 kotis para Buddha, yang maha agung dan sampai saat ini mereka tidak henti-hentinya melakukan hal itu.
“Para bhiksu sekalian ! Aku katakan kepadamu sekarang bahwa pengikut-pengikut Buddha yaitu sramanera, semaunya telah mencapai Penerangan Agung diseluruh negeri dan disegala penjuru, pada saat ini mereka sedang mengkhotbahkan hukum itu dan telah mempunyai beratus ribu kotis dari bodhisatva sebagai pengikut mereka. Dua orang dari sramanera-sramanera itu menjadi Buddha di daerah timur, seorang bernama Akshobhya di Abhirati, yang lain bernama Merukuta; Buddha yang dua lagi dikawasan tenggara, yang seorang bernama Simhagosha sedang yang lain bernama Simhadvaga; sementara Buddha yang dua lagi di kawasan selatan, yang seorang bernama Akasharrathistita, sedangkan yang lain bernama Nityaparinirurita; Buddha yang dua lagi dikawasan barat daya, yang seorang bernama Indratvaga, sedang yang lain bernama Brahmadvaga; dua Buddha lagi dikawasan barat laut, yang seorang bernama Sarvalokadhatupadravodvedapratyuttirna, sedang yang lain bernama Tanda Sumeru; dua Buddha lagi berada dikawasan utara, yang seorang bernama Megasvarapradipa, sedang yang lain bernama Megasvararaga; Buddha yang berada dikawasan timur laut bernama Pemusnah Segala Kecemasan Dunia; Dan yang terakhir ialah Aku sendiri, Sakyamuni Buddha yang telah mencapai Penerangan Agung didalam kawasan alam semesta. jika kita menjadi sramanera, maka masing-masing mengajar dan mentasbihkan beratus ribu kotis mahluk yang seperti pasir-pasir sungai Gangga; dan mereka yang mendengar Hukum dari Aku akan mencapai Penerangan Agung. Diantara mahluk-mahluk ini sampai saat sekarang terdapat beberapa yang masih tetap pada tingkatan sravaka. Terus menerus Aku perintahkan mereka dalam Penerangan Agung agar supaya orang-orang ini akan masuk kedalam Jalan Kebuddhaan lewat Hukum ini. Karena betapapun juga kebijaksanaan Sang Tathagata sangat sulit dipercaya dan dipahami. Seluruh mahluk-mahluk itu yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga yang Aku tasbihkan pada waktu itu hanya kalian, para bhiksu dan mereka akan menjadi pengikut-pengikut sravakaKu pada dunia mendatang yang nanti sesudah kesirnaanKu.
“Sesudah kesirnaanKu, akan terdapat pengikut-pengikut Ku yang tidak mendengarkan Sutra ini ataupun mengetahui maupun memahami ajaran yang dianut para Bodhisatva dan dengan usahanya sendiri akan menemukan makna tentang kesirnaan dan memasuki apa yang mereka sebut Nirvana. Tetapi dikawasan yang lain, kemanapun mereka pergi, Aku akan tetap menjadi Buddha meskipun dibawah nama-nama yang berbeda-beda. Orang-orang ini, meskipun mereka memahami tentang kesirnaan dan memasuki apa yang mereka sebut Nirvana, namun masih tetap juga mencari kebijaksanaan Sang Buddha dan berhasil juga mendengar Sutra ini. Hanya dengan Kendaraan Sang Buddha mereka akan mencapai kesirnaan yang sempurna. Tidak ada kendaraan lain kecuali ajaran yang bijaksana dari Sang Tathagata. jika Sang Tathagata sendiri mengetahui bahwa saatnya Nirvana telah tiba dan perkump**an itu suci, teguh dalam kepercayaan serta kemantapannya dan telah tertembusi oleh hukum kehampaan, asyik dalam meditasi, kemudian Beliau akan mengumpulkan seluruh Bodhisatva dan sravaka untuk mengkhotbahkan Sutra ini kepada mereka. Didunia ini tidak ada kendaraan kedua untuk mencapai kemokshaan; hanyalah ada satu kendaraan Buddha untuk mencapai kemokshaan. Ketahuilah para bhiksu sekalian ! Kebijaksanaan Sang Tathagata meresap dalam-dalam ke seluruh sanubari mahluk dan Beliau mengetahui juga bahwa mereka terikat oleh kesenangan akan hal-hal yang hina dan sangat terbelenggu oleh 5 keinginan. Demi hal-hal ini Beliau mengkhotbahkan Nirvana. Jika mereka mendengarnya, mereka akan menerimanya dengan penuh keyakinan.
“Bayangkanlah seandainya ada suatu daerah yang penuh mara bahaya seluas 500 yojana dan disitu terletak satu jalanan yang sulit dan berbahaya serta jauh dari tempat tinggal manusia. Kemudian ada satu rombongan besar yang ingin melalui jalanan itu menuju ke tempat Permata. Mereka mempunyai seorang penuntun jalan yang bijaksana dan cerdas yang mengetahui jalanan itu dengan baik, dimana yang dapat dilalui dan dimana yang tidak, dan dialah yang memimpin rombongan yang ingin melewati daerah yang penuh bahaya ini. Bayangkanlah seandainya rombongan yang ia pimpin itu menjadi letih ditengah jalan dan berkata : “Kami benar-benar kepayahan dan lagi p**a merasa takut, kami tidak dapat pergi lebih jauh lagi. Jalanan yang membentang didepan kita begitu jauhnya, oleh karenanya marilah kita kembali saja.”
Sang pemimpin, seorang yang sangat bijaksana, berpikir demikian : “Orang-orang ini patut dikasihani. Bagaimana mungkin mereka dapat membuang harta yang sedemikian besar itu dan malahan ingin kembali ?” Karena berpikir demikian itu maka dengan suatu akal, ia secara gaib menciptakan sebuah kota seluas 300 yojana ditengah-tengah jalanan yang berbahaya itu, kemudian berkata kepada rombongan tadi : “Janganlah kalian takut dan jangan lupa kembali. Inilah sebuah kota yang besar dimana kalian dapat beristirahat dan mengumbar segala keinginan kalian. Jika kalian masuk ke kota ini, kalian akan cepat segar kembali. Dan jika kalian sudah mampu melanjutkan perjalanan ke Tempat Permata, maka lanjutkanlah.”
“Kemudian rombongan yang letih itu sangatlah bergembira dalam hatinya dan memuji-muji keuntungan mereka yang tiada tara itu, : “Sekarang kita telah benar-benar terlolos dari jalanan yang berbahaya ini dan marilah kita segera beristirahat.”
Kemudian rombongan itu melangkah ke dalam kota gaib tadi dan membayangkan bahwa mereka telah tiba ditempat tujuannya, maka tinggallah mereka dengan senang. Ketika sang pemimpin mengetahui bahwa rombongan itu telah beristirahat dan tidak lagi merasa letih, maka ia memusnahkan kota gaib tadi dan berkata kepada rombongan itu : “Hai, cepatlah kalian semua. Tempat Permata itu sudah ditangan. Aku menciptakan kota besar tadi hanya untuk beristirahat kalian saja.”
Para bhiksu sekalian ! demikianlah juga halnya dengan Sang Tathagata. Pada saat ini Beliau adalah pemimpin agung kalian yang mengetahui segala kedukaan, keangkaraan, dan proses penjelmaan yang panjang dan kalian semua akan terbebaskan dan terselamatkan dari hal-hal itu. Jika para mahluk hidup hanya mendengar tentang Satu Kendaraan Buddha saja dan mereka tidak berkeinginan untuk melihat Sang Buddha maupun berkehendak mendekatiNya, tetapi berpikiran demikian : “Jalan Buddha sangat begitu jauh dan panjangnya, hanya sesudah penderitaan yang lama dari kerja keras sajalah ujung jalan itu dapat tercapai.”
Sang Buddha yang mengetahui bahwa pikiran mereka lemah dan rendah maka dengan kebijaksanaan Beliau, ketika mereka sedang dalam perjalanan, memberi tempat peristirahatan dan mengkhotbahkan 2 tingkatan Nirvana. Jika para mahluk itu telah tinggal dalam dua tingkatan ini, kemudian Sang Tathagata melanjutkan untuk memberitahukan mereka : “Kalian belum menyempurnakan tugas kalian. Tempat yang sedang kalian diami adalah dekat dengan Kebijaksanaan Sang Buddha. Perhatikan dan renungkanlah bahwa Nirvana yang telah kalian capai bukanlah Nirvana yang sesungguhnya !. Hanyalah tentang hal itu yang Sang Tathagata, melalui KebijaksanaanNya, didalam Satu Kendaraan Buddha memperbedakan dan membicarakan ketiganya. Seperti halnya dengan sang pemimpin tadi yang ingin memberikan peristirahatan kepada rombongannya, dengan gaib ia mencipta sebuah kota yang besar dan sesudah mereka beristirahat, kemudian ia memberitahukan mereka dengan berkata : “Tempat Permata sudah ditangan dan kota ini bukanlah kota sesungguhnya tetapi kota ciptaan gaibKu.”
Pada saat itu Sang Buddha yang menginginkan memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam syair :
“Sang Buddha Yang Maha Bijaksana
Selama 10 kalpa duduk diatas tahta kebijaksanaan
Hukum Buddha belum juga diwahyukan
Masih belum mencapai Jalan Buddha
Dewa-dewa kasurgaan dan raja-raja naga
Para asura dan mahluk-mahluk lain
Tiada henti-hentinya menaburkan bunga-bunga surga
Untuk memuliakan Sang Buddha
Para dewa menabuh genderang-genderang surga mereka
Dan membuat berbagai macam dendang
Angin lembut yang harum meniup bunga-bunga yang layu
Sambil menghembus bunga-bunga lain yang indah segar
Ketika 10 kalpa kecil telah berlalu,
Beliau mencapai Jalan Buddha
Para dewa dan manusia di dunia
Semuanya diliputi perasaan sangat gembira
Keenam belas putera dari Buddha itu
Semuanya bersama pengikut-pengikut mereka
Beribu-ribu kotis mengelilingi mereka
Seluruhnya pergi kepada Sang Buddha
Membungkuk rendah dikaki Sang Buddha
Mereka memohonnya untuk memutar Roda Hukum
“Pahlawan Yang Suci ! Bersama hujan hukum,
Isilah kami dan yang lainnya !”
Betapa sulitnya menemui Yang Maha Agung
Hanya sekali Beliau muncul dalam masa yang lama
Dan kemudian membangunkan para mahluk
Beliau mengoncangkan semua benda
Di dunia kawasan timur
500 ribu kotis daerah wewenang
Istana-istana Brahma bergemerlapan dengan cahaya
Yang belum pernah ada sebelumnya
Seluruh para Brahma, demi melihat tanda ini
Mencarinya sampai mereka mencapai Sang Buddha
Mereka memuliakannya dengan menaburkan bebungaan
Dan mempersembahkan kepadanya istana-istana mereka
Memohonnya untuk memutar roda hukum
Dan memujanya dalam syair
Sang Buddha yang mengetahui bahwa saatnya belum tiba,
Menerima permohonan mereka, tetapi masih duduk dengan tenang
Dari tiga kawasan dan empat penjuru yang lain
Yang diatas maupun yang dibawah, mereka datang p**a
Menaburkan bunga-bunga dan mempersembahkan istana-istana
Dan memohon Sang Buddha untuk memutar Roda Dharma
“Betapa sulitnya menemui Yang Maha Agung
Bers**a citalah dalam kasihMu yang Agung
Membuka lebar pintu-pintu dari indahnya embun
Dan memutar Roda Hukum !”
Sang Buddha Yang Maha Bijaksana
Menerima permohonan kelompok itu
Memaklumkan kepada mereka tentang hukum-hukum dari
Empat Kesunyataan dari 12 NIDANA;
Ketidaktahuan tentang usia dan kematian
Semuanya ada karena kelahiran
Semua kesengsaraan seperti ini
Kalian semua harus tahu.”
Tatkala hukum ini sedang dikhotbahkan,
600 ribu kotis nayuta mahluk
mengakhiri kesengsaraan mereka
seluruhnya menjadi arhat
kedua kalinya Beliau mengkhotbahkan hukum itu
Ribuan jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga
Tidak mengikuti cara yang umum
Juga menjadi arhat
Mulai saat itu pencapai-pencapai jalan
Sudah tak terhitung lagi;
Menghitung mereka selama ribuan kotis kalpa
Tidak akan mencapai ujungnya
Kemudian keenam belas putera-putera agung itu
Yang meninggalkan rumahnya sebagai sramanera
Dengan serempak memohon pada Sang Buddha :
“Khotbahkan Hukum tentang Kendaraan Agung ! Kami dan rombongan pengikut-pengikut kami
Ingin mencapai Jalan Buddha semuanya
Kami ingin menjadi seperti Yang Maha Agung
Dengan kebijaksanaan dan mata hati yang suci.”
Sang Buddha yang mengetahui pikiran puteranya
Dan dharmanya dari kehid**an mereka yang lampau
Dengan alasan yang tak terhitung
Dan berbagai perumpamaan
Mengkhotbahkan ke Enam Paramita dan hal-hal yang gaib
Membedakan Hukum yang nyata dari
Jalan Para Bodhisatva bertindak
Dan mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga ini
Dalam syair-syair yang bagaikan pasir-pasir Sungai Gangga
Ketika Sang Buddha telah selesai mengkhotbahkan Sutra itu
Beliau memasuki sebuah ruangan yang sunyi untuk bersemadi
Dengan pikiran yang terpusat Beliau duduk di satu tempat
Selama 84 kalpa
Seluruh sramanera-sramanera itu
Mengetahui bahwa Beliau belum akan muncul dari samadinya
Kepada para koti mahluk yang tak terhitung
Mengajarkan kebijaksanaan agung Sang Buddha
Masing-masing duduk diatas sebuah tahta Hukum
Mengkhotbahkan Sutra Kendaraan Besar
Dan sesudah beristirahatnya Sang Buddha
Memaklumkan dan membantu ajarannya tentang hukum itu. Jumlah mahluk yang diselamatkan oleh
Setiap sramanera-sramanera itu ialah
600 ribu kotis umat
Sebanyak pasir-pasir Sungai Gangga
Sesudah itu Sang Buddha sirna
Para pendengar hukum itu
Didalam setiap tanah-tanah Sang Buddha
Akan terlahir kembali bersama Sang guru
Keenam belas sramanera-sramanera ini
Dengan sempurna melaksanakan Jalan Buddha
Sekarang berdiam di 10 penjuru
Masing-masing telah mencapai Penerangan Agung
Kemudian yang mendengar hukum ini
Masing-masing akan tinggal bersama para Buddha
Mereka yang masih tinggal dalam sravaka
Lambat laun akan diajar Jalan Buddha
Aku adalah salah satu dari keenam belas itu
Dan telah berkhobah kepadamu dari semula
Oleh karenanya, dengan kebijaksanaanKu
Aku bimbing kalian menuju Kebijaksanaan Sang Buddha
Karena hubungan yang dulu ini
Sekarang Aku khotbahkan Sutra Bunga Teratai itu
Agar kalian masuk ke Jalan Buddha
Waspadalah jangan sampai menaruh rasa takut ! Bayangkanlah seandainya ada sebuah jalan yang berbahaya
Terputus-putus dan penuh binatang-binatang berbisa
Tanpa adanya air maupun rerumputan
Satu daerah yang mengerikan bagi manusia
Beribu-ribu jumlah yang tak terhitung
Ingin lewat sepanjang jalan yang berbahaya ini
Suatu jalanan yang betul-betul jauh untuk dicapai
Sepanjang 500 yojana
Kemudian muncullah seorang pemimpin
Yang berkepribadian kuat dan bijaksana
Cerdas dan arif
Yang didalam bahaya menyelamatkan semuanya itu dari ancaman
Tetapi semua orang-orang itu menjadi letih
Dan berbicara kepada pimpinan sambil berkata :
“Kita sekarang sangat lelah dan payah
dan ingin kembali dari sini.”
Sang pemimpin berpikir begini,
“Orang-orang ini sangat patut dikasihani
Bagaimana bisa mereka ingin kembali
Dan melepaskan harta yang sedemikian besar itu.”
Pada saat itu ia memikirkan suatu daya upaya
“Baiklah saya jalankan tenaga gaib
Dan membuat sebuah kota gaib yang besar
Dengan megah terhiasi rumah-rumah
Dikelilingi oleh petamanan dan semak-semak
Saluran-saluran air dan kolam-kolam mandi
Pintu-pintu gerbang yang besar dan menara-menara yang menjulang
Yang penuh dengan orang laki-laki dan perempuan.”
Setelah membuat penjelmaan ini,
Dia menentramkan mereka sambil berkata : “Janganlah kalian takut !”
Masuklah kalian kedalam kota ini
Dan biarlah masing-masing bers**a ria semaunya.”
Ketika orang-orang itu telah masuk dalam kota itu,
Hati mereka penuh dengan kegembiraan
Semuanya hanya berpikir tentang istirahat dan ketenangan
Dan mengira bahwa mereka telah selamat
Ketika sang pemimpin tahu bahwa mereka telah beristirahat,
Dia mengumpulkan dan menyapa mereka dengan berkata,
“Kalian semua lanjutkanlah ! Ini hanyalah sebuah kota khayalan
Karena melihat kalian kepayahan
Dan ingin kembali ditengah-tengah jalan
Maka Aku, dengan suatu akal,
Membuat kota ini untuk sementara waktu
Sekarang majulah kalian dengan tekun
Bersama-sama ke Tempat Permata itu.”
Akupun juga begitu,
Menjadi pemimpin seluruh mahluk
Karena melihat para pencari-pencari Jalan itu
Ditengah jalan menjadi letih
Dan tidak dapat melewati jalan-jalan yang berbahaya itu
Tentang maut dan perkara-perkara duniawi
Maka Aku dengan kuasa kebijaksanaanKu
Demi keselamatan mereka Aku khotbahkan Nirvana dengan berkata,
“Penderitaan kalian telah berakhir
kalian telah menyelesaikan pekerjaan kalian.”
Ketika Aku tahu bahwa kalian telah mencapai Nirvana
Dan semuanya menjadi arhat
Kemudian Aku kumpulkan kalian semua
Dan Kukhotbahkan hukum yang sebenarnya kepada kalian
Para Buddha dengan kuasa kebijaksanaan mereka
Secara terpisah mengkhotbahkan tiga kendaraan itu;
Tetapi hanya ada Satu Kendaraan Buddha
Hanyalah untuk tempat peristirahatan saja bahwa
Ke Dua Kendaraan itu dikhotbahkan
Sekarang Aku khotbahkan kebenaran kepada kalian;
Apa yang telah kalian capai bukanlah kesirnaan yang nyata
Demi untuk mencapai pengetahuan yang sempurna dari Sang Buddha
Bekerjalah dengan penuh semangat ! Jika telah kalian buktikan tentang pengetahuan sempurna,
Kesepuluh kuasa dan lain-lainnya dari hukum-hukum Sang Buddha
Dan menyempurnakan ke 32 tanda
Kemudian itulah kemusnahan yang nyata
Para Buddha, para pemimpin
Demi untuk memberi peristirahatan, mereka menyebutnya Nirvana
Tetapi menyadari bahwa istirahat ini akan berakhir
Mereka membimbingnya menuju ke kebijaksanaan Sang Buddha.”
BAB VIII
RAMALAN TENTANG 500 ORANG BHIKSU
Pada saat itu Purna, putera dari Sang Maitreyani, setelah mendengar khotbah Sang Buddha yang sedemikian bijaksana, sempurna dan mengena; setelah mendengar penetapan para penganut terkemuka yang akan mencapai Penerangan Agung, dan setelah mendengar tentang nasib mereka yang dahulu dan juga setelah mendengar tentang kekuasaan dari para Buddha yang tak terbayangkan, serta setelah menerima ajaran yang tiada duanya, maka hatinya merasa tersucikan dan merasa begitu bergembira. Seketika itu ia bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke hadapan Sang Buddha serta bersujud dikakinya, kemudian menarik dirinya kesamping sambil memandang Sang Buddha tanpa sedetikpun mengejapkan matanya dan berpikir demikian : “Yang Maha Agung sungguh sangat menakjubkan. Begitu gaib perbuatanNya sebagaimana pernyataan Beliau untuk dunia ini yang banyak sekali. Dengan penuh kebijaksanaan Beliau mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada seluruh mahluk dan mengangkat mereka keluar dari segala keadaan agar mereka bebas dari kemelekatan pada keakuan. Tiada kata-kata yang dapat menyatakan jasa-jasa Sang Buddha. Hanyalah Sang Buddha Yang Maha Agung yang mampu mengetahui segala kecenderungan sampai yang sekecil-kecilnya dari isi hati kita yang paling dalam.”
Kemudian Sang Buddha menyapa para bhiksu dengan bersabda : “Apakah kalian mengenal Purna, putera dari Sang Maitreyani ini ? Aku selalu menganggapnya sebgai orang yang paling terkemuka diantara para pengkhotbah Hukum Kesunyataan dan Aku selalu tiada henti-hentinya memuji jasa-jasanya yang beraneka ragam itu. Ia senantiasa bersemangat dalam memelihara dan membantu memaklumkan Hukum Ku Kesunyataan ini. Diantara keempat golongan, dialah yang telah mampu menunjukkan dan mengajarkan Hukum Kesunyataan ini dengan baik dan menyenangkan. Karena begitu sempurnanya ia menafsirkan Hukum yang benar dari Sang Buddha, maka ia telah berjasa besar terhadap para kawan-kawan pengikutnya dari aliran Brahma. Kecuali Sang Tathagata, maka tiada seorangpun yang mampu menyamai kejelasan ceramahnya. Jangan mengira bahwa hanya hukumKu sajalah yang Sang Purna dapat memelihara dan membantu memaklumkannya. Tetapi ia juga termasuk salah satu dari 90 kotis dari para Buddha yang dulu, yang menjaga dan membantu memaklumkan Hukum yang besar dari Buddha. Diantara para pengkhotbah hukum itu, dia jugalah yang paling terkemuka. Dan mengenai Hukum Kehampaan ( Sunya ) yang dikhotbahkan oleh para Buddha, ia juga memahami dan meresapinya. Ia telah mencapai keempat tingkat dari kebijaksanaan yang tak terhalangi dan selalu mampu mengkhotbahkan Hukum dengan adil dan benar tanpa merasa ragu ataupun bimbang. Sempurna dalam menguasai kekuatan Bodhisatva yang tak terbayangkan, maka sempurnalah hidupnya dengan selalu memelihara kebrahmaannya. Dalam masa-masa Buddha itu, semua orang menyebutnya sebagai ‘siswa yang sejati’ (Sravaka). Dengan kebijaksanaan yang sedemikian itu, maka Sang Purna telah berjasa terhadap ratusan dan ribuan mahluk hidup yang tak terhitung serta mentabishkan orang sebanyak asamkhyeya yang tanpa hitungan untuk mencapai Penerangan Agung. Demi untuk mensucikan tanah Buddhanya, maka secara terus menerus ia telah melaksanakan tugas seorang Buddha dan terus mengajar para mahluk hidup. Sang Purna juga merupakan seorang yang terkemuka diantara para pengkhotbah Hukum Kesunyataan pada waktu 7 Buddha dan sekarang ini juga menjadi orang yang terkemuka diantara para pengkhotbah Hukum Kesunyataan dibawah Aku.
