Syahbarul Ain Munthe
Visi
Tumbuh bersama menembus batas-batas perbedaan. Sekarang ini layanan PPOB dapat dengan mudah ditemukan di setiap daerah.
Peluang Bisnis PPOB
PPOB atau Payment Point Online Bank adalah istilah yang sering digunakan oleh penyedia jasa pembayaran secara online terhubung dengan internet yang menggunakan jasa bank. Selain fungsi utama sebagai tempat penyimpanan uang/tabungann dan menyalurkan dana kredit, bank juga melayani pembayaran tagihan PLN, Telkom, Air PDAM, Leasing, dan sebagainya. Bisnis loket PPOB memberi kemud
Apa esensi dari neoliberalisme? Jawab Pierre Bourdieu : “A program for destroying collective structures which may impede pure market logic.”[1] Ataukah kita juga bisa bertanya, apakah ada pemuja habis-habisan collective structures dan sekaligus menghancurkan logika pasar murni? Dari dua hal ini kita bisa belajar banyak, terutama dari bermacam catatan sejarah. Bagaimana sejarah mencatat ungkapan ‘laissez-nous faire’ yang muncul di tahun 1681-an, misalnya. Dan bagaimana itu kemudian mempengaruhi sebagian cara manusia bertindak. Sebuah ‘rumus’ sederhana layaknya e=mc2 itu, tetapi dampaknya sangat luas. Tinggalkan kami, biarkan kami urus sendiri, demikian kira-kira jawaban pedagang ketika petinggi ‘mega’ struktur kolektif saat itu bertanya apa yang bisa dilakukannya untuk memajukan perdagangan, tahun 1681 di Perancis sono. Menjadi ‘rumus’ sederhana layaknya e=mc2 karena ungkapan itu menjadi terdukung secara sosial melalui bermacam tulisan via media cetak yang dikembangkan Guttenberg 200 tahun sebelumnya. ‘Laissez-nous faire’-pun kemudian menjadi salah satu horison dimana di dalamnya menjadi lebih mungkin diletakkan bermacam kemungkinan. Adam Smith yang lahir 50 tahun setelah ungkapan ‘laissez-nous faire’ terlontar, dan di tengah ‘semangat jaman’ untuk mencari ‘penjelasan umum’ terhadap segala hal saat itu, melalui karya-karyanya kemudian menjadi semakin jelas mengapa ‘laissez-nous faire’ itu ternyata tidak hanya ngibul saja. Tetapi ngibul atau tidak, ternyata di ujung-jauh-nya ‘laissez-nous faire’ semakin menampakkan sisi gelapnya, ketidak-adilan, ketimpangan, dan bahkan kemudian ‘perbudakan baru’, exploitation de l’homme par l’homme. Dan berapa biaya yang harus dibayar oleh sejarah kemanusiaan terhadap hal tersebut? Sejarah mencatat korban manusia ada di puncaknya.
Empat tahun sebelum ‘laissez-nous faire’ terlontar, Spinoza sudah menegaskan bahwa hasrat adalah merupakan esensi dari manusia. Dan bagaimana jika Nietzsche di penghujung abad 19 benar bahwa gejolak hasrat dominan manusia adalah soal power? Soal kuasa? Gejolak hasrat yang selalu bergejolak dalam ‘prinsip kesenangan’ di ‘dunia’ id –the “It” freudian itu? Gejolak hasrat yang menjadi ‘tidak bebas’ ketika super-ego menjadi sosok ‘diktator’. “Tuhan telah mati!” demikian seru Nietzsche untuk lebih menguak soal ‘superman’. Atau menurut group asal Bali itu : “Superman is dead!” ‘Superman’ mati karena kebebasannya telah dibelenggu oleh ‘super-ego’ yang berubah menjadi sewenang-wenang.
