Najaba Tour Travel
Nearby travel agencies
Kampug Ulu Resto
56192
Borobudur
Jalan Mayjend Bambang Soegeng
56131
Srumbung
Jalan Badrawati, Borobudur
Basecamp Sutris Merbabu Via Suwanting
56126
56151
Jalan Borobudur
Borobudur Magelang
Alamat
Jalan Magelang/Jogja
Go anywhere anytime
NAJABA; Absolutely art of the adventure.
Call 081329107565
maaf, kuharus cintai LIA. karena hanya dia yang sanggup mengantarkanku pulang ke pangkuanmu.
TUNGTES
Ini cerita sudah agak lama (bahasa kerennya late post). Tapi tidak mengapa, karena saya hanya ingin menceritakannya saja, tidak lebih tidak kurang (bukan pipolondo alias ping poro lan sudo).
Kemarin lusa sore (keterangan waktu yang membingungkan), sepulang dari kantor (tepatnya konter) saya singgah (sebenarnya sengaja) ke warung bakso dan mie ayam yang jaraknya (seperti DPU saja kerjanya menghitung jarak)tidak begitu jauh. Saya pesan tiga porsi (bukan karena saya rakus)mie ayam plus bungkusnya untuk memenuhi pesanan istri di rumah (istri saya juga tidak rakus lho).
Setelah menyerahkan uang 24.000 kepada penjualnya (tulis “membayar” saja kok repot amat sih), saya langsung tungtes (ungkapan najma untuk ayahnya ketika menggenjot motor) sepeda motor dan meluncur pulang ke rumah (bukan rumah pribadi).
Di tengah jalan (maksudnya setengah perjalanan), saya mendengar suara aneh dan tidak biasa dari dalam knalpot motor tua saya. Saya coba usir (memangnya jin dan setan) dengan memblayer-blayerkan gas berkali-kali. Tapi sayang, suara itu justru jadi hilang sama sekali (bagaimana sih, membingungkan) bersama dengan suara knalpot yang biasa kudengar. Akhirnya (sebenarnya belum berakhir), saya pinggirkan motor dan melakukan tungtes berkali-kali tapi hanya menguras tenaga dan membuang-buang energi (ya jelas lah, untuk makan dan tidur saja kita juga mengeluarkan energy).
Merasa gagal (seperti ujian saja), saya lihat saja motor itu beberapa saat. Saya merogoh (sepertinya bukan bahasa Indonesia) HP di dalam kantong (bukan kantong plastic), bukan untuk menghubungi siapa-siapa (karena memang tidak ada yang akan saya hubungi). Hanya sekadar mengecek (merasa sok jadi orang penting) apakah ada sms atau panggilan masuk.
Kenyataannya memang demikian, banyak sms dan missed call (bukannya sok penting lho ya) yang masuk ke Hp saya. Setelah saya baca (urutannya baca sms baru baca missed call ya), ternyata isinya cuma permintaan pulsa (bukan mama yang minta pulsa) dan voucher listrik dari pelanggan (bahasa inggerisnya customer lho).
Dalam batin saya, nanti saja lah saya balas (kalau sempat balas) kalau sudah sampai di rumah. Sekarang ini saya lagi dalam masalah (seperti ditangkap KPK aja). Saat berniat (memangnya mau shalat?) memasukkan HP kembali ke dalam kantong (saya ulangi sekali lagi, bukan kantong plastik), HP berdering kembali. Nadanya (sok tahu nada) bukan nada sms, tapi nada panggilan masuk dengan nomer tidak dikenal (memangnya pernah kenalan sama nomer? Ada-ada aja).
Saya angkat saja teleponnya (memangnya dari tadi ditaruh di tanah sampai mau diangkat segala).
“Halo, pak.”
“Iya, siapa ya?”
“Saya pak, Pulan” (bukan nama sebenarnya, disembunyikan semata-mata untuk kepentingan keamanan).
“Oh, iya pak Pulan, ada apa ya?” (pertanyaan standard jika ditelepon seseorang).