“Diantara para pengkhotbah Hukum Kesunyataan yang dibawah para Buddha yang mendatang dalam kalpa yang arif ini, ia pun akan menjadi orang yang paling terkemuka dan akan menjaga serta membantu untuk memaklumkan Hukum Kesunyataan dari para Buddha yang tak terhitung dan tak terbatas, dengan mengajarkan dan menyelamatkan para mahluk hidup, yang tak terbilang jumlahnya agar mereka mencapai Penerangan Agung. Demi untuk mensucikan kawasan Buddhanya ia akan selalu tekun dan bersemangat didalam mengajar para mahluk, sehingga sesudah berkalpa-kalpa asamkhyeya yang terbatas nanti, lama kelamaan akan memahiri jalan kebodhisatvaan. Didalam lapangan itu, ia akan mencapai Penerangan Agung dan akan bergelar Dharmaprabhasa, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Bandingnya, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Buddha itu akan membuat tanah Buddhanya dari selaksa juta semesta dunia sebanyak pasir-pasir sungai Gangga dengan 7 benda berharga untuk buminya, dan tanahnya akan datar seperti telapak tangan yang tiada satupun tanah perbukitan ataupun lembah, selokan serta pasir, dan ditengah-tengahnya terisi dengan teras-teras dari 7 benda berharga. Istana-istana dari para dewanya akan terletak berdekatan diatas langit, dimana para manusia dan para dewa akan dapat saling bertemu dan saling melihat. Disana tidak akan ada jalan kejahatan ataupun jenis wanita, karena seluruh mahluk hidup akan dilahirkan dalam bentuk badan halus sehingga tidak ada hawa nafsu birahi lagi. Mereka akan mempunyai kekuatan yang tak terbayangkan dan tubuhnya akan memancarkan sinar cahaya serta mereka akan dapat terbang kemana saja ses**anya; kemauan dan ingatan mereka akan menjadi teguh serta mereka akan bersemangat dan berbudi luhur, semuanya serba berlapis emas dan terhiasi dengan 32 tanda. Seluruh umat dalam kawasannya akan senantiasa mengemari 2 macam santapan yaitu, yang pertama adalah santapan kebahagiaan didalam Hukum Kesunyataan sedang yang lain adalah santapan kegemaran dalam meditasi. Akan terdapat juga sekelompok asamkhyeya yang tak terbatas dan beribu-ribu kotis nayuta Bodhisatva yang semuanya telah mencapai kemampuan agung yang tak terbayangkan dan telah mencapai 4 tingkatan Kebijaksanaan Arhat yang tak terintangi serta telah memiliki kecakapan yang sempurna didalam mengajar segala jenis mahluk hidup. Para sravakanya tidak dapat diutarkan dengan hitungan maupun jumlahan dan semuanya akan mencapai Kesempurnaan dalam 6 kemampuan yang tak tergambarkan, 3 Kesunyataan dan 8 Jalan utama. Kawasan Buddha itu akan dihiasi dan disempurnakan dengan keistimewaan-keistimewaan yang tak terbatas seperti disebut diatas. Kalpanya dinamakan Ratnavabhasa dan kawasannya akan dinamakan Suvisuddha. Masa hidup dari Buddha itu ialah berkalpa-kalpa asemkhyeya yang tak terbatas dan Hukum Kesunyataan ini akan tinggal selama itu. Sesudah Buddha itu musnah, stupa-stupa akan didirikan diseluruh kawasan tersebut.”
Pada saat itu Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali maka bersabdalah Beliau dalam syair :
Wahai para bhiksu sekalian
Dengarkanlah dengan penuh perhatian
Bahwa Jalan yang telah dilalui putra Buddha
Adalah Jalan Kebijaksanaan sempurna
Yang tiada terjangkau oleh daya pikiran
Mengetahui adanya mereka yang takut
Terhadap kebijaksanaan yang agung ini
Dan mereka semua menikmati kehinaannya
Menyebabkan para Bodhisatva menjadi
Sravaka dan Pratyeka Buddha
Dengan penuh tanggung jawab dan berbagai cara
Mereka mentahbiskan berbagai macam mahluk
Dengan berkata ,,Kita hanyalah sravaka
yang telah jauh tergeser dari Jalan Buddha”. Mereka telah membebaskan beribu-ribu mahluk
Semuanya telah menyempurnakan jalan mereka
Bahkan rnereka yang tidak mempunyai hasrat
dan bersikap acuh tak acuh akan menjadi Buddha
Didalam bathin mereka tersembunyi
pnlaku dan tindak tanduk Bodhisatva
Meskipun diluarnya nampaknya sebagai sravaka
Dengan sedikit keinginan pada hidup duniawi
Mereka benar-benar mensucikan kawasan Buddhanya
Mereka menunjukkan seolah diri mereka
Masih dihinggapi oleh lobha, dosa dan moha
Seolah-olah berpandangan seperti tak beragama
Demikianlah yang dilakukan oleh pengikutKu
Dengan penuh keyakinan menyelamatkan para umat
Jika aku jelaskan seluruhnya tentang mahluk
Yang akan tumimbal Iahir nanti
Maka para mahluk yang mendengarnya
Menjadi ternganga dan penuh kebimbangan
Sekarang Sang Purna ini
Dibawah ribuan koti dari para Buddha
Yang terdahulu telah mengamalkan dengan rajin
Dan telah memaklumkan dan me1indungi
Hukum Kesunyataan dari Sang Buddha ini
Ia telah mencapai Kebijaksanaan Agung
Dan diantara para Buddha Ia telah membuktikan
Bahwa dirinya adalah pengikut yang sejati
Yang dalarn pemahaman dan pengetahuan
Didalam berkhotbah ia tidak pernah gentar
Ia mampu membuat hati semua mahluk gembira
Ia tidak pernah merasa letih didalam membantu
Dan melaksanakan tugas-tugas Sang Buddha. Setelah memperoleh kemampuan agung
Yang tidak dapat dibayangkan dengan pikiran
Mendapatkan empat kebijaksanaan Arahat
Yang mampu mengetahui kecerdasan orang lain
Demikian p**a kebodohannya orang lain
Ia senantiasa mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Dengan menguraikan prinsip-prinsip dari Hukum ini
Ia telah mengajarkannya kepada ribuan koti urnat
Untuk memimpin mereka dalam perenungan
Dalam kendaraan Hukum Kesunyataan yang agung ini
Dan mensucikan tanah Buddhanya. Dimasa mendatang iapun akan memuliakan p**a
Para Buddha yang tak terbatas jumlahnya
Melindungi dan membantu memaklumkan Hukum
Dimasa mendatang iapun akan memuliakan p**a
Para Buddha yang tak terbatas jumlahnya
Membantu memaklumkan Hukum yang benar ini
Dan ia sendiri mensucikan tanah Buddhanya
Dengan cara yang bijaksana tanpa gentar
Ia terus mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini
Dan membimbing para umat yang tiada terhitung
Untuk mencapai pengetahuan yang agung ini
Memuliakan para Tathagata dan menjaga
Kelangsungan dari Hukum Kesunyataan itu
Kemudian ia menjadi seorang Buddha
Dengan bergelar Dharmaprabhasa
Kawasannya disebut Ratnavabhasa
Yang akan terbentuk dari 7 benda berharga
Dan kalpanya disebut Sovisudha
Dengan para Bodhisatvanya sekelompok besar
Yang jumlahnya berkoti-koti banyaknya
Seluruhnya mencapai kemampuan yang agung
Yang sempurna dan menakjubkan kekuatannya
Para sravakanya yang tak terhitung jumlahnya
Memenuhi kawasannya itu dengan 3 kesunyataan
Dan delapan Jalan Utama, yang telah mencapai
Keempat Kebijaksanaan Arahat yang tak terhalangi
Demikian p**a halnya dengan para wiharawannya
Yang menghuni kawasan itu akan bebas dari
segala nafsu yang menimbulkan birahi
Suci dan terlahir dalam penjelmaan
Terhias dengan segala tanda-tanda
Bahagia dalam kebenaran Hukum Kesunyataan
Dan selalu bergembira dalam meditasi
Menghayati Hukum Kesunyataan dan meditasi
Telah menjadi santapan rohani mereka itu
Tanpa memikirkan lagi hal-hal yang lain
Tiada seorang jenis wanitapun berada disana
Tidak lagi ada jalan kejahatan disitu
Puma Sang bhiksu telah sempurna jasaNya
Akan memperoleh tanah suci ini
Yang dihuni oleh para arif bijaksana
Demikianlah hal yang luar biasa ini
Telah kunyatakan secara singkat pada kalian.”
Kemudian kedua belas arhat yang percaya pada dirinya sendiri, berpikir demikian “Betapa bahagianya kami memperoleh pengalaman yang belum pernah kami dapatkan. Seandainya, Yang Maha Agung berkenan meramalkan masing-masing diri kita tentang takdir yang mendatang nanti, betapa sangat gembiranya hati kami !“
Sang Buddha yang mengetahui pikiran dalam batin mereka itu, kemudian menyapa sang Maha-Kasyapa dan bersabda : “Dihadapan keduabelas Arhat ini, biarlah sekarang Aku mengantarkannya ke dalam Penerangan Agung. Diantara persidangan ini, pengikut agungKU Bhiksu Katindinya, setelah mengabdi pada 62 ribu kotis para Buddha akan, menjadi seorang Buddha yang bergelar SAMANTAPRABHASA Tathagata, Yang Maha Mulia, Bijaksana. Yang telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna. Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Kelima ratus para arhat yang lain, yaitu Uruvilva-Kasyapa, Gaya-Kayapa, Nadi-Kasyapa, Kalodayin, Udayin, Aniruddha, Revata, Kapphina, Vakkhula, Cunda, Svagata, dan lain-lainnya, semuanya akan mencapai Penerangan Agung dan semuanya akan bergelar sama yaitu SAMANTAPRABHASA. Pada saat itu Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, bersabdalah Beliau dalam syair :
“Bhiksu Kaundinya,
Akan melihat para Buddha yang tak terhitung,
Dan sesudah berkalpa-kalpa àsamkhyeya lewat
Mencapai Penerangan Agung. Senantiasa memancarkan cahaya agung,
Sempuma dalam kekuatan ghaib,
Kemasyhurannya tersebar diseluruh alam semesta,
Dipuja oleh semua umat,
Selalu mengkhotbahkan jalan agung,
Gelarnya akan menjadi SAMANTAPRABHASA. Kawasannya akan menjadi suci,
Para Bodhisatvanya semuanya pemberani;
Semuanya menaiki kendaraan-kendaraan yang
menakjubkan,
Siap akan melanglang ke semua negeri,
Dengan persembahan yang tiada duanya,
Menyajikannya kepada para Buddha. Sesudah membuat persembahan ini
Hati mereka akan merasa sangat bergembira
Semuanya segera kembali ke kawasannya sendiri;
Demikianlah daya gaib mereka. Masa hidupnya Buddha itu akan selama 6 ribu kalpa,
Hukumnya yang Benar akan bergema dua kali masa hidupnya,
Hukum yang Palsu akan menggelora dua kali lipat masanya. Jika HukumNya berakhir, maka dewa dan manusia akan bersedih. Ke 500 bhiksu yang lain,
Satu persatu akan menjadi Buddha,
Dengan gelar yang sama yaitu
SAMANTAPRABHASA,
Secara bergantian masmg-masing akan berkhotbah,
“Sesudah kemusnahanKu
Si anu akan menjadi Buddha,
Dunia yang ia ajari
Akan seperti duniaku hari ini.”
Kemegahan dari kesucian kawasannya
Dan kekuatan gaibnya,
Para Bodhisatva dan Sravakanya,
Hukumnya yang Benar dan Hukumnya yang Palsu,
Masa Iama kalpanya,
Semuanya akan terjadi seperti apa yang telah dinyatakan tadi. Kasyapa! Sekarang engkau mengetahui
Kelima ratus orang yang percaya pada diri sendiri ini
Kelompok para sravaka yang lain
Juga akan menjadi seperti mereka. Kepada rnereka yang tidak berada dalam pesamuan ini’
Engkaülah yang memaklumkan titahKu.”
Kemudian kelima ratus Arhat yang dimuka Sang Buddha itu, setelah menerima penetapan ini, semuanya diliputi perasaan gembira yang meluap-luap dan seketika mereka bangkit dari ternpat duduknya serta pergi kehadapan Sang Buddha dan bersujud dikakiNya. Mereka menyesali perbuatan-perbuatan tercelanya dan rnemarahi diri mereka sendiri dengan berkata “Yang Maha Agung ! Tiada henti-hentinya kami telah berpikir bahwa kami telah mencapai nirwana. Tetapi sekarang kami sadar bahwa kami semua hanyalah orang-orang yang bodoh. Karena betapapun juga kami masih harus memperoleh kebijaksanaan Sang Tathagata, dan tidak seharusnya merasa puas dengan pengetahuan yang rendah.
“Yang Maha Agung ! Hal ini seakan-akan seperti seseorang yang pergi kerumah teman akrabnya dan disitu ia mabuk dan tertidur. Sementara itu temannya yang harus menjalankan tugas kantornya, mengikatkan sebuah permata yang tak ternilai harganya didalam pakaian orang itu sebagai hadiah dan sesudah itu berangkatlah ia. Orang yang sedang rnabuk dan tertidur itu tidak mengetahui sedikitpun akan hal ini. Sesudah terbangun, kemudian ia meneruskan perjalanannya sampai ia tiba di beberapa negeri lain dimana untuk sandang dan pangan ia mengeluarkan banyak tenaga dan usaha serta mengalami banyak kerja keras yang berlebih-lebihan, dan ia merasa puas dengan apa yang ia peroleh meskipun itu cuma sedikit. Akhirnya, secara kebetulan sang teman menjumpainya dan berkata “Hai tuan ! Bagaimana engkau bisa berbuat hal yang demikian ini hanya untuk sandang dan pangan saja ? Karena menginginkan engkau berbahagia dan dapat memuaskan kelima keinginanmu, maka dahulu pada tahun itu, bulan dan hari itu, aku ikatkan sebuah permata yang tak ternilai harganya didalam pakaianmu. Sekarang sudah begitu lamanya benda itu tinggal disitu dan engkau karena tidak mengetahuinya maka engkau memperbudak dan bercemas diri untuk menjaga kelangsungan hidupmu. Betapa bodohnya ! Sekarang pergilah dan tukarkan permata itu dengan apa yang engkau perlukan dan berbuatlah ses**amu, bebas dari segala kemiskinan dan kekurangan.”
“Sang Buddha juga seperti ini. Ketika Beliau seorang Bodhisatva, Beliau mengajar kami untuk memahami makna dari kebijaksanaan agung tetapi kami segera melupakannya tanpa memahami ataupun merasainya. Setelah mencapai jalan Arhat, kami rnerasa bahwa kami telah mencapai nirvana. Didalam usaha yang keras untuk hidup, maka kami telah memuaskan diri kami scndiri dengan kehinaan belaka, tetapi cita-cita untuk mencapai kebijaksanaan agung masih tetap ada dan tidak pernah hilang, dan sekarang Yang Maha Agung membangunkan kami dan bersabda begini “Para bhiksu sekalian ! Apa yang telah kalian capai bukanlah nirvana yang sejati. Telah sekian lama Aku menyebabkan kalian untuk memelihara akar-akar dari kebaikan Buddha dan dengan alasan-alasan yang bijaksana, Aku telah menunjukkan suatu bentuk dari nirvana. Tetapi kalian malahan rnenganggapnya sebagai nirvana sejati yang telah kalian capai. Sekarang kita mengetahui bahwa kita semua nyata-nyata Bodhisatva yang telah ditetapkan akan mencapai Penerangan Agung. Karenanya kita sangat bergernbira atas pencapaian yang belum pernah kita dapatkan ini.”
Kemudian Ajnata-Kaundinya dan lain-lainnya menginginkan untuk memaklumkan maksud ini lagi, maka berkatalah Ia dalam syair :
“Kami. demi mendengar sabdaNya
Yang menetapkan kami dalam kesenangan yang tiada tara
Berbahagia atas nasib kita yang tak diharap-harapkan ini. Dan dengan tulus rnenghormat Sang Buddha Yang Maha Bijaksana. Sekarang dihadapan Yang Maha Agung,
Kita menyesali diri sendiri atas kesalahan-kesalahan kita:
Meskipun harta Sang Buddha yang berlimpah sedang menunggu
Dengan sekelumit kenirvanaan
Kita, seperti orang yang dungu dan bodoh,
Segera menjadi puas. Seperti halnya seorang yang miskin
Yang pergi kerumah seorang temannya. Teman itu adalah seorang yang kaya raya
Menjamunya makanan-makanan yang istimewa
dihadapannya. Sebutir mutiarä yang tak ternilai harganya
Ia ikatkan dipakaiannya sebelah dalam,
Pada waktu ia tidur dan tidak sadar. Dengan diarn-diam memberikannya dan berangkatlah Ia
Orang itu ketika terbangun
Melanjutkan perjalanannya ke lain negeri
Untuk mencari sandang dan pangan agar tetap hidup,
Menderita banyak kes**aran demi hidupnya,
Merasa puas meskipun begitu sedikit,
Tiada berhasrat rnemperbaiki,
Tiada menyadari didalam pakaiannya sebelah dalam
Terdapat sebutir permata yang tiada ternilai harganya. Teman yang memberikan permata itu kepadanya
Pada akhirnya menjumpai orang miskin ini
Dan dengan pahitnya mencelanya,
Menunjukkan dimana permata itu terikatkan. Orang yang miskin itu ketika melihat perrnata ini
Dihinggapi kegembiraan yang besar;
Kaya dalam harta bendanya
Ia dapat memenuhi kelima keinginannya. Begitu juga kita. Sekian lamanya Sang Buddha
Selalu mengasihi dan mengajar kita
Untuk memelihara cita-cita yang paling agung;
Tetapi karena ketidak-tahuan kita,
Kita tidak meresapi ataupun memahaminya;
Memperoleh sedikit sekali tentang nirvana,
Karena sudah merasa puas maka kami tidak
mencahari apapun lagi. Sekarang Sang Buddha telah menyadarkan kami,
Dengan bersabda bahwa ini bukan Nirvana yang sejati
Hanya setelah mencapai kebijaksanaan Buddha yang Agung
Disitulah Nirvana yang sejati
Sekarang setelah kami mendengar dari Sang Buddha
Tentang penetapan kami dan kemegahannya
Serta menerima perintah sebagai imbalannya
Jiwa dan raga penuh rasa kebahagiaan.”
BAB IX
RAMALAN TENTANG ANANDA, RAHULA DAN 2000 BHIKKU
Pada waktu itu Ananda dan Rahula membayangkan demikian : “Kami telah berpikir dalam diri kami sendiri, seandainya hari depan kami dijelaskan, betapa akan gembiranya hati kami !” Kemudian mereka bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah Sang Buddha, kemudian bersujud pada kakinya dan bersama-sama berkata kepada Sang Buddha:” Yang Maha Agung ! biarlah kami didalam hal ini juga mempunyai sebuah kedudukan. Kami hanya percaya kepada Sang Tathagata. Kami diperkenalkan serta dikenal oleh semua dunia termasuk para dewanya, manusia-manusianya, dan asuranya. Ananda selalu sebagai pembantu yang melindungi dan memelihara Hukum Kesunyataan ini, dan Rahula adalah putra Sang Buddha. Seandainya Sang Buddha menganggap layak untuk menetapkan kami mencapai Penerangan Agung, maka keinginan-keinginan kami akan terkabul dan harapan orang-orang akan terpenuhi.”
Kemudian kedua ribu Sravaka yang masih dibawah asuhan maupun yang sudah tidak dibawah asuhan, semua bangkit dari tempat duduknya serta menutup bahu kanannya kemudian berjalan kearah Sang Buddha sambil mengatupkan tangannya dan memandang kearah Sang Buddha, mengucapkan keinginannya seperti yang diucapkan oleh Ananda dan Rahula dalam barisan. Kemudian Sang Buddha bersabda kepada Ananda: “Didalam dunia yang akan datang, engkau akan menjadi seorang Buddha dengan gelar Sagara Varadara Buddhi Virridhi Tabigna, Tathagata, Maha Terhormat, Maha Bijaksana, Pemimpin Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Bebas dari Ikatan-ikatan, Maha Tahu Dunia, Maha Pengatur, Pemimpin yang tak ada bandingannya, Guru dari para Dewa dan Manusia, Sang Buddha, Yang Dihormati Dunia. Ia akan mengabdi kepada enam puluh dua koti para Buddha, melindungi serta memelihara kekayaan hukum, dan setelahnya mencapai Penerangan Agung, kemudian mengasuh ( melatih ) duapuluh ribu koti Bodhisatva yang tak terbilang jumlahnya seperti pasir sungai Gangga, mengarahkan mereka hingga mencapai Penerangan Agung. Kawasannya akan disebut Anavanamita Vaigayanta. Kawasannya akan menjadi indah dan tanahnya berlapis lazuardi. Kalpanya disebut Manognasabdabhigargita. Masa kehid**an dari Sang Buddha ini, akan menjadi beribu-ribu koti asamkheya kalpa yang tak terbatas jumlahnya, sehingga apabila seseorang menghitung jumlah koti yang tak terbatas jumlahnya itu, tidaklah mungkin untuk mengetahuinya. Hukumnya yang benar akan berada didunia dua kali dari masa kehid**annya, dan hukumnya yang palsu akan berada didunia dua kali masa hukumnya yang benar. Ananda ! Sang Buddha Sagara Varadara Buddhi Virridhi Tabigna, akan dipuja dan jasa-jasanya akan dihargai oleh ribuan koti Buddha-Tathagata yang tak terbilang jumlahnya seperti pasir sungai Gangga. Kemudian Yang Maha Agung menghendaki untuk mengumumkan kembali ajaran ini, bersabdalah di dalam syair sebagai berikut :
Sekarang Aku nyatakan kepada kalian
Para viharawan, bahwa Ananda
Sipemelihara Hukum Kesunyataan
Akan mengabdi kepada para Buddha
Setelah itu Ia akan mencapai Penerangan Agung
Dengan gelar Sagara Varadara Buddhi Virridhi Tabigna
Sang Buddha, raja yang berkuasa atas semua alam
Kawasannya menjadi indah disebut Anavanamita Vaigayanta
Beliau akan mengajar para Bodhisatva banyak sekali
Yang jumlahnya sebanyak pasir di sungai Gangga
Sang Buddha akan mempunyai daya kekuatan besar
Kemashurannya meliputi seluruh alam semesta
Masa kehid**annya tak dapat dihitung
Karena belas kasihannya kepada mahluk-mahluk hidup
Maka hukumnya yang benar umurnya menjadi dua kali dari masa hidupnya
Hukumnya yang palsu lipa dua kalinya
Banyaknya seperti pasir di sungai Gangga
Para mahluk hidup tak terbilang banyaknya
Dengan Hukum Kebuddhaan ini mereka akan
Membina benih-benih Jalan Kebuddhaan
Kemudian kedelapan ribu bodhisattva didalam persidangan yang baru saja dimulai lagi, semua berpikir demikian : “Kami belum mendengar bahwa para Bodhisatva yang paling lama, menerima penetapan-penetapan seperti ini. Apakah yang dapat menjadi sebab bahwa para Sravaka ini memperoleh penetapan yang demikian ?” karena Yang Maha Agung mengetahui apa yang sedang direnungkan didalam pikiran para Bodhisatva, maka bersabdalah Beliau : “Anak-anak yang baik ! Aku dan Ananda berdua dibawah Buddha Tathagata Dharmagahanabhyudgataraga serempak mempunyai gagasan untuk mencapai Penerangan Agung. Ananda selalu bersemangat didalam belajar, sementara itu Aku mencurahkan diriku untuk bergerak maju dengan aktif. Oleh karena Aku telah mencapai Penerangan Agung, sedangkan Ananda masih memelihara hukumKu, karena Beliau (Ananda) bersedia memelihara kekayaan hukum para Buddha pada masa yang akan datang dan mengajar serta menyempurnakan kelompok para Bodhisatva. Demikianlah prasetya yang sebenarnya dan oleh karenanya dia menerima penetapan ini.”