Maka cerita-besarnya adalah soal batas, yang bahkan sudah dibawa Bumi sejak ia menjadi mungkin untuk hadirnya makluk hidup, termasuk manusia. Bumi yang ada di zona Goldilocks-nya. Bahkan kemajuan-pun adalah soal batas, memajukan batas, memajukan horison. Dalam perjalanan hidup manusia, memajukan batas itu bisa-bisa tidak selalu berlangsung damai-damai saja. Ada yang ingin status-quo karena segala kenikmatan yang diperolehnya, tetapi ada yang ingin memajukan batas karena dengan itu ia menjadi lebih besar potensinya. Bagaimana manusia semakin paham akan ‘batas’ adalah juga bagaimana manusia menapak jalan kedewasaannya. Dalam dunia patron-klien, kedewasaan, terlebih yang ada dalam posisi klien-nya, sangat perlu untuk diperhatikan dengan sangat-sangat serius. Supaya rejim tidak jatuh dalam situasi Oedipus complex. Tanpa beban ia akan membunuh republik demi cintanya pada si-patron. *** (02-02-2023)
[1]
The essence of neoliberalism Open access // by Pierre Bourdieu (Le Monde diplomatique - English edition, December 1998)
DESA GLOBAL
Enam-puluh tahun lalu -1962, hampir seusia umur republik, Marshall McLuhan mengenalkan isilah Desa Global, Global Village, dalam bukunya The Guttenberg Galaxy. Lima tahun setelah Guttenberg Galaxy terbit, Guy Debord di Perancis menerbitkan The Society of the Spectacle, terjemahannya dalam bahasa Inggris. Tiga tahun kemudian, 1970, Alvin Toffler menerbitkan trilogi pertamanya, Future Shock. Titik berangkat ketiga buku adalah adanya fakta-fakta faktual berkembangnya modus komunikasi, dan juga fakta-fakta potensialnya. Masing-masing dengan imajinasinya sendiri-sendiri. Lalu apa imajinasi dari yang ngumpulin kepala-desa akhir-akhir ini?
Jika kita bicara keadilan menurut Platon mungkin kita masih perlu banyak tambahan masukan lagi, tetapi apapun itu pendapat Platon tentang keadilan itu bisa kita jadikan ‘alarm-deteksi-dini’ berkembangnya ketidak-adilan. Menurut Platon, keadilan akan mewujud jika masing-masing melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Kelas ‘filsuf-raja’ melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, demikian juga kelas serdadu dan kelas pedagang/petani. Tentu ini masih bisa diperdebatkan, tetapi seperti disebut di atas, bisa kita bayangkan, ketika masing-masing tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya maka kita bisa juga membayangkan membesarnya potensi ketidak-adilan. Jika ‘masing-masing melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya’ dan ‘keadilan’, bukankah itu sedikit banyak adalah soal ‘efisiensi’ dan ‘berkeadilan’, seperti ada dalam UUD 1945 hasil amandemen itu? Tentu akan ada banyak pernak-perniknya karena bagaimanapun kedua ‘klaster’ itu bukanlah klaster terpisahkan. Tetapi rejim yang miskin dalam perspektif efisiensi saat ‘menggunakan kuasa’, kita bisa melihat ia juga akan rabun bahkan buta soal keadilan. Semau-maunya. Apapun akan dipertaruhkan demi kuasa. At all cost.
Desa mengepung kota? Jika tidak ada senjata, itu hanyalah mitos saja. Terlebih di abad-21 ini. *** (21-01-2023)
Go Organik..👍
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Contact the business
Telephone
Website
Address
Bangko
Jambi
37353
Jambi, 36136
The Ancient art of Mehndi for BRIDAL, only with natural Henna Powder, located in JAMBI - sumatera
Jambi, 36613
Management Xentre.Net: -Ibu Erniwati -Wahyudi Dermawan -Rizki Anak Xentra -Ajie Anak Xentra & Friends.....
Jln. SLAMAT RIADI RT 016 KEC DANAU SIPIN KOTA
Jambi, 36121
MENJUAL PERLENGKAPAN CETAK BLANKO YASIN COVER YASIN PLASTIK OPP ROLL BANNER & Y-BANNER DLL
Jambi, 36139
Melayani pengurusan pt cv yayasan perkumpulan kelompok tani Npwp, Izin praktek
Jalan RB Siagian Simpang Candra Pasir Putih
Jambi, 36136
Menjual motor Yamaha terbaru
Jalan Yos Sudarso RT 09 Si Jenjang
Jambi, 34169
harga ekonomis.. model trendy.. dan desainer kreatif