Ananda berhadap-hadapan dengan Sang Buddha, setelah mendengar penetapan dan perhiasan kawasannya, dan bahwa ikrarnya telah terkabul, Beliau sangat bergembira memperoleh berita yang tak terduga ini. Dengan segera beliau mengingat-ingat kekayaan hukum yang telah silam dari beribu-ribu koti para Buddha yang tak terbilang jumlahnya, dan memahaminya tanpa ada kes**aran, seolah-olah beliau baru saja mendengarkannya dan teringat juga akan prasetyanya. Kemudian Ananda berbicara dalam syair:
“Ketika Aku menjadi seorang pangeran agung,
Rahula adalah putraku yang tertua
Sekarang, karena Aku telah mencapai Jalan Kebuddhaan
Maka Ia (Rahula) adalah pewaris hukumKu ini. Dimasa dunia-dunia mendatang,
Setelah melihat beribu-ribu koti Buddha yang tanpa batas,
Maka kepada beliau-beliaulah dia akan menjadi putra tertua
Dan dengan sepenuh hati mencari Jalan Kebuddhaan
Dari ceramah Rahula yang tersembunyi
Hanya Akulah yang mengetahuinya
Sebagai AnakKu yang tertua pada saat ini
Ia diperkenalkan kepada semua
Beribu-ribu koti yang tak terbatas
Jasa-jasanya, tak ternilai banyaknya
Penuh ketentraman berada didalam Hukum Buddha
Ia mencari Jalan yang Agung.”
Pada waktu itu Yang Maha Agung memandang kepada kedua ribu manusia yang masih dibawah asuhan maupun yang sudah tidak bawah asuhan dengan perasaan iba, tenang serta mengharukan, yang sedang memperhatikan Sang Buddha dengan sepenuh hati. Sang Buddha bersabda kepada Ananda : “Apakah Engkau melihat dua ribu manusia yang masih dibawah asuhan maupun yang sudah tidak dibawah asuhan ini ?”
“Ya, saya melihat,” Ananda ! manusia-manusia ini akan mengabdi kepada para Buddha Tathagata yang tak terbatas jumlahnya seperti atom-atom dari lima puluh dunia, memuja dan menghormatinya, memelihara kekayaan hukumnya, dan akhirnya pada waktu yang bersamaan, didalam kawasan-kawasan diseluruh penjuru, masing-masing akan menjadi seorang Buddha. Semua akan mempunyai gelar yang sama, yaitu Ratna Keturagas Tathagata, Maha Terhormat, Maha Bijaksana, Pemimpin Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Bebas dari ikatan-ikatan, Maha Tahu Dunia, Pemimpin yang tak ada bandingannya, Maha Pengatur, Guru dari Para Dewa dan Manusia, Sang Buddha, Yang Dihormati Dunia. Masa hidupnya akan menjadi satu kalpa, dan kemegahan kawasannya, para Sravaka dan para Bodhisatvanya, hukumnya yang sejati dan hukumnya yang palsu, semuanya akan menjadi sama.”
Kemudian Yang Dihormati Dunia, yang menghendaki untuk mengumumkan kembali ajaran ini, bersabdalah didalam syair sebagai berikut :
Kedua ribu Sravaka
Yang sekarang berada dihadapanku ini
Aku berikan wejangan kepada mereka
Dimasa yang akan datang mereka akan menjadi Buddha
Para Buddha yang mereka puja dan puji
Seperti atom-atom yang tak terbatas jumlahnya
Setelah memelihara kekayaan hukumnya
Mereka akan mencapai Penerangan Agung
Didalam kawasan-kawasan diseluruh penjuru
Masing-masing akan mempunyai gelar yang sama
Serempak duduk pada tingkat kebijaksanaan
Mereka akan membuktikan kebijaksanaan Agung
Semuanya akan disebut Ratna Ketu
Kawasan-kawasannya dan penganut-penganutnya
Hukumnya yang sejati dan hukumnya yang palsu
Semuanya akan sama tanpa ada perbedaan
Semuanya dengan kekuatan-kekuatan yang tanpa batas
Akan menyelamatkan mahluk-mahluk hidup yang berada dimana-mana
Dan kemashurannya mengisi alam semesta
Kemudian Beliau akan masuk ke Nirvana. Kemudian kedua ribu manusia yang masih dibawah asuhan maupun yang sudah tidak dibawah asuhan, setelah mendengar penetapan dari Sang Buddha, menjadi senang dan dihinggapi perasaan gembira, dan berbicara didalam syair sebagai berikut :
“Yang Dihormati Dunia ! Pelita kebijaksanaan yang cemerlang ! Kami setelah mendengar pernyataan ini
Menjadi senang dan perasaan kami sangat gembira
Seolah-olah dihujani dengan embun yang bersih.”
bab10-12
BAB X
DHARMA DUTA ( PENGKHOTBAH)
Pada saat itu Sang Buddha menyapa ke 80 ribu para pemimpin agung melalui Baisaja Raja dengan bersabda : “Wahai Baisajaraja ! apakah engkau lihat dalam pesamuan ini para dewa, raja-raja naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, begitu juga para bhikku dan bhiksuni, lelaki dan perempuan yang menaruh rasa pengabdian, pencahari kebodhisatvaan, ataupun para pencahari kebuddhaan yang semuannya dalam jumlah yang tak terbatas ini ? Seluruh umat-umat yang berada dihadapan Sang Buddha ini, seandainya mereka mendengar hanya sebait syair ataupun meski hanya sepatah kata dari Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ataupun meski Cuma sekelumit perasaan senang padanya, maka Aku tetapkan bahwa mereka itu akan mencapai Penerangan Agung.”
Kemudian Sang Buddha menyapa lagi Sang Baisaja-Raja : “Lebih-lebih lagi sesudah kemoksaan Sang Tathagata, jika ada seseorang yang mendengar meski hanya sebait syair atau sepatah kata dari Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan ataupun dengan sekelumit perasaan s**a padanya, maka Aku tetapkan mereka juga akan mencapai Penerangan Agung.” Dan jika ada seseorang lagi yang menerima dan memelihara, membaca dan meresapi, mengajarkan dan menurunkan meskipun hanya sebait syair dalam Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan serta memandang sutra ini dengan takzim seolah-olah memandang Sang Buddha, dan membuat persembahan kepadanya dengan berbagai macam cara dengan bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, bubuk cendana, salep-salep harum, ded**aan, tirai sutera, panji-panji, bendera-bendera, pakaian-pakaian, dan irama lagu, serta memujinya dengan tangan terkatub; maka ketahuilah, wahai Baisaja-raja bahwa orang-orang ini telah melayani 10 ribu kotis dari para Buddha dan dibawah para Buddha itu mereka telah menjalankan ikrarnya dan oleh karena rasa kasih dan sayang terhadap semua mahluk maka mereka terlahir disini diantara manusia. Wahai, Baisaja-Raja ! Seandainya ada seseorang yang bertanya kepadamu tentang mahuk yang bagaimana yang akan menjadi Buddha di dunia yang mendatang nanti, maka jawablah mereka bahwa orang-orang itulah yang tentu akan menjadi Buddha di dunia yang akan datang. Karena betapapun juga jika para putera-putera dan puteri-puteriKu yang baik menerima dan memelihara, membaca dan meresapi, mengajarkannya, serta menurunnya meskipun hanya sepatah kata dalam Sutra Bunga Hukum serta membuat persembahan-persembahan kepadanya dalam berbagai cara dengan bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, bubuk cendana, salep-salep harum, ded**aan, tirai-tirai sutera, panji-panji, bendera-bendera, pakaian-pakaian dan irama dendang, serta memujanya dengan tangan terkatub, maka orang-orang ini akan dihormati oleh seluruh dunia; dan jika engkau menghormati Sang Tathagata, maka engkaupun harus menghormati mereka. Ketahuilah orang-orang ini adalah para Bodhisatva agung yang setelah mereka mencapai Penerangan Agung dan menyayangi seluruh umat, mereka bers**a hati lahir didunia ini dan secara luas memaklumkan serta mengajarkan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan. Betapa akan lebih bertambah banyaknya orang-orang yang dengan sempurna mampu menerima, memelihara dan menghormatinya dengan cara apapun ! Ketahuilah, Wahai Baisaja-Raja ! bahwa orang-orang ini semuanya tidak menuntut balas jasa dari karma suci mereka dan sesudah kemokshaanKu nanti, orang-orang ini dengan kasih sayang kepada seluruh umat, akan terlahir di dunia angkara serta secara luas akan memaklumkan sutra ini. Jika putera-putera dan puteri-puteriKu yang baik ini nanti sesudah kemokshaanKu dapat mengkhotbahkan tentang Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini meskipun dengan cara rahasia kepada seseorang, meskipun hanya dengan sepatah kata saja, maka ketahuilah bahwa orang-orang ini adalah utusan-utusan Sang Tathagata yang diutus oleh Sang Tathagata untuk menjalankan perbuatan-perbuatan Sang Tathagata. Dan betapa besar budinya orang-orang yang berkhotbah dengan panjang lebar kepada orang lain di suatu pertemuan agung. bahkan seandainya, ada orang-orang jahat yang sangat durhaka yang selama satu kalpa penuh muncul dihadapan Sang Buddha dan mengutuk Sang Buddha, maka dosanya masih tetap ringan. Tetapi jika seseorang meskipun hanya dengan satu perkataan busuk saja yang mencemarkan para pengikut setia ataupun para viharawan yang membaca dan meresapi Sutra Bunga Hukum Kesunyataan itu, maka dosa orang itu sungguh-sungguh berat. Dia yang telah membaca dan menghafalkan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini, ketahuilah bahwa orang itu telah menghiasi dirinya sendiri dengan hiasan Sang Buddha dan oleh karenanya memanggul Sang Tathagata diatas pundakNya. Kemanapun ia pergi, ia akan dihormati dengan sepenuh hati dengan tangan terkatub, memuja, menghormat, dan memuliakan serta memuji dan membuat persembahan-persembahan kepadanya dari bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, bubuk cendana, salep-salep harum, ded**aan, tirai-tirai sutera, panji-panji, bendera-bendera, pakaian-pakaian, makanan dan kelezatan serta dendang lagu. Dia akan disuguhi dengan persembahan-persembahan yang paling istimewa yang ada diantara manusia. Dia akan dihamburi dengan permata indah dan sesaji-sesaji dibuat dari gundukan permata-permata dari surga. Karena betapapun juga orang ini telah bers**a cita dalam mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan, maka mereka yang mendengarnya meskipun hanya sekejap akan mencapai Penerangan Agung.”
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dengan syair :
“Bila seorang ingin berjalan di Jalan Kebuddhaan
Dan memperoleh kebijaksanaan alam gaib
Ia harus selalu memuliakan dengan tulus
Para pemelihara Bunga Hukum Kesunyataan ini
Bila seorang ingin segera mencapai
Setiap ragam kebijaksanaan
Ia harus menerima dan memelihara Sutra ini
Dan memuliakan mereka yang memeliharanya
Bilamana orang mampu menerima dan menjaga
Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
Beritahukanlah mereka bahwa inilah utusan Sang Buddha
Yang menyayangi seluruh umat
Dia yang dapat menerima dan memelihara
Sutra Bunga Hukum Kesunyataan Yang Menakjubkan
Memasrahkan daerahnya yang suci
Dan karena kasih sayangnya kepada umat, terlahir disini;
Ketahuilah bahwa orang semacam ini
Bebas terlahir dimanapun ia s**a
Dan mampu, didalam dunia yang penuh dosa ini
Berkhotbah secara luas tentang Hukum Yang Agung
Kalian harus dengan bunga-bunga surga dan wewangian;
Pakaian-pakaian dari permata kasuargan
Dan setumpuk manikam surga yang menakjubkan
Menghormati seorang pengkhotbah hukum kesunyataan ini
Didalam zaman engkau sesudah kemokshaanKu
Mereka yang dapat memelihara Sutra ini
Harus dihormati dan dipuja dengan hikmat
Seolah-olah menghormat Yang Maha Agung
Dengan makanan-makanan yang paling lezat
Dengan segala macam pakaian
Putera dari Sang Buddha ini harus dimuliakan
Dengan harapan mendengar ajarannya meskipun hanya sekejap
Didalam masa yang mendatang, jika seseorang dapat
Menerima dan memelihara Sutra ini
Aku akan mengutusnya untuk menjadi manusia
Guna melaksanakan tugas Sang Tathagata
Jika seseorang selama satu kalpa
Terus menerus berhati jahat
Dan dengan sikap yang marah, mencerca Sang Buddha
Dia menanggung dosa berat yang tak terhingga
Tetapi seseorang yang membaca, menghafalkan dan memelihara
Sutra dari Bunga Hukum ini;
Jika seseorang memakinya meskipun hanya sebentar,
Dosanya tetap lebih berat. Seseorang yang selalu mencari jalan keBuddhaan
Dan selama satu kalpa penuh
Dengan tangan terkatub dihadapanKu
MemujiKu dalam syair-syair yang tak terhitung
Justru karena ia memuji Sang Buddha
Akan memperoleh jasa yang tak terhingga
Dan ia yang memuji para pemelihara Sutra
Kebahagiaannya akan menjadi lebih besar
Selama 80 koti kalpa
Dengan warna dan suara
Bebauan, rasa dan sentuhan yang paling istimewa
Jika seseorang memuliakan para pemelihara sutra
Jika telah memuliakannya sedemikian rupa
Dia mendengarnya dari mereka meskipun Cuma sebentar,
Biarkan ia menyatakan selamat pada dirinya
Dengan berkata : “Saya telah memperoleh suatu peruntungan yang besar.”
Wahai Baisajaraja ! Sekarang Aku katakan kepadamu
Tentang Sutra yang telah Aku khotbahkan,
Diantara sutra-sutra ini semua
Bunga Hukum Kesunyataan yang paling terkemuka.”
Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Baisaja-Raja Bodhisatva Mahasatva lagi dengan bersabda : “Aku khotbahkan sutra-sutra sebanyak beribu-ribu koti yang tak terbatas, baik yang sudah selesai dikhotbahkan, sedang dikhotbahkan sekarang, ataupun yang akan dikhotbahkan dimasa mendatang; dan diantara semua itu, Sutra Bunga Hukum Kesunyataan inilah yang paling sulit dipercaya dan yang paling sulit dipahami. Wahai Baisaja-Raja ! sutra ini adalah gaib, suatu kekayaan yang azasi dari para Buddha yang tidak boleh diajarkan ataupun disampaikan secara serampangan kepada manusia. Sutra yang selalu dipelihara oleh para Buddha yang maha agung, yang dari dahulu kala belum pernah diajarkan maupun dikhotbahkan. Dan ketika Sang Tathagata masih berada disini, sutra ini telah banyak menimbulkan permusuhan dan rasa iri dan lebih-lebih sesudah kemokshaanNya !
“Ketahuilah, wahai Baisaja-Raja ! Sesudah Sang Tathagata moksha, maka mereka yang dapat menurun, memelihara, membaca, menghafalkan, memuliakan dan mengkhotbahkannya kepada orang lain, akan dinobatkan oleh Sang Tathagata dengan JubahNya serta akan dilindungi dan diingat oleh para Buddha yang tinggal didalam lain kawasan. Mereka akan memiliki daya kepercayaan yang agung serta kekuatan ikrar yang teguh dan kekuatan budhi luhur. Ketahuilah, bahwa orang-orang itu akan berkelana bersama Sang Tathagata dan Sang Tathagata akan meletakkan tanganNya diatas kepala-kepala mereka. disetiap tempat dimana Sutra ini dikhotbahkan, dibaca, dihafal, diturun atau isinya dipelihara, maka seseorang harus mendirikan sebuah Caitya dari 7 benda berharga dibuat yang agak tinggi, lapang dan megah. Tetapi tidaklah perlu menyimpan benda relik. Karena didalam caitya ini terdapat seluruh tubuh Sang Tathagata. Caitya ini harus disaji, dipuja, dimuliakan dan dipuji dengan segala macam bebungaan, wewangian, karangan-karangan bunga, tirai-tirai sutra, panji-panji, bendera-bendera, dendang lagu dan nyanyian pujian. Jika seseorang melihat caitya itu kemudian menghormati dan memuliakannya, maka ketahuilah bahwa mereka semua sudah dekat dengan Penerangan Agung. terdapat banyak sekali orang, baik orang-orang biasa maupun para viharawan yang berjalan di dalam jalan kebodhisatvaan yang seolah-olah tidak menyadarinya, tidak mendengar, tidak membaca, menghafalkan, menurun, memelihara, dan memuliakan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini. Tetapi ketahuilah bahwa orang-orang itu belumlah berjalan dengan lurus diatas jalan kebodhisatvaan dan seandainya saja salah seorang dari mereka itu mendengar tentang sutra ini, maka barulah mereka akan dapat berjalan dengan benar didalam jalan kebodhisatvaan. Andaikata para mahluk yang mencari jalan kebuddhaan melihat ataupun mendengar Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini dan sesudah mendengarnya kemudian mempercayai dan meresapi, menerima serta memeliharanya, maka engkau dapat mengetahui bahwa mereka itu sudah dekat dengan Penerangan Agung. Hal ini seperti seseorang yang sangat haus dan sangat membutuhkan air dan dia mencarinya dengan menggali tanah dataran. Sebegitu jauh ia hanya melihat tanah kering saja dan ia menyadari bahwa airnya masih sangat jauh. Dengan tiada henti-hentinya ia mengerahkan tenaganya sampai ia melihat tanah yang basah dan akhirnya mencapailah ia ke tanah lumpur. Kemudian ia berkesimp**an bahwa airnya sudah hampir ditangan. Para Bodhisatva juga seperti ini, jika mereka belum mendengar, memahami, maupun dapat mengerti Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini, maka ketahuilah bahwa mereka masih tetap jauh dari Penerangan Agung. Jika mereka mendengar, memahami, merenungi serta melaksanakannya, maka engkau boleh yakin bahwa sudah dekat dengan Penerangan Agung. Karena betapapun juga Penerangan Agung setiap Bodhisatva seluruhnya tercakup dalam Sutra ini. Sutra ini menghasilkan suatu makna yang lebih dalam tentang cara sepenuhnya ataupun sebagian saja untuk membuka tabir kenyataan yang sesungguhnya. Kekayaan dari Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini sangat dalam dan kokohnya, sangat tersembunyi dan jauh sehingga tidak seorang manusiapun yang mampu mencapainya. Sekarang Sang Buddha telah mengajarkannya untuk mengarahkan dan menyempurnakan para Bodhisatva.”
Wahai Baisaja-Raja ! Jika seorang Bodhisatva ketika mendengar Sutra ini menjadi terkejut, bimbang dan takut maka ketahuilah bahwa inilah orang bodhisatva baru. Jika seorang sravaka ketika mendengar Sutra ini menjadi terkejut, bimbang dan takut, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang congkak.”
Wahai Baisaja-Raja ! Jika terdapat putera dan puteri yang baik yang sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti ingin mengkhotbahkan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini kepada 4 golongan, maka bagaimana ia harus mengkhotbahkannya? Putera yang baik dan puteri yang baik itu memasuki kediaman Sang Tathagata, memakai Jubah Sang Tathagata serta duduk diatas tahta Sang Tathagata, dan ia harus memaklumkan secara panjang lebar kepada 4 golongan pendengar tadi.
“Kediaman Sang Tathagata adalah hati yang penuh kasih sayang yang ada didalam hati seluruh umat; Jubah Sang Tathagata adalah hati yang lembut dan sabar; sedang Tahta Sang Tathagata ialah budhi dari segala perwujudan. Dengan berpegang teguh pada ini semua dan dengan tekad yang tak tergoyahkan, maka ia akan mengkhotbahkan Sutra Bunga Hukum Kesunyataan ini. Meskipun Aku tinggal didalam alam yang lain, Aku akan mengirimkan para utusan gaib untuk mengumpulkan para pendengar Hukum Kesunyataan ini dan Aku kirimkan juga para bhiksu, bhiksuni gaib serta penganut-penganut lelaki dan perempuan untuk mendengarkan khotbahnya tentang Hukum itu. Semua manusia-manusia gaib ini setelah mendengar Hukum Kesunyataan itu, akan menerimanya dengan baik dan penuh kepercayaan serta mematuhinya. Jika sang pengkhotbah hukum itu berdiam ditempat yang terpencil, maka Aku akan kirimkan para dewa, naga, mahluk-mahluk gaib, gandharva, asura, dan yang lain-lainnya untuk mendengarkan khotbahnya. Meskipun Aku berada dikawasan yang lain, setiap waktu Aku akan membuat sang pengkhotbah Hukum Kesunyataan itu melihatKu. Dan jika ia lupa akan bagian dari Sutra ini, Aku akan kembali dan menjelaskannya sehingga ia dapat menguasainya dengan sempurna.”
Pada saat itu Yang Maha Agung ingin memaklumkan ajaran ini kembali, dan bersabdalah Beliau dengan syair :
“Agar terhindar dari kemalasan
Dengarkanlah Sutra ini ! Begitu jarang kesempatan untuk mendengarkannya
Jarang p**a mereka yang menerimanya dengan penuh kepercayaan
Seperti seorang yang haus membutuhkan air,
Yang mengali disebuah dataran
Masih tetap melihat tanah yang kering dan gersang
Ia tahu bahwa air masih tetap jauh
Tanah basah dan lumpur akhirnya muncul juga
Ia yakin bahwa airnya sudah dekat
Ketahuilah, wahai Baisaja-Raja ! Seperti itulah halnya dengan orang-orang
Yang tidak mendengar Sutra Bunga Hukum ini
Mereka jauh dari kebijaksanaan Sang Buddha
Seharusnya mereka mendengar Sutra agung ini
Yang menentukan hukum bagi para pengikut
Dan merupakan raja dari segala sutra
Dan setelah mendengarnya, kemudian
Merenungkannya dengan sungguh-sungguh
Ketahuilah, bahwa orang-orang itu
Sudah dekat dengan kebijaksanaan Sang Buddha
Jika seseorang mengkhotbahkan sutra ini
Biarlah ia masuk ke tempat tinggal Sang Tathagata
Mengenakan Jubah Sang Tathagata
Dan duduk diatas Tahta Sang Tathagata
Tiada gentar berada ditengah-tengah orang banyak
Biarlah ia mengajarkan dan mengkhotbahkannya dengan terbuka
Dengan kasih sayang yang agung sebagai singgasananya
Kelemah lembutan dan kesabaran untuk jubahnya
Dan kegaiban dari segala perwujudan untuk tahtanya;
Berpegang pada semuanya ini, biarlah ia mengkhotbahkan hukum itu
Seandainya ketika ia mengkhotbahkan sutra ini,
Ada orang dengan mulut yang jahil mencercanya
Atau memukulnya dengan pedang, tongkat, kreweng atau batu
Demi Sang Buddha, biarlah dia bersabar hati
Didalam ribuan koti negeri-negeri
Aku muncul dengan tubuh yang suci dan abadi
Dan didalam koti kalpa yang tak terbatas
Khotbahkanlah hukum itu pada seluruh umat
Jika seseorang sesudah kemokshaanKu
Dapat memaklumkan Sutra ini
Kukirimkan akan 4 kelompok gaib
Dari para bhiksu dan bhiksuni,
Para lelaki dan perempuan yang berjiwa suci
Untuk memuliakannya sebagai guru dari hukum itu
Sementara Aku akan menarik seluruh umat
Dan mengumpulkan mereka untuk mendengarkan ini
Jika seseorang mencarinya untuk mencercanya dengan kata-kata hina
Menyerangnya dengan pedang, tongkat, kreweng ataupun batu
Akan Aku kirimkan mahluk gaib
Untuk menjadi pelindungnya
Jika seseorang pengkhotbah dari hukum ini
Berdiam sendirian di suatu tempat yang terpencil,
Didalam kesunyian dimana tidak terdengar suara manusia
Membaca dan menghafalkan sutra ini
Kemudian Aku akan datang kepadanya
Dengan tubuh yang kekal dan suci
Jika ia lupa akan kalimat-kalimat atau kata-kata
Akan Aku jelaskan sehingga ia menjadi paham
Ketika orang seperti itu telah sempurna didalam perbuatan ini
Baik berkhotbah kepada 4 golongan
Maupun ditempat yang tersembunyi membaca dan menghafalkan sutra itu
Ia selalu akan melihatKu
Jika orang seperti itu tinggal ditempat yang tersembunyi
Akan Aku kirimkan para dewa dan raja-raja naga
Para yaksha, iblis, para roh dan lain-lainnya
Untuk menjadi pendengar dari Hukum ini
Orang itu akan bergembira berkhotbah tentang Hukum itu
Dan mengajarkannya tanpa mengalami rintangan
Karena para Buddha selalu menjaganya dan memperhatikannya
Ia dapat membuat para umat bergembira
Siapapun juga yang akrab dengan pengkhotbah Hukum ini
Akan dengan cepat mencapai jalan kebodhisatvaan
Dan ia yang dapat menjadi seorang murid dari guru itu
Akan melihat para Buddha seperti banyaknya pasir sungai Gangga.”
BAB XI
MUNCULNYA SEBUAH STUPA
Pada saat itu dihadapan Sang Buddha terdapat sebuah Stupa dari 7 Benda Berharga setinggi 500 yojana dengan panjang dan lebar 250 yojana, yang menjulang tinggi dan bertahta di Antariksha. Stupa itu dihias dengan segala macam benda-benda berharga dan dengan megahnya dipercantik dengan 5000 sandaran, 2000 tempat peristirahatan, serta panji-panji, dan bendera yang tak terhitung jumlahnya tergantungi untaian-untaian permata dengan ribuan koti genta-genta manikam yang digantungkan padanya. Pada setiap sisinya menebarkan bebauan dari harumnya kayu cendana tarnalapattra yang semerbak memenuhi dunia. Semua pita dan tirai-tirainya tersusun dan 7 benda berharga, emas, perak, lapis lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia. inutiara, dan jasper yang menjulang tinggi mencapai istana-istana dari keempat raja kesurgan. Tiga puluh tiga dewa menaburi bunga-bunga rnandara surga untuk memuliakan Stupa Indah itu. Sedang dewa-dewa yang lain, naga-naga, yaksha, gandharva, asuras, garuda, kimnara. mahoraga, manusia dan yang bukan manusia, seluruh ribuan koti dari para mahluk ini semuanya memuliakan Stupa dengan segala macam bunga, bebauan, karangan-karangan bunga, pita-pita, tirai dan dendang lagu, memuja, memuliakan serta memujinya. Kemudian dan tengah-tengah Stupa Indah itu terdengar suara lantang yang memuji dan berkata “Bagus sekali Bagus sekali Yang Maha Agung Sakyamuni ! Paduka mampu berkhotbah kepada persidangan agung tentang Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan dari alam semesta dan kebijaksanaan yang agung, dan dengan Sutra itulah para Bodhisatva diberi petunjuk dan Sutra itu p**alah yang selalu dipelihara dan diperhatikan oleh para Buddha. Begitulah, begitulah, Yang Maha Agung Sakyamuni ! Semua yang Paduka sabdakan adalah benar adanya.”
Kemudian keempat golongan yang sedang memandang kearah Stupa Indah yang menjukng tinggi di antariksha serta setelah mendengar suara yang keluar dari Stupa itu, maka semuanya diiputi perasaan s**acita didalam Hukum dan mengagumi kejadian yang tidak pernah terdengar itu, kemudian mereka bangkit dari tempat duduknya serta dengan takzim mengatupkán tangannya dengan menarik diri kesamping. Sementara itu seorang Bodhisatva-Mahasatva yang bernama MAHAPRATIBANA mengetahui adanya kebimbangan dalam hati dari seluruh dunia para dewa, manusia, asura, dan lain-lainnya, maka berkatalah ia pada Sang Buddha dengan bertanya “Yang Maha Agung! Karena apakah maka Stupa ini menjulang tinggi ke angkasa dan dari tengah-tengahnya keluar suara ini ?“
Kemudian Sang Buddha menjelaskan Bodhisatva MAHAPRATIBANA dengan bersabda “Didalam Stupa inilah raga Sang Tathagata bersemayam. Dahulu kala, pada ribuan koti asamkhyeya yang tak terbatas, jauh dibumi sebelah timur sana terdapatlah sebuah kawasan yang bernama RATNAVISUDDHA. Dan didalam kawasan itu adalah seorang Buddha yang bergelar PRABHUTARATNA. Ketika Buddha itu sedang menginjak jalan kebodhisatvaan, ia telah mengucapkan prasetya-agung dengan berkata “Setelah aku menjadi seorang Buddha dan setelah aku moksha, maka dimanapun juga jika didalam negeri di alam semesta ini terdapat suatu tempat dimana Sutra Bunga Hukum dikhotbahkan, maka disitulah Stupaku akan muncul dan menjulang tinggi agar aku dapat mendengarkan Sutra itu dan memberi kesaksian terhadapnya senta memujinya dengan berkata “Bagus sekali !“
Ketika Buddha itu telah menyelesaikan ceramahnya maka saat kemokshaannya pun hampir tiba dan ditengah-tengah para dewa, manusia dan satu kelompok besar, Ia rnewejang para bhiksunya dengan berkata “Siapapun juga yang sesudah kemokshaan nanti ingin memuliakan ragaku rnaka Ia harus mendirikan sebuah Stupa besar.” Dimanapun juga Sutra Bunga Hukum dikhotbahkan didalam dunia dan alam semesta ini, maka Buddha itu dengan daya gaib dari prasetyanya, akan menyebabkan Stupanya berisi seluruh raganya dan melompat kemuka serta memuji Sutra itu dengan berkata “Bagus sekali ! Bagus sekali!“
Wahai MAHAPRATIBANA ! Karena baru sekarang inilah Sang Tathagata PRABHUTARATNA itu mendengar Sutra Bunga Hukum ini dikhotbahkan sehingga Stupanya menjulang tinggi serta Ia memuji Sutra itu dengan berkata :“Bagus sekali Bagus sekali !“
Karena kekuasaan yang hebat dari Sang Tathagata itu, rnaka kemudian Sang Bodhisatva MAHAPRATIBANA berkata kepada Sang Buddha “Yang Maha Agung Kami dengan setulus hati ingin memandang raga Sang Buddha ini.”
Sang Buddha menyapa Bodhisatva-Mahasatva MAHAPRATIBANA demikian “Sang Buddha PRABHUTARATNA ini rnempunyai prasetya yang dalam dan agung, yaitu “Bila Stupaku muncul dihadapan para Buddha demi untuk mendengarkan Sutra Bunga Hukum itu dan seandainya dia ingin memperlihatkan ragaku kepada keempat golongan, maka biarlah para Buddha yang telah memancar dari Buddha itu dan mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum disegala penjuru dunia semuanya bersama-sama kembali dan berkumpul di satu tempat, dan sesudah itulah ragaku akan muncul. “ Oleh karenanya, wahai MAHAPRATIBANA, sekarang ini Aku harus mengumpulkan para Buddha yang telah keluar dariku serta mengumpulkan mereka yang sedang mengkhotbahkan Hukum diseluruh penjuru dunia.”
Sang MAHAPRATIBANA menjawab Sang Buddha: “Yang Maha Agung ! kami juga ingin melihat para Buddha yang telah keluar dari Yang Maha Agung serta ingin rnemuliakan mereka itu.”
Kernudian Sang Buddha memancarkan sinar cahaya dan lingkaran rambut putlh yang terdapat ditengah-tengah alis rnata Beliau, kemudian diarah barat terlihatlah semua para Buddha dalam 500 nibu koti nayuta dan kawasan-kawasan yang jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga. Kawasan-kawasan itu bertanah kristal, berpohon permata dan berhias kain-kain yang indah, dipenuhi ribuan koti dari para Bodhisatva yang tak terbatas jumlahnya dan tirai-tirai bertatah manikam membentang diatas mereka teringkupi untaian-untaian permata. Seluruh para Buddha di kawasan itu sedang mengkhotbahkan Hukum dengan suara-suara yang menggairahkan. Beribu-nibu koti dan para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya juga terlihat memenuhi kawasan-kawasan itu dan sedang berkhotbah kepada orang banyak. Demikian jugalah keadaannya dikawasan selatan, barat dan utara, ditengah-tengah 4 penjuru, di daerah atas dan daerah bawah dan dimanapun jua, semuanya tersinari tanda cahaya dari lingkaran rambut putih. Kemudian para Buddha disegala penjuru itu masing-masing menyapa kelornpok Bodhisatva-Bodhisatvanya dengan berkata : “Putera-putera yang baik Kita sekarang harus pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni di dunia sana dan harus pergi p**a untuk memuliakan Stupa lndah dan Sang Tathagata PRABHUTARATNA”. Kemudian dunia saha seketika itu juga menjadi cemerlang dengan lapis lazuli sebagai buminya, terhiasi pepohonan permata dengan pita-pita emas membatasi 8 daerahnya. Disitu tiada satupun pedusunan kecil, perkampungan, desa, kota, lautan-lautan besar, sungai-sungai besar, pegunungan, sungai-sungai kecil, hutan-hutan dan semak-semak. Semuanya terlingkupi asap d**a yang paling harum dan tanahnya tertaburi bungabunga mandarva dengan lapisan jaring dan tirai serta tergantungi berbagai jenis genta-genta yang mempersona. Disana hanya berdiam kerumunan orang-orang yang dikumpulkan karena para dewa dan manusia telah dipindahkan ke negeri lain. Kemudian Buddha-Buddha itu yang masing-masing membawa seorang Bodhisatva agung sebagai pembantunya, telah tiba di dunia saha dan masing-masing pergi kekaki sebuah pohon pemmata. Setiap pepohonan permata itu tingginya 500 yojana yang secara bergantian terhias dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Dibawah pepohonan permata itu terdapat tahta-tahta singa setinggi 5 yojana yang juga terhiasi dengan manikammanikam yang asri dan masing-masing dari para Buddha itu duduk bersila diatas singgasana-singgasana singa ini. Demikianlah keadaan di sekelilingnya, seluruh jutaan dunia terpenuhi oleh para Buddha yang meskipun baru datang dari satu titik batas saja, raga-raga yang telah keluar dari Sang Sakyamuni Buddha belumlah selesai berdatangan. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang ingin membuat ruangan bagi para Buddha yang telah keluar dari dirinya sendiri, maka diciptakanlah 200 ribu koti dari nayuta kawasan-kawasan disetiap penjuru dunia yang seluruhnya sangatlah indah, tanpa neraka, tanpa jiwa yang haus, hewan maupun asura dan memindahkan para dewa dan manusia-manusianya ke negeri-negeri yang lain. Kawasan-kawasan yang baru saja diciptakan tadi juga berbumi lapis lazuli, serta dipercantik dengan pepohonan permata setinggi 500 yojana yang secara bergantian dihiasi dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Dibawah setiap pepohonan itu terdapat sebuah tahta singa bertatah permata setinggi 5 yojana, dipermolek dengan segala jenis batu-batu manikam. Dikawasan itu tiada satupun lautan besar, sungai besar, ataupun Gunung Mucilinda, Gunung Maha Mucilinda, G.Lingkaran Besi, G.Lingkaran Besi Besar, G. Sumeru dan lain-lain, dan seluruh gunung-gunung besar selalu membentuk satu tanah Buddha. Tanah benlapis permatanya sangat rata dan halus, tenda-tenda berhias manikam terbentang dimana-mana tergantungi pita-pita dan tirai, bebungaan surga yang indah menyelimuti bumi dimanapun juga, sementara ded**aan yang paling harum sedang dibakar. Sang Sakyaniuni Buddha menciptakan 200 ribu koti dari nayuta kawasan-kawasan disetiap 8 penjuru agar para Buddha yang baru saja datang dapat duduk, yang kawasan-kawasan itu seluruhnya begitu indah tanpa adanya neraka, jiwa yang haus, binatang dan asura serta rnemindahkan para dewa dan manusianya ke negeri-negeri yang lain. Kawasan yang diciptakan itu juga berbumi lapis lazuli dan dihiasi pepohonan permata setinggi 500 yojana yang secara bergantian dipercantik dengan dedahanan, dedaunan, bebungaan dan buah-buahan. Disetiap pepohonan itu dibawahnya tendapat sebuah tahta singa setinggi 5 yojana yang terhiasi permata besar. Disana tiada satupun lautan besar, sungai besar, maupun Gunung Mucinda, G. Maha-Mucinda, G. Lingkaran Besi, G. Lingkaran Besi Besar, G. Sumeru dan lain-lainnya, dan pegunungan-pegunungan besar inilah yang selalu membentuk satu tanah Buddha. Bumi berlapis permatanya begitu rata dan halus, tentu berhias manikam membentang dimana-mana tergantungi pita dan tirai, serta bebungaan sunga yang asri menyelimuti bumi dimanapun jua, sementara d**a yang paling harum sedang dibakar. Pada saat itu disebelah timur, raga-raga yang berasal dan Sang Sakyamuni yaitu para Buddha yang sedang mengkhotbahkan Hukum didalam ratusan ribu koti dari nayuta kawasan sebelah timur yang jumlahnya seperti pasir sungai Gangga, telah datang berkumpul. Begitulah secara bergantian seluruh Buddha-Buddha dari 10 penjuru semuanya datang dan berkumpul serta mengambil tempat duduknya masing—masing dalam 8 arah. Kemudian setiap penjuru terpenuhi oleh para Buddha Tathagata dan 400 ribu koti kawasan-kawasannya. Dan sesudah itu semua para Buddha yang masing-masing berada dibawah sebuah pohon permata dan duduk diatas singgasana singa, mengutus pembantu-pernbantunya untuk bertanya pada Sang Sakyamuni Buddha. Masing-masing dari para Buddha itu mempersembahkan dua genggam penuh bunga-bunga permata dan berkata kepada para pembantunya “Putera—putera yang baik Kalian pergi dan kunjungilah Gunung Grdhrakuta tempat bersemayamnya Sang Sakyamuni Buddha dan sesuai dengan pesan kami, maka katakanlah “Apakah Paduka sehat dan baik-baik saja ? Apakah bayu Paduka dalam keadaan sempurna ? Dan apakah seluruh kelompok para Bodhisatva dan sravaka Paduka dalarn kedamaian ?“ Taburilah Sang Buddha dengan takzim dengan bebungaan permata ini dan berkatalah demikian : “Sedemikianlah seorang Buddha bersama-sama berharap agar Stupa Indah ini dibuka.” Seluruh para Buddha mengutus pembantu-pembantunya p**a dengan cara yang sama. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha yang melihat para Buddha yang telah keluar dariNya itu berkumpul bersama-sama dan masing-rnasing duduk diatas tahta singanya, serta setelah mendengar para Buddha itu secara serempak menginginkan agar Stupa lndah itu dibuka, maka seketika itu juga bangkit dari singgasanaNya dan menjulang di angkasa. Seluruh keempat kelompok itu berdiri dengan mengatupkan tangannya dan dengan penuh perhatian memandang kearah Sang Buddha. Kemudian Sang Sakyamuni Buddha dengan jari tangan kananNya membuka pintu Stupa dari 7 benda berharga itu dan terdengarlah bunyi yang keras seperti bunyi deritnya engsel dari sebuah pintu gerbang kota yang besar ketika dibuka. Kemudian seluruh kelompok melihat Sang Tathagata PRABHUTARATNA duduk diatas tahta singa didalam Stupa Agung itu dengan seluruh raganya yang tenang seolah-olah ia sedang bersemedi. Dan mereka mendengar katanya “Bagus sekali ! Bagus sekali Sang Sakyamuni Buddha ! Segera khotbahkanlah Sutra Bunga Hukum ini. Aku telah datang kemari demi untuk mendengarkan Sutra ini.”
Kemudian keempat kelompok setelah melihat Buddha yang telah wafat dan telah moksha selama sekian ribu koti kalpa yang tak tenbatas itu mengucapkan kata-kata seperti ini, semuanya memuji keajaiban yang belum pernah teralami ini serta menaburkan tumpukan-tumpukan bebungaan permata surga diatas Sang Buddha PRABHUTARATNA dan Sang Sakyamuni Buddha. Kemudian Sang Buddha PRABHUTARATNA yang berada didalam Stupa Agung itu memberikan separo singgasananya kepada Sang Sakyamuni Buddha dengan berkata “Wahai Sang Sakyamuni Buddha !” Duduklah disini Kemudian Sang Sakyamuni Buddha memasuki Stupa dan duduk bersila diatas singgasana yang separo itu. Dan pertemuan besar yang rnelihat kedua Tathagata duduk bersila diatas singgasana singa didalam Stupa dari 7 Benda Berharga itu, masing-masing membayangkan demikian, “Kedua Buddha itu sedang duduk ditempat yang begitu tinggi dan jauh. Mungkinkah kedua Tathagata itu dengan kekuasaanNya yang tak terbayangkan akan bers**a hati mengangkat kediaman kita keatas angkasa.”
Seketika itu juga, Sang Sakyamuni Buddha dengan kekuatan ghaib beliau menerima seluruh pertemuan agung itu diatas antariksha, dan dengan suara yang agung menyapa keempat kelompok itu seluruhnya bersabda “Siapakah yang mampu menyiarkan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan didalam dunia saha ini ? Sekaranglah waktunya, Sang Tathagata tidak akan lama disini, Beliau harus kembali ke nirwana, Sang Buddha ingin mewariskan Sutra Bunga Hukum Yang Menakjubkan ini sehingga Sutra ini akan ada selamanya.”
Pada saat itu Yang Maha Agung ingin untuk memaklumkan maksud ini kembali dan bersabdalah Beliau dalarn syair
“Tuhan Yang Maha Mulia,
Meskipun sudah lama moksha
Dan didalam Stupa Agungnya,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum. Bagaimana mungkin seseorang tidak menjadi
Bersemangat demi Hukum itu? Buddha ini telah lama moksha
Selama berkalpa-kalpa yang tak terhitung,
Namun dari tempat ke tempat ia mendengar Hukum,
Karena keanehannya. Buddha itu telah berprasetya,
“Sesudah kemokshaanku,
Aku akan pergi kemanapun jua,
Selamanya untuk rnendengar Hukum ini.”
Dan para Buddha yang tak terhitung,
Berasal dari ragaKu,
Sejurnlah pasir-pasir sungai Gangga,
Telah datang untuk mendengarkan Hukum
Dan melihat Sang Tathagata yang telah moksha itu
Sang PRABHUTARATNA. Masing-masing, dengan meninggalkan tanahnya yang indah
Dan kelompok para pengikutnya,
Para dewa, manusia dan para naga,
Dan segala persembahan-persem bahan mereka,
Telah datang kemari ketempat ini
Agar Hukum itu dapat tinggal lama. Untuk memberi tempat duduk kepada para Buddha ini’
Dengan kekuasaanKu yang tak tenbayangkan,
Aku telah memindahkan para mahluk yang tak terbatas
Dan membersihkan kawasanKu. Para Buddha, satu persatu,
Telah datang dibawah pepohonan permata,
Seperti bunga-bunga teratai yang menghiasi
Sebuah kolam yang dingin dan bening. Dibawah pepohonan pemmata itu,
Diatas tahta-tahta singa,
Para Buddha duduk,
Cemerlang dan megah. Bagai, dikegelapan malam,
Obor-obor besar berkelip-kelip. Dan mereka tersebar harumnya keghaiban
Menebar jáuh diseluruh negeri
Semua mahluk menjadi wangi karenanya
Dan mengisi dirinya sendiri dengan kegembiraan;
Bagaikan angin besar
Menghernbus semak-semak yang harum. Dengan kebijaksanaan ini
Aku membuat Hukum itu tinggal lama. Kepada pertemuan Agung ini bersabda
“Sesudah kemokshaanKu,
Siapapun juga yang dapat menjaga dan memelihara,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Biarlah dia dihadapan Sang Buddha sendiri,
Mengucapkan prasetyanya! Sang Buddha PRABHUTARATNA,
Telah moksha sekian lama,
Karena prasetya agungnya,
Akan mengucapkan suara Buddha. Biarlah Sang Tathagata PRABHUTARATNA dan juga Aku sendiri
Serta kump**an para Buddha yang berasal dari badan ku
Mengetahui keputusan ini. Dari seluruh putera-putera BuddhaKu,
Biarlah ia yang mampu melindungi Hukum,
Mengucapkan prasetya agungnya
Untuk membuat Hukum itu hidup terus! Ia yang dapat melindungi Hukum dan Sutra ini
Akan layak mendapatkan penghormatan
Ku dan Sang PRABHUTARATNA,
Sang Buddha PRABHUTARATNA ini,
Yang tinggal didalam Stupa Agung,
Dan selalu berkelana kemanapun jua, hanya dari Sutra ini. Beliau terlebih-lebih lagi akan menghormati
Seluruh para Buddha yang berasal dari ragaku,
Yang menghiasi dan membuat rnegah seluruh dunia. Jika ia mengkhotbahkan Sutra ini,
Maka ia layak melihat Aku,
Dan Sang Tathagata PRABHUTARATNA,
Serta para Buddha yang berasal dariKu. Wahai semua putera-puteraKu yang baik
Biarlah semua orang memenungkannya dengan teliti
lnilah suatu tugas yang berat,
Yang membutuhkan pengambilan sumpah yang agung
Semua Sutra-sutra yang lain,
Sejumlah pàsir-pasir sungai Gangga,
Meskipun seseorang mengajarkannya,
Sulitnya masih juga tak terbayangkan. Seandainya seseorang mengangkat Gunung Sumeru
Dan melemparkannya kenegeri lain
Dari tanah-tanah Buddha yang tak terhitung
jumlahnva, Tidak p**a akan sulit. Seandainya seseorang dengan ujung jari kakinya
Memindahkan sejuta dunia
Dan melemparkannya jauh-jauh kenegeri lain,
Itu p**a tidak sulit. Seandainya seseorang berdiri di Puncak Seluruh mahluk. Mengajarkan kepada semua urnat
Sutra-sutra lain yang tak terhitung jumlahnya,
Hal itu iuga tidak sulit. Tetapi jika seseorang sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti. Ditengah-tengah dunia angkara. Mampu mengkhotbahkan Sutra ini,
Inilah benar-benar berat. Meskipun terdapat seseorang yang
Menggengam langit didalam tangannya
Dan berkelana kian kemari dengan membawa itu,
Hal ini juga tidak sulit. Jika seseorang mengambil bumi yang besar,
Meletakkannya diatas ibu jari kakinya
Dan naik ke surga kaBrahman,
Hal itu juga tidak s**ar. Tetapi sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Ditengah-tengah dunia angkara,
Membaca Sutra ini dengan keras meskipun cuma sekejap,
Hal itu benar-benar sulit. Meskipun seseorang di ujung lautan api,
Membawa beban jerami kering,
dan memasukinya tanpa hangus sedikitpun,
Hal itu masih juga tidak sulit. Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang memelihara Sutra ini
Dan memaklumkannya meskipun hanya seorang saja,
Itulah benar-benar s**ar. Seandainya seseorang menjaga 84 ribu
Bagian dari Hukum itu dan 12 Bagian Sutra,
Mengajarkannya kepada yang lain,
Dan menyebabkan mereka yang mendengarnya
Memperoleh 6 kemampuan yang tak terbayangkan,
Meskipun ia memiliki kekuatan seperti ini,
Hal itu masih tidak sulit p**a. Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti, jika seseorang
Mendengar dan menerima Sutra ini dan meresapi maknanya,
Itulah baru benar-henar s**ar. Seandainya seseorang dapat mengkhotbahkan Hukum
Dan membuat ribuan koti,
Mahluk-mahluk hidup yang tak terhitung jumlahnya
Seperti pasir-pasir sungai Gangga, menjadi arhat
Dan sempurna dalam keenam kekuatan yang tak terbayangkan,
Bahkan menganugerahkan jasa seperti ini, masih tetap tidak akan sulit. Tetapi sesudah kemokshaanKu nanti,
Jika seseorang mampu memelihara Sutra semacam ini,
Hal itu barulah benar-benar sulit
Aku, karena jalan keBuddhaan,
Didalam negeri-negeri yang tak terhitung jumlahnya
Dari awal sampai saat ini,
Telah mengkhotbahkan banyak Sutra secara luas;
Tetapi diantara seluruh sutra-sutra itu
Sutra inilah yang paling utama, dan
Jika seseorang mampu memeliharanya,
Maka ia memelihara Raga Sang Buddha. Wahai seluruh putera-puteraKu yang baik! Biarlah dia, yang sesudah kemokshaanKu,
Mampu menerima dan menjaganya,
Membaca dan menghafalkan Sutra ini,
Sekarang dihadapan Sang Buddha,
Mengucapkan prasetyanya sendiri! Sutra ini begitu sulit dipelihara,
Seandainya seseorang menjaganya sementara waktu,
Aku akan bergembira,
Dan begitu juga para Buddha. Seorang yang seperti ini
Akan dipuji oleh para Buddha;
Orang seperti itu adalah berani;
Orang seperti itu adalah bersemangat;
Orang seperti itu dinamakan Pemelihara Hukum
Dan pelaksana Dhuta;
Dengan segera akan mencapai
Jalan keBuddhaan yang agung. Dia yang didalam generasi mendatang,
Dapat membaca dan menjaga Sutra ini,
Adalah sungguh-sungguh putera Sang Buddha
Berdiam didalam tingkat kebaikan suci
Sesudah kemokshaan Sang Buddha,
Dia yang dapat menjelaskan maknanya,
Akan menjadi mata dunia bagi para dewa dan manusia. Dia yang didalam ujung akhir masa ketakutan,
Dapat mengkhotbahkannya rneskipun hanya sebentar,
Oleh para dewa dan manusia akan dimuliakan. BAB XII
DEVADATTA
Pada saat itu Sang Buddha menyapa para Bodhisatva, mahluk-mahluk kasurgan dan keempat kelompok itu dengan bersabda “Melalui banyak kalpa yang tak terhitung yang telah lewat, Aku telah mencari Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai itu dengan tiada henti-hentinya. Selama banyak kalpa lamanya, Aku menjadi seorang raja dan berprasetya untuk mencari Penerangan Agung dengan hati yang tiada pernah ragu. Karena ingin untuk mewujudkan keenam Paramita, maka sungguh-sungguh Aku berdana dengan setulus hati; gajah-gajah, kuda, 7 benda berharga, negeri-negeri, kota-kota, istri-istri, anak-anak, budak laki-laki dan perempuan, pelayan-pelayan dan pengikut, kepala, mata, sumsum, otak, daging tubuhku, kaki dan tangan serta seluruh jiwa raga Aku danakan. Pada waktu itu masa hidup manusia adalah tanpa batas. Demi untuk Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai ini, Aku tinggalkan tahta negeriku dan Aku serahkan pemerintahanKu kepada pangeran agung. Dengan tetabuhan genderang dan permakluman yang menyeluruh, Aku mencari kebenaran dimanapun jua dengan menjanjikan, Siapakah gerangan yang dapat mengajarkan sebuah Kendaraan Agung kepadaKu, maka kepadanya Aku akan mempersembahkan seluruh hidupKu dan menjadi pelayannya. Ketika itu seorang pertapa datang kepadaKu (sang raja) dan berkata “Hamba mempunyai satu Kendaraan Agung yang disebut Hukum Sutra Bunga Teratai Yang Menakjubkan. Jika paduka mematuhi hamba, maka harnba akan mengajarkannya kepada paduka.” Aku, sang raja, demi mendengar apa yang telah diucapkan oleh Sang Pertapa itu, menjadi berdebar karena kegembiraan yang rneluap-luap dan dengan segera Aku rnengikutinya, melayani segala kebutuhannya, mengumpulkan bebuahan, rnengangsu air, mengumpulkan bahan bakar, rnempersiapkan daharnya dan bahkan menjadikan tubuhKu sebagai tempat duduk dan tempat tidurnya, tetapi meskipun demikian jiwa dan ragaKu tidak pernah merasa letih. Pada saat Aku rnelayani demikian itu, seribu tahun telah berlalu dan karena demi Hukum itu Aku meladeninya dengan bersemangat sehingga ia tidak kekurangan apapun jua.”
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan makna ini sekali lagi, kemudian bersabdalah Beliau dalam syair :
Teringat aku di kalpa-kalpa yang t‘lah lalu
Ketika aku mencari Hukum Kesunyataan nan agung
Meskipun aku sebagai raja di mayapada ini
Namun aku tiada mendambakan kelima keinginan
Dengan dentangan genta kemaklumkan
Hukum Kesunyataan ini kesegala penjuru alam
Siapapun yang memiliki Hukum Kesunyataan ini
Sekiranya ia bersedia mengajarkannya kepadaku
Aku rela mengabdi kepadanya sebagai pelayannya
Kemudian datanglah seorang bijak bestari
Bernama Asita yang datang kepada sang raja
Menyatakan bahwa ia memiliki Hukum tersebut
Yang menakjubkan yang jarang ada di dunia ini
Jika sekiranya Paduka bersedia melaksanakannya
Akan hamba khotbahkan Hukum itu kepada Paduka
Setelah mendengar pernyataan pertapa bijak bestari
Terasa kegembiraan bergelora di dalam hatinya
Kemudian ia mengikuti pertapa itu melayaninya
Mempersiapkan segala kebutuhannya segala rupa
Bahan bakar, buah-buahan dan makanan
Dipersembahkannya dengan hormat dan sujud
Aku senantiasa memelihara Hukum Kesunyataan itu
Jiwa dan ragaku tiada merasa letih dalam pengabdianku
Hukum Kesunyataan yang dicari oleh semua mahluk
Kini telah kutemui dan ini bukan untuk pribadiku
Juga bukan semata-mata untuk memuaskan keinginanku
Aku raja dan wilayah yang besar
Melalui pencarian penuh semangat
Kini telah menemui Hukum Kesunyataan
Sehingga akhirnya aku menjadi seorang Buddha
Karena itu aku khotbahkan pada kalian
Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai ini
Sang Buddha bersabda kepada seluruh bhiksu: “Raja dimasa dahulu itu adalah Aku sendiri dan orang bijak pada masa itu adalah Sang Devadatta sendiri. Melalui persahabatan yang baik dan Sang Devadata, Aku dapat menjadi sempurna didalam keenam Paramita, didalam hal keluhuran, welas asih, kebahagiaan dan pikiran bebas, didalam hal ke 32 tanda, 80 jenis keistimewaan, kulit yang berlapis emas, 10 macam kekuatan, ke 4 macam keberanian, ke 4 angger-angger kemasyarakatan, ke 18 ciri-ciri unik yang khusus, kekuatan-kekuatan gaib di jalanan agung, pencapaian Penerangan Agung, dan penyelamatan umat yang menyeluruh, yang semuanya ini semata-mata berkat persahabatan yang baik dan Sang Devadatta.”
Aku nyatakan kepada kalian keempat kelompok: “Sang Devadatta nanti, sesudah kemangkatannya dan sesudah sekian kalpa yang tak terhitung berlalu, akan menjadi seorang Buddha yang bergelar Devaraga, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari Para Dewa dan Manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung, dan yang dunianya akan disebut Devasopanna. Pada saat itu Sang Devaraga akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Beliau akan mengkhotbahkan Hukum Yang Menakjubkan secara luas kepada seluruh umat, dan para rnahluk hidup yang banyaknya seperti pasir-pasir dari sungai Gangga yang akan mencapai ke arhatan; para umat yang tanpa hitungan jumlahnya akan mencurahkan diri pada kepratyekabuddhaan; dan para mahluk hidup yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari sungai Gangga, mencurahkan diri pada Jalan Agung, akan mencapai kepastian untuk tidak terlahir kernbali dan mereka akan mencapai tingkatan yang tiada akan jatuh kembali pada kehid**an yang tidak kekal. Kemudian sesudah parinirvana dari Sang Devaraga, Hukum yang Benar ini akan tinggal di dunia selama 20 kalpa sedang. Sebuah stupa dari 7 Benda Berharga akan didirikan setinggi 60 yojana, dengan lebar dan panjang 40 yojana bagi abu relik seluruh badannya. Semua para dewa dan manusia akan memberikan penghormatan dengan takzim dan memuja stupa dari 7 Benda Berharga itu dengan beraneka ragam bebungaan, bubuk cendana, ded**aan, minyak harum, pakaian-pakaian, karangan-karangan bunga, panji-panji, bendera-bendera, tirai-tirai bertatah manikam, dendang dan lagu. Beribu-ribu mahluk yang tak terhitung jumlahnya akan mencapai kearhatan; para mahluk hidup akan tergugah untuk menjalankan kepratyekabuddhaan: dan para mahluk yang tak terbilang banyaknya akan terbangkit menuju Bodhi serta mencapai tingkat yang tidak akan jatuh kembali pada kehid**an yang tidak kekal.”
Sang Buddha bersabda kepada para bhiksu : “Seandainya didalam dunia yang mendatang terdapat putera ataupun puteri yang baik, yang mendengarkan Hikmah Sang Devadatta tentang Hukum Sutra Bunga Teratai Yang Menakjubkan ini, dengan hati yang bersih dan penghormatan karena keyakinan serta tiada rasa bimbang sedikitpun, maka orang seperti ini tidak akan terjatuh kedalam neraka atau menjadi seorang yang berjiwa tanha maupun menjadi seekor hewan, tetapi ia akan terlahir dihadapan para Buddha dan alam semesta. Dimanapun juga ia terlahir, ia akan selalu mendengar Sutra ini. Dan jika ia terlahir diantara para dewa dan manusia, maka ia akan menikmati kebahagiaan yang tak ada taranya. Bagi Sang Buddha yang menyaksikan kelahirannya, maka kelahirannya haruslah melalui permunculan dari sebuah bunga teratai.”
Pada saat itu seorang pelayan Bodhisatva yang bernama Pragnakuta. dari kawasan bawah bumi yang bernama Prabhutaratna, berkata pada Sang Buddha, “Marilah kita kembali ke negeri kita sendiri !“ Tetapi Sang Buddha Sakyamuni bersabda pada sang Pragnakuta, “Putera yang baik, Tunggulah sebentar ! Inilah Sang Bodhisatva Manjusri. Temuilah dia dan berdiskusilah dengannya mengenai Hukum Yang Menakjubkan dan setelah itu kembalilah ke negerimu sendiri.”
Kemudian Sang Manjusri, sambil duduk diatas setangkai daun bunga teratai sebesar roda kereta dengan ditemani oleh para bodhisatva yang juga duduk diatas bunga-bunga teratai bertatah permata, tanpa dibantu siapapun muncul dari dalam samudra luas keluar dari istana Raja Naga Sagara. Dengan membumbungkan tempatnya ke atas angkasa, ia menuju ke Puncak Gunung Gridhrakuta, kemudian ia turun dari daun bunga teratainya dan pergi menghadap Sang Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna serta dengan takzimnya bersujud dikaki kedua Yang Maha Agung itu. Ketika ia telah selesai menyatakan penghormatannya, kemudian ia menemui Sang Bodhisatva Pragnakuta. Dan sesudah saling menanyakan kesehatan masing-masing, kemudian mereka mengundurkan diri dan duduk pada satu sisi. Sang Bodhisatva Pragnakuta bertanya pada Sang Manjusri : “Tuan yang bijaksana ! Sejak engkau pergi ke istana Naga, berapa banyak mahlukkah yang telah engkau takbiskan?“ Sang Manjusri pun menjawab “Jumlah mereka tidak terbatas, tiada lagi dapat dihitung ataupun diutarakan dalam kata-kata, maupun dibayangkan. Tunggu sajalah sebentar ! Seseorang pasti datang membawa bukti.” Belum selesai ia berbicara, para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya, sambil duduk diatas bunga-bunga teratai bertatah manikam muncul dari dalam samodra menuju Puncak Gunung Gridhrakuta dan terbang keatas angkasa. Semua Bodhisatva-Bodhisatva ini telah ditakbiskan dan diselamatkan oleh Sang Manjusri dan seluruhnya telah menjadi sempurna dalam Dharma Bodhisatva dan mereka bersama-sama membicarakan serta mengajarkan ke 6 Paramita. Mereka yang berada di langit yang semula menjadi sravaka, masing-masing mengisahkan perbuatan-perbuatan sravaka mereka yang terdahulu. Sekarang mereka semua telah melaksanakan prinsip-prinsip keagamaan dari Kendaraan Agung. Kemudian berkatalah Sang Manjusri pada Sang Bodhisatva Pragnakuta “Demikianlah hasil ceramah ajaranku didalam samudra.”
Kemudian Sang Bodhisatva Pragnakuta memujanya dalam syair :
“Paduka yang maha bijak, arif, berani serta perkasa
Engkau telah mentakbiskan para umat yang tak terhitung jumlahnya,
Seperti pertemuan agung sekarang ini
Telah aku lihat seluruhnya. Mewejangkan pokok-pokok Kesunyataan
Dan mengajarkan Hukum Kendaraan Tunggal,
Begitu besarnya jumlah mahluk yang telah engkau pimpin
Untuk mencapai Bodhi dengan cepat.”
Sang Manjusri menjawab “Yang selalu aku permaklumkan di tengah-tengah samudra tiada lain kecuali Hukum Kesunyataan Sutra Bunga Teratai Yang Menakjubkan.” Sang Pragnakuta Bertanya pada Sang Mansjuri “Sutra ini sangat dalam dan halus serta merupakan mutiara dari segala Sutra, suatu hal yang langka didalam dunia. Apakah terdapat seorang yang dengan rajin dan bersemangat menjalankan Sutra ini dapat mencapai kebuddhaan dengan cepat ?”
Sang Manjusri memberi jawaban, “Adalah seorang puteri dari Raja Naga Sagara yang baru berusia 8 tahun, bijak dan cerdas, memahami dengan baik tentang karma yang timbul dan akar-akar tindakan seluruh mahluk. Dia telah mencapai dharani dan telah mampu menerima serta memelihara segala kekayaan yang paling dalam dan yang bersifat kebatinan yang telah diajarkan oleh para Buddha, dan dia telah p**a menguasai meditasi dengan dalam serta meresapi seluruh hukum-hukum. Dalam sekejap mata, dia mencapai Bodhi dan mencapai tingkat yang tidak pernah akan terlahir kembali. Ia memiliki daya penjelasan yang tidak meragukan lagi dan memiliki jiwa yang welas asih pada semua umat seakan-akan mereka itu puteranya sendiri. Jasa-jasanya sangat sempurna dan perasaan jiwa serta uraian-uraian yang keluar dari mulutnya, keduanya sangat halus dan agung. Dia berwatak lemah lembut dan welas asih, arif dan sederhana, luhur dan berbudi dan ia telah dapat mencapai Bodhi.”
Sang Bodhisatva Pragnakuta berkata “Aku telah menyaksikan betapa Sang Sakyamuni Buddha selama berkalpa-kalpa yang tanpa hitungan telah melakukan dharma yang berat dan penuh derita, menimbun jasa dan menumpuk kearifan, mencari jalan Bodhi dengan tiada henti-hentinya serta tanpa istirahat. Aku telah mengetahui bahwa didalam jutaan dunia tidak terdapat setitikpun kawasan walau sebesar biji benih dimana Beliau tidak mencurahkan jiwa dan raganya sebagai seorang Bodhisatva, yang semuanya ini karena demi para umat. Dan hanya sesudah melaksanakan hal sedemikianlah Beliau baru mencapai Bodhi. Jadi merupakan hal yang sulit dipercaya bahwa gadis ini dapat mencapai penerangan agung hanya dalam waktu yang begitu singkatnya.”
Sebelum ia selesai berkata, puteri dari Sang Raja Naga tiba-tiba muncul dihadapan mereka dan setelah rnenghormat Sang Buddha dengan takzimnya, kemudian menarik diri kesamping dan memujaNya dalam syair:
Betapa dalamnya pandangannya
Tentang dosa dan kemarahan
Namun Beliau terus menerangi semesta ini
Dengan jiwanya yang demikian halus dan suci
Memiliki 32 tanda yang maha sempurna
Bersama ke 80 jenis keistimewaan
Demikianlah rohaninya telah dihiasiNya
KepadaNya para Dewa dan manusia memuja
Para Naga dan mahluk halus bersujud
Segala macam mahluk hidup memuliakannya
Kemudian setelah mendengar Kebenaran itu
Aku akhirnya mencapai Penerangan Agung
Yang hanya disaksikan oleh Sang Buddha
Akan kubabarkan ajaran Kendaraan Agung ini
Untuk membebaskan seluruh umat dan derita
Kemudian sang Sariputra berkata kepada puteri naga itu, “Engkau menyatakan bahwa dalam waktu yang begitu singkat engkau telah mencapai Kebijaksanaan Agung. Hal ini sangat sulit dipercaya, karena betapapun juga tubuh seorang wanita adalah kotor dan tidak merupakan kendaraan bagi Hukum Kesunyataan ini. Bagaimana mungkin ia dapat mencapai Bodhi Agung? Jalan kebuddhaan adalah sangat luas sehingga hanya setelah melewati banyak kalpa yang tanpa hitungan, menahan kesengsaraan, mengumpulkan darma-darma baik, dan melaksanakan kesempurnaan dengan sempurna, maka barulah Bodhi Agung itu dapat dicapai. Apalagi seorang wanita yang tubuhnya masih rnempunyai 5 rintangan yaitu pertama ia tidak dapat mencapai tingkat kabrahman, kedua yaitu tingkat Indra, ketiga yaitu raja mara, ke-empat yaitu raja tingkat Cakravartin, dan kelima adalah seorang Buddha. Lalu bagaimana mungkin tubuh seorang wanita dapat menjadi seorang Buddha dengan begitu cepatnya ?“
Pada saat itu sang puteri naga mempunyai sebuah mutiara indah seharga jutaan dunia yang ia acungkan dan ia persembahkan kepada Sang Buddha dan Sang Buddha pun menerimanya dengan segera. Kemudian sang puteri naga berkata pada Bodhisatva Pragnakuta dan pada Sariputra yang agung, “Aku telah mempersembahkan mutiaraku dan Yang Maha Agung pun telah menerimanya. Apakah tindakan tadi berjalan dengan cepat ? Mereka menjawab “Sangat cepat.” Sang puteri berkata p**a “Dengan kekuatan gaib kalian lihatlah aku menjadi seorang Buddha yang bahkan lebih cepat dari tindakan tadi !“
Pada saat itu seluruhnya pertemuan melihat sang puteri naga menjelma dengan tiba-tiba menjadi seorang pria yang sempurna darma Bodhisatvanya, yang dengan segera pergi ke Dunia Yang Tiada Berbatas dikawasan selatan, dimana ia duduk diatas sebuah bunga teratai indah dan mencapai Penerangan Agung dengan 32 tanda serta 80 jenis keistimewaan dan secara menyeluruh memaklumkan Hukum Yang Menakjubkan kepada semua umat di alam semesta. Kemudian alam semesta para Bodhisatva, sravaka, 8 kelompok dari para dewa dan para naga, manusia dan yang bukan manusia, semuanya melihat dari kejauhan puteri naga menjadi seorang Buddha dan secara menyeluruh rnengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada para dewa, manusia dan lain-lainnya diantara pertemuan itu. Semuanya diliputi kegembiraan yang besar dan melakukan penghormatan dari kejauhan. Orang-orang yang tak terhitung jumlahnya ketika mendengar khotbahnya tentang Hukum itu, semuanya menjadi paham dan mencapai tingkatan yang tidak akan lahir kembali ke kehid**an yang tidak kekal. Orang-orang yang tak terhitung jumlahnya itu juga menenima penetapan mereka untuk mencapai Jalan Agung. Dunia Yang Tanpa Batas itu membuat gerakan 6 kali lipatan. Tiga ribu umat didalam alam semesta mendapatkan kepuasannya dalam Anutpattika Dharmahsanti, sedangkan tiga ribu umat mencurahkan pikiran mereka pada Bodhi serta memperoleh penetapannya. Sang Bodhisatva Pragnakuta dan sang Sariputra serta seluruh pertemuan itu, semuanya mempercayainya dengan diam-diam. bab13-15
BAB XIII
PENEGAKAN
Pada saat itu Sang Bodhisatva-Mahasatva Baisajaraja dan Sang Bodhisatva-Mahasatva Mahapratibana bersama rombongan mereka dan 20 ribu para Bodhisatva, seluruhnya berprasetya dihadapan Sang Buddha demikian, “Bers**a-citalah Yang Maha Agung, tanpa adanya kekhawatiran Sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti, kami akan rnenjaga, membaca, menghafalkan dan mengkhotbahkan Sutra ini. Dimasa mendatang yang penuh kedurhakaan nanti, watak dan tabiat baik manusia akan berkurang sedang keangkuhan yang sangat akan meningkat, mereka berhati tamak akan keuntungan dan penghormatan, serta tindak tanduk buruk mereka akan berkembang sehingga mereka akan jauh tergeser dari jalan kebebasan. Meskipun nantinya akan terasa sulit untuk mengajar dan mentakbiskan mereka, tetapi kami akan berusaha sesabar mungkin dalam membaca dan menghafalkan Sutra ini, menjaga, mengkhotbahkan serta menurunkannya dan memuliakannya tanpa sedikitpun rnemperhatikan jiwa dan raga kami.”
Kemudian ke 500 Arhat yang telah mendapat penetapan didalam persidangan itu menyapa Sang Buddha dengan berkata, “Yang Maha Agung ! Kami juga berprasetya untuk menyiarkan Sutra ini didalam negeri-negeri lain.” Lagi, ke 8 ribu Arhat yang masih dibawah asuhan dan yang tidak, yang telah mendapat penetapan, semuanya bangkit dari tempat duduknya dan dengan tangan terkatup pergi kearah Sang Buddha untuk berprasetya demikian “Yang Maha Agung, Kami juga akan menyiarkan Sutra ini di negeri-negeri lain. Karena betapapun juga para manusia di alam semesta ini terlibat didalam tindak angkara, bertingkah dengan sangat congkaknya, dan berkepribadian rendah, penuh dengan iri dan benci, terpenuhi rasa curiga mencurigai serta berpikiran serong.”
Kemudian saudara dari ibu Sang Buddha yaitu Bhiksuni Mahaprajapati, dengan 6 ribu para bhiksuni yang masih dalam asuhan dan yang tidak, semuanya bangkit dari tempat duduknya dan dengan tangan terkatup memandang kearah wajah Sang Buddha tanpa sekejappun mengejapkan mata. Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Gautami, “Mengapa engkau memandang Sang Tathagata dengan wajah yang muram ? Bukankah engkau sedang berpikir bahwa Aku belum menyebutkan namamu dan rnenetapkanmu untuk mencapai Penerangan Agung ? Wahai Gautami ! Aku telah mengatakan keseluruhannya bahwa masa depan dan para sravaka akan ditetapkan. Sekarang engkau yang ingin mengetahui nasibmu yang akan datang, masa engkau di dunia yang mendatang nanti akan menjadi seorang guru besar Hukum Kesunyataan didalam peraturan-peraturan dari 68 ribu koti para Buddha, dan keenam ribu para bhiksuni yang masih terasuh dan yang tidak ini, seluruhnya akan menjadi gum-guru Hukum Kesunyataan. Sehingga akhirnya engkau akan menjadi sempurna didalam jalan kebodhisatvaan dan menjadi seorang Buddha dengan gelar Tathagata Sarvasattvapriyadharsana, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Sernpurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru Dari Para Dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Sang Buddha Sarvasattvapriyadharsana ini dan keenam ribu Bodhisatvanya akan ditetapkan secara bergantian untuk mencapai Penerangan Agung.”
Kemudian ibu Rahula, yaitu Bhiksuni Yasodhara, membayangkan demikian “Yang Maha Agung didalam penetapanNya telah meninggalkan namaku sendiri tanpa disebutnya.” Kemudian Sang Buddha bersabda kepada Yasodhara, “Didalam hukum-hukum dari ratusan ribu koti para Buddha di dunia yang mendatang nanti, engkau dengan perbuatan-perbuatan bodhisatvamu, akan menjadi seorang guru besar Hukum Kesunyataan dan akhirnya akan sempuma didalam jalan kebuddhaan serta didalam Kawasan Kebaikan, engkau akan menjadi seorang Buddha yang bergelar Rasmisatasahasraparipurnadvaga, Yang Maha Mulia, Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Tara, Maha Pengatur, Guru dari para dewa dan manusia, Sang Buddha, Yang Maha Agung. Masa hidup dari Buddha itu ialah sekian kalpa asamkhyeya yang tak terbatas.”
Kemudian Bhiksuni Mahaprajapati dan Bhiksuni Yasodhara bersama dengan seluruh rombongan mereka, semuanya dihinggapi kegembiraan yang meluap-luap setelah memperoleh kebahagiaan yang belum pernah teralami ini, dan dengan segera mereka berseru dihadapan Sang Buddha dengan syair:
“Pemimpin Dunia Yang Maha Agung! Penghibur para dewa dan manusia! Kami, setelah mendengar penetapanMu,
Memperoleh kedamaian yang sempurna didalam hati kami.”
Sesudah mengucapkan syair ini, kemudian para bhiksuni berkata pada Sang Buddha “Yang Maha Agung ! Kami semua juga mampu menyiarkan Sutra ini di negeri-negeri lain.”
Kemudian Sang Buddha memandang ke 80 ribu koti nayuta dari para Bodhisatva-Mahasatva. Seluruh Bodhisatva-Bodhisatva ini berada dalam tingkatan avaivartika yang memutar roda Hukum yang tiada pernah bersurut, yang telah mencapai dharani. Seketika itu juga mereka bangkit dari tempat duduknya dan pergi menghadap Sang Buddha, serta dengan sepenuh hati mereka mengatupkan tangannya dan membayangkan demikian “Seandainya Yang Maha Agung memerintahkan kami untuk memelihara dan mengajarkan Sutra ini, maka kami akan menyiarkan Hukum ini seperti apa yang telah diajarkan oleh Sang Buddha.” Dan mereka membayangkan demikian lagi, “Sekarang Sang Buddha sedang diam, dan kita tidak diperintah apapun juga, lalu apa yang harus kami lakukan ?“
Kemudian para Bodhisatva ini dengan takzimnya mematuhi kehendak Sang Buddha dan karena ingin mematuhi prasetya sejatinya, maka mereka mengangkat suara dengan lantang dan mengucapkan sebuah prasetya dengan berkata, “Yang Maha Agung ! Sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti, kami akan berkelana dan melanglang seluruh penjuru dunia agar dapat memimpin para umat untuk menurunkan Sutra ini, menerima dan memelihara, membaca dan menghafalkannya, meresapi maknanya serta menjalankannya sebagai hukum mereka dan menyimpannya dengan betul didalam hatinya. Yang semuanya ini dengan izin Sang Buddha. Bers**ahatilah Yang Maha Agung !, didalam memperhatikan dan mengawasi kami dari jauh meskipun berada di kawasan yang lain.”
Kemudian seluruh Bodhisatva dengan serempak mengangkat suara dan berkata dengan syair
“Tenanglah tanpa kekhawatiran! Setelah kemokshaan Sang Buddha,
Di ujung masa yang penuh kedurhakaan,
Kita akan menyiarkan Sutra ini. Meskipun banyak orang yang didalam ketidaktahuan mereka
Akan mengutuk dan mencerca kita
Dan memukul kita dengan pedang dan pentung. Kita akan memikul itu semua. Para bhiksu didalam masa durhaka itu
Kolot, penuh rasa curiga, kalut. Mengaku sudah mencapai Penerangan Agung, padahal belum,
Dan dengan hati yang penuh kecongkakan. Yang lain yang didalam aranya
Akan mengenakan pakaian-pakaian bertembel dalam tempat terpencil,
Berpura-pura bahwa mereka telah berjalan di jalanan yang benar
Dan mencemooh orang lain;
Dengan serakah berusaha untuk memperoleh,
Mereka akan berkhotbah tentang Hukum kepada para pengikut
Dan dihormati dunia, Seperti arhat-arhat dari keenam kemampuan yang tak terbayangkan;
Manusia-manusia ini berwatak angkara,
Selalu memikirkan benda-benda keduniawian,
Akan senang memfitnah kita,
Mengatakan sesuatu tentang diri kita seperti,
“Seluruh para bhiksu ini,
Karena senang sanjungan,
Mengkhotbahkan ajaran yang kolot;
Mereka telah menyusun Sutra ini sendiri
Untuk memperdayakan umat di seluruh dunia;
Demi untuk memperoleh kemasjhuran,
Mereka membuat suatu kekhususan dari Sutra ini.”
Selalu didalam pertemuan-pertemuan,
Untuk meruntuhkan kita,
Kepada para raja dan menteri,
Para Brahman dan rakyat,
Dan kepada kelompok lain dan para bhiksu,
Mereka memfitnah kita,
Dengan berkata, “lnilah orang-orang yang berpandangan palsu,
Yang mengkhotbahkan ajaran yang kolot.”
Tetapi kita, karena rasa hormat pada Sang Buddha,
Akan menahan segala kedurhakaan-kedurhakaan ini. Dengan sapaan-sapaan yang menghina seperti,
“Hai, kalian para Buddha !“
Bahkan cemoohan dan kecongkakan semacam itu
Kita akan menahannya dengan sabar. Didalam masa durhaka dari kalpa yang dikorup,
Tinggal dalam ketakutan dan kecemasan,
lblis akan menguasai mereka
Untuk mengutuk, mencerca dan menghina kita. Tetapi kita dengan rasa horrnat dan percaya kepada
Sang Buddha,
Akan mengenakan tameng besi;
Demi untuk mengkhotbahkan Sutra ini
Kita akan memikul penderitaan-penderitaan yang berat ini. Kita tidak akan menyayangi jiwa dan raga,
Tetapi hanya berpikir tentang Jalan Yang Agung. Kita akan, selama masa-masa mendatang,
Menjaga apa yang telah diwariskan Sang Buddha. Yang Maha Agung Engkau Maha Mengetahui bahwa,
Didalam masa korup itu, para bhiksu yang keji,
Tidak mengetahui hukum-hukum yang telah
dikhotbahkan dengan sempurna
Karena kesempatan yang telah disediakan oleh Sang Buddha,
Akan menghina dan bermuka masam kepada kita;
Secara berulang kali, kita akan diusir,
Dan dibuang jauh-jauh dari sanggar pamujan. Kekejian semacam itu akan menjadi derita kita,
Untuk mengingat perintah Sang Buddha,
Kita akan menahan segala kesengsaraan ini. Dimanapun juga didalam kampung dan kota-kota. Andai terdapat mereka yang mencari Hukum ini,
Kita akan pergi kesana
Mengkhotbahkan Hukum ini yang telah diwariskan oleh Sang Buddha. Kita adalah utusan-utusan Yang Maha Agung. Dan ditengah-tengah khalayak ramai dengan tiada gentar,
Akan mengkhotbahkan Hukum ini dengan benar. Tenanglah, wahai Sang Buddha untuk bersemayam, dalam kedamaian. Dihadapan Sang Buddha dan para Buddha yang datang dari segala penjuru,
Kita semua berprasetya, Dan Sang Buddha mengetahui isi hati kita.”
BAB XIV
HIDUP TENANG
Pada saat itu Sang Bodhisatva-Mahasatva Manjusri, putera Sang Raja Hukum, berkata kepada Sang Buddha: “Yang Maha Agung ! Sungguh jarang benar ada Bodhisatva-Bodhisatva seperti ini ! Dengan takzimnya sesuai dengan Sang Buddha, mereka telah mengucapkan prasetya-prasetya agung bahwa didalam masa durhaka yang akan datang nanti, mereka akan melindungi, memelihara, membaca, menghafalkan dan mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga Teratai ini. Bagaimana para Bodhisatva-Mahasatva dapat mengkhotbahkan Sutra ini didalam masa durhaka yang akan datang nanti ?“
Sang Buddha menyapa Manjusri : “Jika Bodhisatva-Mahasatva ingin berkhotbah tentang Sutra ini dimasa durhaka yang akan datang nanti, maka ia harus bertabah hati dalam 4 cara. Pertama-tama, ia harus bertabah hati dalam ruang lingkup hubungan dan keakraban seorang Bodhisatva sehingga ia dapat mengkhotbahkan Sutra ini kepada para umat. Wahai Manjusri ! Mengapakah hal ini disebut ruang lingkup tindakan seorang Bodhisatva-Mahasatva? Jika seorang Bodhisatva-Mahasatva berada dalam keadaan yang penuh kesabaran, maka ia akan berhati lemah lembut dan ramah tamah, tidak terburu napsu dan tidak memaksa serta berjiwa tenang; apalagi kalau dia tidak memiliki taktik dengan mana ia harus bertindak, hanya melihat segala sesuatu menurut perwujudannya saja dan p**a jika ia tidak menerapkan tindaknya lewat jalan tengah. Inilah apa yang disebut ruang lingkup tindakan seorang Bodhisatva-Mahasatva. Dan mengapa yang lain disebut ruang lingkup keakraban seorang Bodhisatva-Mahasatva? Seorang Bodhisatva-Mahasatva tidak berhubungan erat dengan para raja, para pangeran, menteri dan pejabat-pejabat yang keji dan berbahaya, ataupun berteman akrab dengan para orang kolot, Brahmacarin, Nirgranthas dan sebagainya; dan tidak p**a berhubungan akrab dengan para Lokayata dan yang anti Lokayata ataupun melakukan olah raga-olah raga yang keji, tinju atau gulat, dan tidak p**a berhubungan dengan permainanpermainan sulap dan Nartakas dan lain-lainnya; pun p**a tidak bergaul dengan para Candala, para gembala babi, domba, unggas dan anjing, pemburu maupun nelayan serta mereka yang melibatkan diri dengan tindak jahat. Tetapi bilamana orang-orang seperti ini sewaktu-waktu datang kepadanya, maka ia akan mengkhotbahkan Hukum Bunga Teratai ini kepada mereka itu tanpa mengharapkan pamrih sedikitpun juga.
“Lagi, wahai Manjusri ! Seorang Bodhisatva-Mahasatva harus menghindari berkhotbah tentang Hukum Bunga Teratai ini kepada para wanita dengan gerak-gerik yang dapat membangkitkan perasaan birahi, dan tidak boleh p**a mempunyai perasaan senang memandang mereka. Jika Ia memasuki rumah orang lain, maka janganlah ia berbicara dengan setiap gadis, perawan, janda dan sebagainya dan janganlah p**a ia mengikat persahabatan dengan para banci-banci. Dia tiada diperbolehkan memasuki rumah orang lain sendirian. Dan seandainya karena sesuatu alasan ia harus masuk kesitu sendirian, maka dengan sepenuh hatinya ia harus ingat akan Sang Buddha. Kalau ia mengkhotbahkan Hukum Bunga Teratai ini kepada para wanita, maka ia tidak boleh memperlihatkan senyuman ataupun membiarkan bidang darianya terbuka dan demi Hukum, janganlah sekali-kali ia menjadi akrab walau dengan alasan yang bagaimanapun. Janganlah ia senang memelihara anak-anak muda, sramanera, dan anak-anak kecil ataupun senang bersama-sama mereka sebagai gurunya, tetapi bers**alah selalu untuk bermeditasi dan mengasingkan diri serta bers**alah selalu untuk membina dan mengatur rokhani. Inilah apa yang disebut tingkat pertama atau lingkup pertama dan keakraban seorang Bodhisatva.
“Lebih jauh lagi, seorang Bodhisatva-Mahasatva harus merenungkan segala perwujudan seperti benda-benda maya saja, yaitu seperti apa adanya tanpa memandang apakah benda itu terbalik, bergerak, bersurut, berputar, seperti halnya angkasa alam dari kehampaan, yang tak dapat diutarakan dengan kata-kata maupun ucapan. Tidak dilahirkan, tidak bergerak, tidak naik, tidak bernama, tidak berbentuk, sungguh tiada wujudnya, tak terintangi, tak terbatas, luas, tak terkekang, dan hanya ada karena adanya sebab serta diwujudkan lewat pemutar balikkan kenyataan. Oleh karenanya, Aku katakan bahwa menyukai secara terus menerus dalam perenungan segala sesuatu dari hukum-hukum, maka inilah yang disebut lingkup kedua dari keakraban seorang Bodhisatva-Mahasatva.”
“Lagi, wahai Manjusri ! Sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti, maka didalam jaman Kemunduran dia yang berhasrat mengkhotbahkan Sutra ini haruslah menjadi seorang pengkhotbah yang menyenangkan. Dimanapun, juga ia memaklumkan dan membaca Sutra ini secara lisan, maka janganlah ia senang membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain ataupun kesalahan-kesalahan Sutra ini sendiri dan jangan p**a ia meremehkan pengkhotbah-pengkhotbah yang lain, ataupun membicarakan hal-hal yang baik dan buruk, membicarakan soal jasa dan cela ataupun rnembicarakan orang-orang lain. Dan jangan p**a ia menyebut nama seorang sravakapun dan menyiarkan kesalahan serta dosa mereka ataupun dengan menyebut namanya memuji kemuliaannya dan jangan juga ia berhati iri. Dengan berpegang teguh pada hati yang penuh gembira ini, maka mereka yang mendengar khotbahnya tidak akan menentangnya. Pada mereka yang menanyakan persoalan yang rumit, maka janganlah ia menjawabnya dengan hukum dari kendaraan kecil tetapi jawablah hanya dengan Kendaraan Agung dan terangkanlah padanya sehingga mereka memperoleh pengetahuan yang sempurna.
“Lagi, wahai Manjusri ! Bodhisatva-Mahasatva yang didalam masa durhaka yang akan datang dan ketika Hukum ini akan musnah, dia menerima dan memelihara, membaca serta menghafalkan Sutra ini, maka dia tidak akan mempunyai rasa iri dan berhati dusta, tidak p**a memandang rendah dan menghina murid-murid lain dari jalan kebuddhaan ataupun mencari-cari kelebihan dan kekurangan mereka. Jika terdapat para bhiksu, bhiksuni, pengikut-pengikut pria dan wanita, yang mencari kesravakaan, ataupun mencari kepratyekabuddhaan maupun mencari jalan kebodhisatvaan, maka dia tidak akan menyusahkan mereka dengan membuat mereka bimbang dan menyesal seraya berkata : “Kalian semua telah jauh tergeser dari Jalan Agung dan tidak akan pernah dapat mencapai pengetahuan yang sempurna, karena kalian adalah orang-orang yang goyah dan lengah didalam Jalan Agung.” Lagi p**a dia tidak akan turut didalam pembicaraan-pembicaraan tentang Hukum-hukum ataupun turut dalam perbantahan-perbantahan. Tetapi demi seluruh mahluk, ia harus memikirkan mereka dengan penuh rasa welas asih; dan demi para Tathagata ia harus memikirkan mereka sebagai ayah yang sangat bijaksana; dan demi para Bodhisatva, Ia harus memikirkan mereka sebagai guru-gurunya yang agung; dan demi Bodhisatva-Bodhisatva agung semesta, ia harus selalu menghormat dan memuliakan mereka dengan ketulusan hatinya. Demi seluruh mahluk, ia harus mengkhotbahkan Huküm dengan sama sesuai jalannya Hukum, tidak kurang dan tidak lebih. Bahkan kepada mereka yang sangat mencintai Hukum, ia harus berkhotbah tidak boleh lebih dari itu.
“Wahai Manjusri ! Ketika Bodhisatva-Mahasatva ini didalam akhir masa ketika Hukum ini akan musnah telah dapat menyempurnakan tingkat ketiga dari pengkhotbah yang menyenangkan dan mengkhotbahkan Sutra ini, maka tidak akan ada sesuatupun yang dapat mengganggunya lagi. Dia akan mendapatkan teman-teman belajar yang baik yang akan membaca dan menghafalkan Sutra ini bersamanya. Dia juga akan mendapatkan orang-orang yang sangat banyak yang berdatangan dan mendengarnya, yang setelah mendengarnya kemudian menghafalkannya, setelah menghafalkannya kemudian dapat mengkhotbahkannya, setelah mengkhotbahkannya kemudian dapat menyalinnya atau membuat orang lain mampu menyalinnya dan mereka yang menghormati Sutra ini, mereka itu akan memuja, memuliakan dan memujinya.”
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali maka bersabdalah Beliau dalam syair:
“Jika seseorang hendak mengkhotbahkan Sutra ini,
Baiklah Ia meninggalkan jiwa yang ini, marah dan sombong,
Pikiran yang dusta dan palsu,
Dan selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang jujur;
Dia tidak boleh meremehkan siapapun,
Dan sekali-kali tidak boleh membicarakan Hukum untuk hiburan,
Ataupun menyebabkan orang lain bimbang maupun menyesal,
Dengan berkata : “Kalian tidak akan dapat menjadi Buddha.” -
Putera Sang Buddha ini didalam mengkhotbahkan Hukum
Akan selalu lemah lembut, sabar,
Serta welas asih pada semua
Dengan tidak pernah merasa kendor. Kepada para Bodhisatva agung dimanapun jua,
Yang melaksanakan Jalan Agung dengan kasih sayang pada semua,
Dia harus menaruh rasa hormat
Dengan berpikir: “Inilah guru-guru besarku.”
Kepada seluruh para Buddha yang agung
Ia harus menganggapnya sebagai ayah yang sangat bijaksana;
Dan dengan menekan jiwa congkaknya,
Harus dapat mengkhotbahkan Hukum tanpa halangan
Itulah cara yang ketiga. Baiklah orang bijak melindunginya. Seorang pengkhotbah yang tekun dan penuh rasa pengabdian itu
Akan dipuja oleh kelompok-kelompok yang tak terbatas.”
“Lagi, wahai Manjusri ! Bodhisatva-Mahasatva yang memelihara Hukum Sutra Bunga Teratai ini didalam ujung-ujung masa yang akan datang waktu Hukum hampir musnah, maka ia harus mendidik jiwa yang bersifat para-amerta antara para pengikut dan para biarawan, dan membina jiwa welas asih yang agung kepada mereka yang belum menjadi Bodhisatva. Dan ia harus membayangkan demikian : “Orang-orang semacam ini telah menderita kerugian yang besar. Ketika ada kesempatan Hukum ini dikhotbahkan dengan cara yang bijaksana dari Sang Tathagata, mereka tidak mendengarkan, maupun mengetahuinya, maupun memahaminya, maupun menanyakannya, maupun mempercayainya ataupun mengerti Sutra ini. Ketika Aku telah mencapai Penerangan Agung, maka dimanapun Aku berada, dengan kekuatan ghaibKu dan daya kebijaksanaanKu, Aku akan memimpin mereka untuk tinggal didalam Hukum ini”
“Wahai Manjusri ! Bodhisatva-Mahasatva yang sesudah kemokshaan Sang Tathagata nanti telah menyempurnakan cara yang keempat ini, maka bila ia berkhotbah tentang Hukum ini, ia akan terbebas dari kesalahan-kesalahan. Ia akan selalu dimuliakan, dipuja, dihormati dan dipuji oleh para bhiksu, bhiksuni, pengikut-pengikut pria dan wanita, para raja dan pangeran, dengan menteri-menteri dan rakyatnya, para Brahman dan penduduk serta lain-lainnya. Seluruh para dewa yang berada di angkasa akan selalu mengikuti dan menghadirinya agar dapat mendengarkan Hukum itu. Jika ia berada di sebuah dusun, kota ataupun di hutan yang terpencil dan kemudian ada seseorang yang datang hendak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit kepadanya, maka demi Hukum itu para dewa siang dan malam tiada henti-hentinya akan menjaga dan rnelindunginya sehingga ia mampu membuat para pendengarnya bergembira. Karena betapapun juga Sutra inilah yang pada masa dahulu, masa rnendatang dan saat sekarang ini yang selalu diamati oleh para Buddha dengan kekuatan ghaib mereka.
“Wahai Manjusri ! Didalam banyak negara yang tak terhitung jumlahnya dimana bahkan nama dari Hukum Sutra Bunga Teratai ini tidak dapat terdengar, betapa sedikit banyak Hukum ini dapat diketahui, diterima dan dipelihara, dibaca serta dihafalkan.
“Wahai Manjusri ! Hal ini seperti seorang raja pemutar roda Suci yang sangat berkuasa yang ingin menaklukkan negeri-negeri lain secara paksa. Ketika raja-raja kecil tidak mematuhi perintahnya, maka raja putaran roda suci itu mengerahkan segala tentaranya dan pergi menindas mereka. Demi melihat tentara-tentaranya sangat perkasa didalam peperangan itu, sang raja menjadi senang hati dan memberi mereka hadiah-hadiah menurut jasanya masing-masing, baik berupa bidang-bidang tanah, rumah-rumah, desa-desa, ataupun kota-kota, atau memberi mereka pakaian-pakaian ataupun perhiasan-perhiasan diri, ataupun memberi segala macam harta benda, emas, perak, lapiz lazuli, batu-batu bulan, batu-batu mulia, coral, amber, gajah-gajah, kuda-kuda, kereta, tandu, budak laki-laki dan perempuan serta rakyat. Hanyalah permata rnahkota yang terdapat diatas kepalanya sajalah yang tidak ia berikan pada siapapun, karena hanya diatas kepala seorang raja sajalah permata tunggal ini di pakai dan seandainya, ia memberikan permata itu, maka seluruh pengikut-pengikut raja akan terheran-heran. Wahai Manjusni ! Sang Tathagata juga seperti ini. Dengan kekuatan meditasi dan kebijaksanaanNya, Beliau mengambil seluruh kuasa negeri itu atas Hukum dan memerintahnya sebagai seorang Raja diseluruh triloka. Tetapi raja-raja mara tidak mau menyerah namun jenderal-jenderal kebijaksanaan dan kesucian dari Sang Tathagata memerangi mereka. Kepada mereka yang perkasa, maka Beliau juga bersenang hati dan ditengah-tengah ke 4 kelompokNya, beliau mengkhotbahkan sutra-sutra kepada mereka yang membuat mereka bergembira, serta menghadiahi mereka dengan meditasi-meditasi, emansipasi, akar-akar kebenaran dan kekuatan-kekuatan; dan semua kekayaan Hukum. Sebagai tambahan, Beliau memberi mereka kota nirvana dengan bersabda bahwa mereka telah mencapai kemokshaan serta Beliau memikat pikiran mereka sehingga semuanya bergembira, meskipun demikian Beliau tidak mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga Teratai ini kepada mereka. Seperti juga sang raja putaran roda suci yang sangat bergembira melihat bala tentaranya gagah perkasa sehingga akhirnya ia memberi mereka permatapermata yang tak ternilai harganya kecuali yang dipakai diatas kepalanya yang tidak boleh diberikan secara sembarangan kepada seseorang. Begitu jugalah Sang Tathagata, sebagai Raja Hukum Yang Agung dari triloka, Beliau mengajarkan dan mentakbiskan semua mahluk hidup dengan Hukum ketika Beliau melihat tentaraNya yang bijak dan suci berperang melawan mara dari 5 proses mental, mara dari napsu birahi dan mara dari kematian dan dengan keberanian yang luar biasa dan segala jasa-jasa, menghapuskan ke 3 racun, lolos dari triloka dan menerobos jaring-jaring mara, Sang Tathagata pun sangat bergembira dan sekarang akhirnya mengkhotbahkan Hukum Sutra Bunga Teratai ini yang belum pemah dikhotbahkan sebelumnya dan yang mampu menyebabkan semua umat mencapai pengetahuan yang sempurna, meskipun seluruh dunia sangat membenci dan sangat sulit untuk mempercayainya. Hukum Sutra Bunga Teratai ini merupakan ajaran yang paling terkemuka dari para Tathagata serta merupakan ajaran-ajaran yang paling halus dan dalam. Akhirnya, Aku berikan pada kalian semua, seperti halnya raja yang sangat berkuasa itu yang akhimya memberikan permata yang paling berharga yang telah ia pelihara sekian lamanya. Hukum Sutra Bunga Teratai ini merupakan kekayaan yang pelik dari para Buddha Tathagata yang merupakan sutra yang paling agung dari segala sutra-sutra. Begitu lamanya sutra ini dijaga dan tidak dikhotbahkan sebelum waktunya tiba. Untuk yang pertama kalinya hari ini, Aku khotbahkan sutra itu pada kalian semua. Pada saat itu Yang Maha Agung menginginkan untuk memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam syair:
“Senantiasa bertindak dengan sabar, mengasihi semua umat,
Begitulah seseorang dapat memaklumkan Sutra yang dipuja Sang Buddha. Didalam akhir masa-masa mendatang,
Mereka yang memelihara Sutra ini,
Apakah mereka pengikut ataupun biarawan,
Maupun yang belum Bodhisatva,
Haruslah memiliki hati yang welas asih;
Bagi mereka yang tidak mendengar
Ataupun mempercayai Sutra ini
Mengalami kerugian yang besar. Aku, setelah mencapai Jalan kebuddhaan,
Dengan cara yang bijaksana,
Mengkhotbahkan Sutra ini kepada mereka
Agar mereka tinggal didalamnya. Seperti halnya seorang raja
Putaran roda yang sangat berkuasa
Yang kepada tentara-tentara perang pilihannya
Menghadiahkan banyak hadiah-hadiah,
Gajah-gajah, kuda-kuda, kereta-kereta, tandu-tandu,
Perhiasan-perhiasan pribadi,
Begitu juga bidang-bidang tanah dan rumah-rumah,
Desa-desa dan kota-kota;
Ataupun memberikan pakaian-pakaian,
Bermacam-macam jenis permata,
Budak-budak dan kekayaan-kekayaan,
Memberikan seluruhnya dengan gembira
Tetapi hanya bagi satu keberanian perwira
Dan keberanian yang luar biasa,
Sang raja baru mengambil dari kepalanya
Intan mahkota untuk diberikan kepadanya. Begitu jugalah dengan Sang Tathagata;
Beliau adalah seorang raja dari segala Hukum
Memiliki kekuatan kesabaran yang agung
Serta kekayaan dari kebijaksanaan;
Beliau, dengan kebajikan yang agung,
Merubah dunia dengan HukumNya. Demi melihat para umat
Menderita duka dan sengsara
Mencari kebebasan,
Berperang melawan mara
Beliau, pada semua mahluk hidup ini,
Telah mengkhotbahkan berbagai-bagai hukum,
Dan dengan kebijaksanaan yang agung,
Telah mengkhotbahkan sutra-sutra banyak sekali;
Akhirnya mengetahui bahwa para mahluk
Telah memperoleh kekuatan mereka,
Pada akhirnya Beliau mengkhotbahkan
Kepada mereka Hukum Bunga Teratai ini,
Seperti sang raja yang mengambil dari kepalanya
Permata itu dan memberikannya. Sutra ini sangat unggul
Diantara semua sutra-sutra. Aku selalu memeliharanya
Dan tidak mengajarkannya sebelum waktunya. Saat ini, benar-benar waktunya
Untuk mengkhotbahkannya kepada kalian semua. Sesudah kemokshaanKu,
Siapapun yang mencari jalan kebuddhaan
Dan menghendaki memaklumkan
Sutra ini demi tiada terganggu,
Haruslah, menghubungkan dirinya pada
Keempat pokok-pokok seperti ini. Dia yang membaca Sutra ini
Akan selalu terbebas dari kekhawatiran
Dan terbebas dan sakit dan penyakit;
Wajahnya akan menjadi segar dan putih;
Dia tidak akan terlahir dalam kemiskinan,
Sederhana ataupun nista. Semua mahluk akan senang memandangnya
Sebagai seorang suci yang dirindukan;
Para bidadari Sorga
Akan menjadi pelayannya. Pedang dan tongkat tidak akan terletak diatasnya,
Racunpun tidak akan membahayakannya. Jika seseorang mengumpatnya,
Mulut orang itu akan ditutup/dibungkam. Dengan tiada gentar ia akan mengembara
Seperti seekor raja Singa. Kegemerlapan kebijaksanaannya
Akan bersinar seperti sang surya. Seandainya ia bermimpi,
Ia akan melihat hal-hal yang indah,
Melihat para Tathagata
Duduk diatas tahta-tahta singa,
Mengkhotbahkan Hukum pada para kelompok-kelompok
Yang mengelilingi para bhiksu
Melihat juga roh-roh naga,
Asura dan yang lain-lainnya,
Dalam jumlah seperti pasir-pasir sungai Gangga,
Yang memuliakannya dengan tangan terkatup:
Dan ia melihat dirinya sendiri
Mengkhotbahkan Hukum kepada mereka. Ia juga akan melihat para Buddha,
Dengan tanda tubuh emasnya,
Memancarkan sinar yang luar biasa,
Menerangi semua umat,
Dan dengan suara Brahma,
Menjelaskan Hukum itu. Sedangkan Sang Buddha pada keempat kelompok
Mengkhotbahkan Hukum Yang Agung,
Ia akan melihat dirinya sendiri ditengah-tengah kelompok itu
Sedang memuja Sang Buddha dengan tangan terkatup;
Ia akan mendengarkan Hukum dengan kegembiraan,
MenyembahNya,
Mencapai dharani,
Dan membuktikan kenyataan dari kepantang munduran. Sang Buddha yang mengetahui pikirannya
Telah masuk dalam pada jalan kebuddhaan,
Kemudian akan menetapkannya untuk memperoleh
Penerangan Agung yang Sempurna,
Dengan bersabda “Engkau, puteraKu yang baik,
Dalam masa yang mendatang
Akan mencapai kebijaksanaan yang mutlak,
Jalan Agung dari Sang Buddha;
Sebuah kawasan yang sangat bersih,
Dengan luas yang tak terbandingkan,
Dan bersama keempat kelompoknya
Dengan tangan terkatup mendengarkan Hukum.”
Ia juga akan melihat dirinya sendiri
Didalam hutan pegunungan,
Melatih dirinya dalam Hukum Yang Baik,
Membuktikan kenyataan,
Dan asyik bermeditasi
Melihat para Buddha alam semesta;
Para Buddha-Buddha itu berwarna keemasan
Terhiasi dengan seratus tanda-tanda karunia;
Ia yang mendengarkan dan mengkhotbahkan kepada yang lain,
Selalu bermimpi baik seperti ini. Lagi, ia bermimpi menjadi seorang raja
Yang meninggalkan istananya dan keluarganya
Dan menikmati dengan lndahnya bagi perasaan-perasaannya
Untuk pergi ke singgasana Kebijaksanaan;
Dikaki sebuah pokok Bodhi,
Ia duduk diatas tahta singa;
Setelah mencari jalan selama 7 hari,
Ia mencapai kebijaksanaan dari para Buddha;
Setelah mencapai Jalan Agung,
Ia bangkit dan memutar roda Hukum,
Kepada keempat kelompok mengkhotbahkan Hukum
Selama beribu-ribu koti kalpa;
Sesudah mengkhotbahkan Hukum Yang Menakjubkan yang sempurna
Dan menyelamatkan mahluk-mahluk yang tanpa hitungan,
Kemudian ia akan mencapai nirvana
Seperti sebuah pelita yang padam ketika asapnya berakhir. Seandainya seseorang dalam masa angkara yang mendatang
Mengkhotbahkan Hukum yang paling utama ini,
Ia akan memperoleh karunia yang besar
Seperti pahala-pahala diatas tadi. BAB XV
MUNCULNYA BODHISATVA DARI BUMI
Pada saat itu para Bodhisatva-Mahasatva yang telah datang dan negeri-negeri lain yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 8 sungai Gangga, semuanya berdiri didalam pertemuan agung itu dan dengan tangan terkatup menghormat pada Sang Buddha seraya berkata, “Yang Maha Agung ! Jika saja Sang Buddha mengijinkan, maka sesudah kemokshaanNya, kami akan tekun dan bersemangat untuk melindungi dan memelihara, mernbaca dan menghafalkan, menurun serta memuliakan Sutra ini didalam dunia saha ini dan kami akan menyiarkannya di seluruh negeri ini.”
Kemudian Sang Buddha menyapa seluruh kelompok para Bodhisatva-Mahasatva itu “Cukuplah putera-puteraKu yang baik, tiada perlu lagi kalian melindungi dan memelihara Sutra ini ! Karena sesungguhnya didalam dunia sahaKu ini telah terdapat para BodhisatvaMahasatva yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 60 ribu sungai Gangga dan masing-masing dari para Bodhisatva ini mempunyai sebuah rombongan yang banyaknya seperti pasir-pasir dari 60 ribu sungai Gangga p**a, serta seluruhnya rnarnpu melindungi dan memelihara, membaca dan menghafalkan serta menyiarkan Sutra ini sesudah kemokshaanKu nanti.”
Ketika Sang Buddha baru saja selesai bersabda demikian itu, bumi dan jutaan negeri dunia saha seluruhnya bergetar serta bergoncang dan dari tengah-tengahnya muncul ribuan koti para Bodhisatva-Mahasatva yang tak terbatas jumlahnya secara bersama-sama. Seluruh para Bodhisatva ini bertubuh keemasan dengan 32 tanda dan dengan kegemerlapan yang tiada tara, semuanya telah berdiam sebelumnya didalam ruang yang tiada berbatas dibawah dunia saha ini. Seluruh Bodhisatva-Bodhisatva ini ketika mendengar suara Sang Sakyamuni Buddha sedang berkhotbah, semua meloncat keluar dari dunia bawah. Setiap para Bodhisatva ini adalah pemimpin dari satu kelompok besar yang masing-masing dari mereka itu memimpin rombongannya yang jumlahnya seperti pasir-pasir dari 60 ribu sungai Gangga. Lebih-lebih lagi, yang lain memimpin kelompok mereka yang banyaknya seperti pasir-pasir dari 50 ribu, 40 ribu, 30 ribu, 20 ribu, 10 ribu sungai Gangga; Lebih-lebih lagi, menurun sampai sebanyak pasir-pasir dari 1 sungai Gangga, pasir-pasir dari setengah sungai Gangga, seperempat darinya, sampai satu pecahan dari padanya yang merupakan jumlah seper seratus dari seribu koti nayuta dari para pengikut; lebih-lebih lagi ribuan koti nayuta penganut, lebih-lebih lagi ribuan koti penganut, lebih-lebih lagi ratusan ribu penganut, atau bahkan seribu; lebih-lebih lagi seribu, seratus, dan bahkan sepuluh: lebih-lebih lagi mereka yang memimpin 5, 4, 3, 2, atau 1 pengikut; lebih-lebih lagi satu orang yang sendirian yang selalu berbahagia didalam melaksanakan pengasingan diri. Para Bodhisatva semacam ini adalah diluar jangkauan penjumlahan maupun perbandingan. Tatkala Bodhisatva-Bodhisatva ini telah bermunculan dari dalam bumi, kemudian masing-masing menaiki Stupa Indah dari 7 Benda Berharga diatas angkasa itu dimana Sang Tathagata Prabhutaratna dan Sang Sakyamuni Buddha berada. Ketika mereka telah tiba, mereka bersujud dihadapan kedua Yang Maha Agung itu dan kemudian pergi kepada para Buddha serta duduk diatas tahta-tahta singa dibawah pepohonan permata. Mereka juga menghormati para Buddha itu dengan berpradaksina mengelilinginya sebanyak tiga kali serta dengan tangan terkatup mereka memuja dan memuji para Buddha itu dengan segala macam lagu pujian para Bodhisatva. Kemudian mereka berdiri pada satu sisi dan memandang kedua Yang Maha Agung itu dengan gembira. Sejak saat pertama kali para Bodhisatva-Mahasatva ini muncul dari dalam bumi dan memuja para Buddha dengan segala macam lagu puji, sang waktu telah berlalu selama 50 kalpa kecil. Selama waktu ini Sang Sakyamuni Buddha duduk dengan tenang dan tenang p**a keadaan keempat kelompok itu. Dengan kekuasaan yang hebat dari Sang Buddha, maka jangka waktu 50 kalpa itu hanya terasa setengah hari saja bagi para orang-orang. Pada saat itu keempat kelompok yang juga dengan kekuasaan yang hebat dari Sang Buddha, melihat para Bodhisatva yang dimanapun juga memenuhi tempat dari ratusan ribu koti kawasan-kawasan yang tak terbatas jumlahnya. Diantara kelompok para Bodhisatva_itu terdapat 4 guru terkemuka. Yang pertama bernama Visishtakaritra, yang kedua bernama Anantakaritra, yang ketiga bernama Visudhakaritra, dan yang keempat bernama Supratishthitakaritra. Keempat Bodhisatva ini adalah ketua dan pemimpinpemimpin kelompok mereka. Dihadapan kelompok mereka yang besar itu, masing-masing dari mereka memandang Sang Sakyamuni Buddha dengan tangan terkatup dan menanyakan keadaanNya seraya berkata “Yang Maha Agung, Apakah Engkau sakit dan duka, dan apakah Engkau baik-baik saja ? Apakah mereka yang harus Engkau selamatkan telah bersedia menerima ajaranMu ? Apakah mereka membuat Yang Maha Agung tidak merasa letih ?“
Kemudian keempat kelompok Bodhisatva-Bodhisatva agung itu berkata demikian dalam syair:
“Apakah Yang Maha Agung baik-baik saja,
Dengan sedikit rasa sakit dan duka? Didalam memberi petunjuk pada seluruh umat,
Apakah Beliau Tidak bercemas hati lagi? Dan apakah semua mahluk
Bersiap sedia menerima ajaranNya? Apakah mereka membuat Yang Maha Agung
Tidak merasa letih ?“
Kemudian didalam pertemuan agung para Bodhisatva itu, Sang Buddha bersabda demikian, “Begitulah, begitulah, putera-puteraKu yang baik ! Sang Tathagata berada dalam keadaan yang baik-baik saja dengan sedikit rasa sakit dan duka. Para umat ini sangat mudah dirubah dan Aku pun tidak bercemas hati lagi. Karena seluruh umat ini selama banyak generasi telah tiada henti-hentinya menerima petunjukKu dan memuliakan serta memuja para Buddha yang terdahulu yang telah membina akar-akar kebajikan. Sejak pertama kali para mahluk ini melihatKu dan mendengarkan khotbahKu, semua menerimanya dengan penuh keyakinan dan masuk kedalam kebijaksanaan Sang Tathagata, kecuali mereka yang telah terlebih dahulu menjalankan dan mempelajari tentang kendaraan kecil; namun demikian orang-orang semacam ini, sekarang telah Aku buat mereka mendengar Sutra ini dan masuk kedalam bijak-kebuddhaan”
Kemudian para Bodhisatva agung ini berkata demikian dalam syair:
“Bagus, Bagus! Pahlawan Agung, Yang Maha Mulia ! Seluruh mahluk-mahluk hidup ini
Begitu mudah Engkau rubah, Sehingga dapat memasuki
Kebijaksanaan para Buddha yang sangat dalam itu. Dan setelah mendengarnya, kemudian mereka
mempercayai dan meresapinya
Kami menghaturkan ucapan selamat kepadaMu.”
Kemudian Sang Buddha memuji para ketua-ketua agung ini yaitu para Bodhisatva agung ini seraya bersabda “Bagus, Bagus ! Putera-puteraKu yang baik ! Kalian benar juga untuk mengucapkan selamat pada Sang Tathagata.”
Kemudian Sang Maitreya Bodhisatva beserta kelompok yang lain dari para Bodhisatva yang jumlahnya seperti pasir-pasir dar 8 ribu sungai Gangga, semuanya membayangkan demikian, “Dan dahulu kala kita tidak pernah melihat atau mendengar kelompok para Bodhisatva-Mahasatva agung seperti itu yang telah keluar dari dalam bumi dan berdiri dihadapan Yang Maha Agung dan dengan tangan terkatup mereka memuja dan menanyakan keadaan Sang Tathagata.”
Kemudian Sang Maitreya Bodhisatva-Mahasatva yang menjadi sadar akan pikiran-pikiran yang sedang berkecamuk didalam batin dari para Bodhisatva yang banyaknya seperti pasir-pasir dari 8 ribu sungai Gangga itu, dan juga karena dia sendiri ingin menyirnakan keraguannya sendiri, maka dengan tangan terkatup, Ia menuju kearah Sang Buddha dan bertanya kepadaNya dalam syair demikian:
“Ribuan koti yang tak terbatas ini,
Kelompok besar dari para Bodhisatva ini,
Seluruhnya belum pernah kami lihat sebelumnya. Berkenanlah untuk menjelaskannya, Yang Maha Agung,
Dari kawasan-kawasan manakah mereka datang
Karena apakah mereka berkumpul. Tubuh yang maha besar, dari kekuatan gaib,
Dari kebijaksanaan yang tak tergambarkan,
Teguh kemauannya dan ingatannya,
Dengan kekuasaan agung dari penderitaan yang
panjang,
Yang seluruh para mahluk senang memandangnya. Dari manakah mereka datang? Masing-masing para Bodhisatva ini
Memimpin satu kelompok
Yang jumlahnya tiada berbatas,
Seperti pasir-pasir sungai Gangga. Terdapat juga Bodhisatva-Bodhisatva agung
Yang memimpin para pengikut sebanyak pasir-pasir dari 60 ribu sungai Gangga. Kelompok-kelompok perkasa semacam itu
Dengan sepenuh hati mencari jalan kebuddhaan. Pemimpin-pemimpin agung ini yang jumlahnya
Seperti pasir-pasir dari 60 ribu sungai Gangga
Semuanya datang dan memuja Sang Buddha
Serta melindungi dan memelihara Sutra ini. Orang-orang lain yang masih banyak lagi jumlahnya,
Memimpin pengikut-pengikut sebanyak pasir-pasir
dari 50 ribu sungai Gangga,
Sebanyak pasir-pasir dari 40 ribu, atau 30 ribu,
Sebanyak pasir-pasir dari 20 ribu sampai 10 ribu,
Sebanyak pasir-pasir dari seribu atau seratus dan
seterusnya,
Sampai sebanyak pasir-pasir dari satu sungai Gangga,
Sebanyak setengah, sepertiga, seperempat,
Sebanyak satu bagian dari ribuan koti pasir-pasir dari
satu sungai Gangga;
Mereka yang memimpin ribuan nayuta,
Ataupun ribuan koti pengikut,
Maupun hanya setengah koti pengikut
Pemimpin-pemimpin ini masih lebih banyak lagi
Daripada yang telah disebut diatas tadi
Pemimpin dari sejuta atau sepuluh ribu,
Seribu atau seratus,
Atau 50 atau 10
Ataupun tiga, dua maupun satu;
Seorang yang tunggal tanpa pengikut,
Yang menikmati kesepian,
Seluruhnya telah datang bersama-sama kepada
Sang Buddha,
Dalam jumlah yang bahkan lebih besar dari
pemimpin-pemimpin tadi. Sedemikianlah kelompok-kelompok yang besar ini
Sehingga seandainya seseorang dengan tiada putus-putusnya
menghitungnya
Selama sekian kalpa sebanyak pasir-pasir sungai Gangga,
Tetap juga Ia tidak dapat mengetahui selengkapnya,
Kelompok-kelompok Bodhisatva yang besar, agung
Dan bersemangat ini. Yang telah mengkhotbahkan Hukum kepada mereka,
Memberi petunjuk dan menyempurnakannya? Dari siapakah mereka mendapatkan permulaannya? Hukum Buddha yang manakah yang mereka puja ? Sutra siapakah yang mereka terima, pelihara dan
mereka laksanakan? Jalan Kebuddhaan yang mana yang mereka ikuti
Para Bodhisatva seperti ini,
Dengan kekuatan ghaib dan kebijaksanaan yang agung,
Di seluruh kawasan dari celah-celah bumi,
Semuanya meloncat keluar dari tengah-tengahnya. Yang Maha Agung Dan dahulu kala
Kami belum pernah sekalipun melihat hal-hal seperti ini;
Sudilah menjelaskan kami tentang nama
Kawasan dari mana mereka datang. Berkelana dengan tiada henti-hentinya di banyak kawasan,
Saya tidak pernah melihat kelompok semacam itu,
Dan ditengah-tengah kelompok ini
Satupun tidak ada yang saya kenal
Yang dengan tiba-tiba meloncat dari dalam bumi. Berkenanlah menerangkan kepada kami tentang sebabnya. Pertemuan agung yang ada sekarang ini,
Berjumlah ratusan ribu koti yang tak terbatas
Dari para Bodhisatva dan lain-lainnya
Seluruhnya ingin mengetahui hal ini. Bagaimanakah jalannya kisah mereka? Yang Maha Agung dan kebijaksanaan yang tak berbatas! Sudilah kiranya menyirnakan keragu-raguan kami !“
Pada saat itu para Buddha yang telah keluar dari Sang Sakyamuni Buddha dan yang telah datang dari ribuan koti kawasan-kawasan yang tak terhitung dinegeri-negeri yang lain, duduk bersila diatas tahta-tahta singa dibawah pepohonan permata diseluruh penjuru. Pembantu-pembantu dari para Buddha ini masing-masing melihat kelompok besar dari para Bodhisatva yang disegala arah dari jutaan dunia bermunculan dari dalam bumi dan memenuhi ruangan. Dan masing-masing pembantu itu berkata kepada para Buddhanya sendiri-sendiri seraya bertanya, “Yang Maha Agung ! Sekian Asamkhyeya dari kelompok para Bodhisatva yang agung, tak terhitung dan tak terbatas ini, dari manakah mereka semua ini datang ?“
Kemudian masing-masing dari para Buddha itu berkata kepada para pembantunya “Putera-puteraKu yang baik ! Tunggulah sebentar ! Ada seorang Bodhisatva-Mahasatva yang bernama Maitreya yang telah ditetapkan oleh Sang Sakyamuni Buddha sebagai Buddha yang berikutnya, telah menanyakan tentang hal ini. Sekarang Sang Buddha akan memberi jawabannya dan dari jawabanNya itu, Engkau akan mendengarnya sendiri.”
Kemudian Sang Sakyainuni Buddha menyapa Sang Maitreya Bodhisatva, “Bagus, bagus ! Ajita, Engkau telah menanyakannya dengan baik kepada Sang Buddha Tentang peristiwa yang besar. Kalian semua perhatikanlah dengan sepenuh hati dan dengan semangat yang menyala-nyala serta kemauan yang kokoh, karena Sang Tathagata sekarang ini bermaksud untuk membuka dan memaklumkan kebijaksanaan dari para Buddha, daya gaib dan kekuasaan dari para Buddha, kemauan yang berkobar-kobar dari para Buddha, serta daya hebat yang mampu membangkitkan perasaan hormat dari para Buddha.”
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam syair:
“Bersemangatlah dan tetapkan hatimu. Aku akan menerangkan hal ini. Janganlah mempunyai rasa ragu atau gelisah. Karena kebijaksanaan Sang Buddha s**ar sekali dipahami. Kalian yakinilah sekarang,
Bersabarlah dengan kebajikan dari ketabahan,
Karena Hukum ini belum pernah diajarkan sebelumnya,
Kalian semua akan mendengarnya sekarang ini. Pertama-tama Aku tenangkan batinmu sekarang;
Janganlah ragu ataupun bercemas hati. Buddha tidak memiliki kata-kata lain kecuali kebenaran belaka;
KebijaksanaanNya tiada terbatas. Hukum Agung yang telah dicapaiNya,
Begitu dalam dan tiada dapat dibeda-bedakan. Biarlah Aku jelaskan Hukum itu sekarang ini,
Dan kalian semua, dengarkanlah dengan penuh perhatian.”
Setelah Sang Buddha selesai bersabda dalam syair-syair ini, kemudian Beliau menyapa Sang Maitreya Bodhisatva, “Sekarang didalam pertemuan agung ini, Aku nyatakan pada kalian semua. Wahai Ajita! Seluruh Bodhisatva-Mahasatva agung yang jumlahnya sekian asamkhyeya yang tak terhitung dan tak terbatas ini, dan yang telah muncul dari dalam bumi dan yang belum pernah kalian lihat sebelumnya itu, semuanya telah Aku beri petunjuk dan telah Aku pimpin didalam dunia saha ini, setelah Aku mencapai Penerangan Agung. Aku kendalikan batin-batin dari para Bodhisatva ini serta membuat pikiran-pikiran mereka itu selalu berada diatas Jalan. Seluruh Bodhisatva-Bodhisatva ini tinggal disuatu tempat dibawah dunia saha ini, dimana mereka membaca, menghafalkan, meresapi, merenungkan dan memperbedakan sutra-sutra serta memeliharanya dengan benar didalam ingatan mereka. Wahai Ajita ! Putera-putera yang baik ini tiada pernah s**a berbincang-bincang diantara orang banyak, tetapi mereka lebih s**a di tempat-tempat yang sunyi, didalam ketekunan dan kesemangatan. Mereka tidak pernah santai ataupun mempunyai kemelakatan untuk tinggal diantara para dewa dan manusia, tetapi mereka selalu asyik didalam kebijaksanaan yang mendalam dan tanpa mengalami rintangan. mereka selalu bergembira didalam hukum para Buddha serta dengan sepenuh hati mereka mencari Kebijaksanaan Agung dengan giat.”
Kemudian Sang Buddha yang ingin memaklumkan ajaran ini kembali, maka bersabdalah Beliau dalam syair :
“Wahai, Ajita ! Engkau ketahuilah! Seluruh Bodhisatva-Bodhisatva agung ini,
Dari sekian kalpa yang tak terbatas,
Telah mempelajari kebijaksanaan Sang Buddha. Seluruhnya adalah pengikut-pengikutKu
Yang Aku buat mereka agar menginginkan Jalan Agung. Inilah putera-puteraKu
Yang tinggal didalam dunia Buddha ini. Selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan dhuta,
Dengan penuh kegembiraan bertekun ditempat yang sunyi,
Menjauhkan diri dari keramaian mahluk,
Dan tiada s**a banyak bicara. Putera-putera seperti ini
Sedang mempelajari Hukum dari JalanKu,
Selalu bersemangat siang dan malam,
Demi untuk mencari jalan kebuddhaan
Mereka tinggal di kawasan
Dibawah dunia saha. Teguh daya kemauan dan ingatannya,
Selalu dengan rajin mencari kebijaksanaan,
Mereka mengkhotbahkan segala macam
hukum-hukum yang menakjubkan,
Tanpa merasa gentar dalam hatinya. Aku, didekat kota Gaya,
Duduk dibawah pohon Bodhi,
Mencapai Penerangan Agung;
Dan sesudah memutar roda Hukum yang agung,
Kemudian Aku mengajar dan mentakbiskan mereka
Dan membuat mereka terlebih dahulu untuk
bercita-cita mencapai Jalan Agung. Sekarang semuanya telah tinggal didalam keadaan yang pantang kembali
Dan seluruhnya akan menjadi Buddha. Apa yang Aku sabdakan sekarang ini adalah benar adanya;
Percayalah padaKu dengan sepenuh hati! Dari dahulu kala Aku
Telah memberi petunjuk pada seluruh kelompok ini.”
Kemudian Sang Bodhisatva-Mahasatva Maitreya beserta para Bodhisatva yang tak terhitung jumlahnya dan lain-lainnya, semuanya diliputi dengan perasaan ragu dan bimbang dan dengan merenungkan hal yang aneh ini mereka membayangkan demikian: “Bagaimana mungkin dalam waktu yang sedemikian singkat Yang Maha Agung telah mengajar sekian asamkhyeya yang tak terhitung dan tak terbatas dari para Bodhisatva agung seperti .itu serta membuat mereka mencapai Penerangan Agung ?“
Kemudian dengan menyapa Sang Buddha mereka berkata “Yang Maha Agung ! Ketika Sang Tathagata masih seorang pangeran, Beliau telah meninggalkan istana Sakya dan tiada jauh dari kota Gaya, Beliau mengambil tempat dudukNya diatas teras kebijaksanaan serta mencapai Penerangan Agung. Dan sejak saat itu 40 tahun telah berlalu. Didalam waktu yang sedemikian singkat itu, bagaimana Engkau telah dapat melaksanakan perbuatan-perbuatan Buddha yang agung itu, dan dengan daya Sang Buddha dan jasa Sang Buddha, Engkau telah mengajar sekelompok para Bodhisatva terkemuka yang tak terhitung jumlahnya untuk mencapai Penerangan Agung itu? Seandainya seseorang menghitung jumlah dari kelompok para Bodhisatva terkemuka ini selama ribuan koti kalpa, maka ia tidak akan dapat selesai atau mencapai batasnya. Semenjak dahulu kala, mereka semua yang termasuk para Buddha yang tak terhitung dan tak terbatas jumlahnya ini, telah menanam akar kebajikan dan menyempurnakan jalan kebodhisatvaan sehingga mereka hidup dalam kehid**an mulia dengan tiada putus-putusnya. Yang Maha Agung! Hal semacam ini akan sangat s**ar bagi dunia untuk mempercayainya.
“Seandainya saja terdapat seorang yang berwajah tampan dan berambut hitam serta berusia 25 tahun yang menunjuk orang-orang yang sudah lanjut usia dengan berkata “Inilah anak-anakku !“ dan jika orang-orang yang sudah lanjut usia itu juga menunjuk si orang muda itu berkata “Inilah ayah kita yang telah mewujudkan dan membesarkan kita semua.” Maka hal ini sulit untuk dipercaya. Demikian jugalah dengan Sang Buddha yang pencapaian Jalan Agungnya benar-benar belum begitu lama. Namun kelompok besar dari para Bodhisatva yang selama
ribuan koti kalpa yang tak terbatas ini, demi untuk mencari jalan kebuddhaan, telah mencurahkan dirinya dengan penuh semangat dan mereka telah menelaah dengan dalam-dalam, keluar dari, dan tinggal didalam ratusan ribu koti yang tak terbatas dari renunganrenungan dan mereka telah p**a mencapai kemampuan gaib yang agung serta telah lama hidup mulia. Mereka juga telah mampu setindak demi setindak mempelajari segala macam hukum-hukum yang baik dan mereka juga ahli dalam pertanyaan dan jawaban serta mereka merupakan sumber kekayaan dan hal-hal yang paling aneh di seluruh dunia. Hari ini, Yang Maha Agung baru saja bersabda bahwa ketika Beliau mencapai jalan kebuddhaan, Beliau dari semula telah membuat mereka agar mencapai Penerangan Agung, memberinya petunjuk dan memimpinnya, serta menyebabkan mereka semua maju kearah Penerangan Agung. Hal ini tidak begitu lama sejak Sang Buddha menjadi seorang Buddha, namun demikian Beliau telah mampu melaksanakan perbuatan agung yang bermanfaat ini. Meskipun kita masih tetap percaya bahwa apa yang telah dikhotbahkan Sang Buddha dengan baik dan titah-titah apa yang telah disabdakan oleh Sang Buddha, semuanya tidak pernah salah, begitu juga dengan pengetahuan Sang Buddha yang telah kita resapi. Namun begitu, jika para Bodhisatva yang baru saja ditakbiskan mendengar pernyataan ini, sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti, mungkin mereka tidak akan mempercayainya dan hal ini akan dapat membangkitkan sebab-sebab tindakan yang salah sehingga dapat merusak Hukum. Oleh karenanya, Yang Maha Agung ! sudilah kiranya untuk menjelaskannya agar keragu-raguan kami ini sirna sehingga putera-puteraMu yang baik digenerasi yang mendatang, tidak akan timbul p**a rasa ragu dan bimbang ketika mendengar hal ini.”
Kemudian Sang Maitreya Bodhisatva yang ingin untuk memaklumkan ajaran ini kembali, maka berkatalah Beliau dalam syair:
“Sang Buddha yang tertua dari marga Sakya
Meninggalkan kediamanNya dan didekat kota Gaya
Mengambil tempat dudukNya dibawah pohon Bodhi;
Dari waktu itu tidaklah begitu lama. Putera-putera Sang Buddha ini,
Yang jumlahnya tak terbatas,
Telah lama menjalankan jalan kebuddhaan,
Semuanya teguh kekuasaan kebijaksanaannya yang ghaib;
Mereka telah ahli dalam jalan kebodhisatvaan,
Dan semuanya bersih dari hal-hal keduniawian
Seperti bunga teratai didalam air;
Bermunculan dari dalam bumi,
Semuanya dengan perasaan hormat
Ketika mereka berdiri dihadapan Yang Maha Agung. Hal ini sangat sulit dipahami;
Bagaimana mungkin hal itu dipercaya? Karena baru saja Sang Buddha telah mencapai Jalan Agung
Dan banyak hal yang Beliau sempurnakan bersamaan. Sudilah kiranya menyingkirkan segala kebimbangan,
Jelaskanlah dan beritahukanlah kami tentang makna
yang sebenarnya! Seperti halnya seorang laki-laki yang muda dan perkasa,
Baru berusia 25 tahun,
Menunjuk putera-puteranya yang berusia sangat lanjut;
Dengan rambut yang telah memutih dan wajah yang berkeriput
Berkata, “Mereka semuanya ini aku peranakkan.”
Sang anak juga berkata, “Inilah ayah kami.”
Sang ayah muda dan sang anak tua,
Seluruh dunia tidak akan mempercayainya. Begitu jugalah dengan Yang Maha Agung;
Baru sajalah Beliau mencapai Jalan Agung. Namun seluruh para Bodhisatva ini
Semuanya kokoh kemauannya, berani dan perkasa,
Dan dari sekian kalpa yang tak terbatas
Telah mengikuti jalan kebodhisatvaan;
Ahli dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang rumit,
Jiwa mereka tiada kenal takut;
Tegas dalam jiwa mereka yang sabar,
Bermartabat dan mulia,
Mereka dipuja oleh para Buddha seluruh semesta;
Pandai mempertimbangkan dan berkhotbah,
Mereka tidak menikmati keramaian,
Tetapi senantiasa senang bermeditasi;
Demi untuk mencari jalan kebuddhaan,
Mereka berdiam di kawasan bawah. Kami, setelah mendengarnya dari Sang Buddha,
Tidak beragu hati dalam masalah ini;
Tetapi kami memohon pada Sang Buddha, bagi
pendengar-pendengar yang mendatang,
Akan menjelaskan agar mereka mengerti
Jika seseorang berbimbang hati
Dan tidak mempercayai Sutra ini,
Dia akan terjatuh kedalam jalan kedurhakaan,
Mohon menerangkannya kepada mereka sekarang ini,
Bagaimana para Bodhisatva yang tak terbatas ini,
Dalam waktu yang sedemikian singkat,
Telah diberi petunjuk dan ditakbiskan
Serta tinggal didalam tingkat yang tiada pernah bersurut.
Click here to claim your Sponsored Listing.
Address
Jalan Silang Merdeka, SADDHARMAPUNDARIKASUTRA
Jakarta
Bellezza BSA 1st Floor Unit 106 Jalan Permata Hijau Kebayoran Lama Jakarta
Jakarta, 12210
MyLegacy.id Estate Management& Inheritance Planning Advisory ||We help you prepared and protect yours
Jalan S Parman Kav 22-24
Jakarta, 10230
With Prodigy Dreams Do Come True
Jalan Maleo Raya Blok G4 Bintaro Jaya 9
Jakarta, 12330
JakartaService : Professional Business & Corporate Services Provider
Jalan Duren Tiga Raya 134
Jakarta, 10570
Sports Betting As A Legitimate Alternative To Investment Beat the Sports market and optimize our tot
Jln. Penjernihan I No. 16 Kompleks DepKeu, Bendungan Hilir
Jakarta, 10210
Speaker Exchange Indonesia (SEI) is the leading Indonesian speaker bureau. Check us out at http://www.speaker-exchange.com
Jalan Panjang 81C, Duri Kepa, Kebon Jeruk/West Jakarta Kompleks Graha Elok Mas
Jakarta, 11510
Terima Kasih telah mengunjungi page kami. Silahkan juga untuk membuka www.bhinneka-broker.co.id
MGK Kemayoran Lantai 6 Blok G2 No. 1/3
Jakarta, 10610
Toko kredit velg mobil racing dan ban mobil berlokasi di MGK Kemayoran Jakarta Pusat.
Jalan Ciputat Raya No. 28B, Kebayoran Lama Selatan
Jakarta, 12240
GudangVoucher.com adalah dompet virtual (e-wallet) yang digunakan untuk pembayaran games, software, dll. Dapatkan Google play, iTunes, atau Facebook credit dgn mudah.
ANZ Tower 23rd Floor; Jalan Jend. Sudirman Kav. 33A
Jakarta, 10220
Line of Business: Management Consultant Legal & Management Training Center In House Training on Legal & Management Event Management Traveling Management
Jalan Pluit Karang Permai Blok N6 S/5
Jakarta, 14450
YoungBiz is an organization specializing in business, entrepreneurship and financial literacy for YOUTH. Let's network, share your thoughts and ideas and prepare ourselves for a su...
Jalan Raya Kelapa Gading Blok A/6
Jakarta, 14240
Software akuntansi General Ledger (GL). Dilengkapi dengan built-in fungsi AR dan AP aging schedule, berbahasa Indonesia, dengan pemrograman ter-struktur.Programmer ERP anda pun dap...