“Saya butuh tiket Jogja-Jakarta untuk keberangkatan besok pagi. Bisa dibantu ya?” (Ingat, saya bukan pembantu lho ya. Hehe)
“Iya pak, nanti saya cek kan harga dan jam keberangkatan. Untuk berapa orang?” (Harapan saya sih banyak orang biar asyik).
“Saya sendiri pak. Kalau bisa segera ya pak.” (Dalam hati saya, apa orang ini tidak tahu kalau saya lagi mogok di tengah jalan).
“Iya pak, nanti kalau sudah sampai rumah segera saya cek kan. Ini motor saya lagi mogok di jalan.”
“O, iya pak. Trimakasih. Sekalian nanti kirim nomer rekeningnya ya kalau sudah dibookingkan.”
“Siap pak.”
Setelah panggilan ini selesai, saya benar-benar memasukkan hp ke kantong. Kembali saya melihat motor, (kembali diingatkan pada kenyataan pahit motor yang mogok)setelah mendapatkan sedikit hiburan (pesen tike tom, bukan hiburan) yang menguntungkan. Kukerahkan daya dan upaya (kaya mau perang aja) untuk men-tungtes motor kembali. Tapi tidak juga berhasil.
Akhirnya saya pasang kembali standar, turun dari motor. Saya amati sebuah selang di bawah tangki motor. Saya buka selang yang menuju ke karburator (biar dikira paham spare part motor), bensinnya tidak mengalir. Saya goyang-goyangkan motor (emangnya sedang dangdutan) suara gemricik bensin masih banyak. Saya pasangkan lagi selang yang menuju ke karburator tersebut. Di pangkal selang itu ada tuas, (memangnya namanya tuas?) saya putar kira-kira 90 derajat (kaya ahli matematika saja). Saya biarkan motor beberapa saat, baru saya tungtes lagi.
Aneh, (ya memang begitu mekanismenya kali) suara knalpot dari motor saya kembali hidup. Kelalaian membuka kran bensin ke karburator menjadi penyebab utama saya harus menerima pesanan tiket pesawat lagi (gak ada hubungannya kali). Hehehe.
Ini cerita lain dari NAJABA, tunggu cerita-cerita selanjutnya.
Ngopi Seorang Diri
Malam itu, Najaba sedang asyik membaca guyonan-guyonan di grup whatsapp. Mulai dari Mukidi sampai Mukidah. Najaba, meskipun sedang sendirian, tertawa-tertawa seperti orang gila. Padahal, malam ini Najaba berencana meneruskan membaca buku Anak Semua Bangsa yang dibelinya tadi pagi menjelang siang.
Di salah satu grup whatsapp di HPnya terdapat satu grup yang berisi orang-orang “gila” semua. Grup itu namanya “Kuntul-Baris Kapitalis”. Entah apa maksudnya, yang jelas, namanya seringkali berubah-ubah. Tepatnya dirubah-ubah oleh para adminnya sesuai keinginan mereka sendiri, dan tanpa maksud yang jelas juga.
Di dalam grup tersebut, diunggah foto salah satu teman yang sedang berkunjung ke Surabaya. Tak perlu saya sebut nama di sini, karena tidak ada kepentingannya. Melihat foto itu, sebagai teman, Najaba mengajak mereka ngopi bareng di dekat-dekat rumah Najaba, di sekitar Masjid Al-Akbar Surabaya.
Salah seorang dari teman di dalam grup itu menanggapi ajakan Najaba, dia menuliskan. “Kita lagi ngopi di Kauman.” Najaba, yang saat itu sedang makan, menimpali karena tidak tahu kauman itu mana. “Kauman itu mana?” Teman yang bilang lagi ngopi di Kauman tadi membalas lagi. “Katanya penguasa Masjid Akbar, masak kauman tidak tahu? Itu lho sebelahnya kantor PWNU. Pas tikungan.”
Najaba baru tahu kalau warung kopi itu namanya Kauman. Karena tempat itu tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 300 meter, Najaba memutuskan untuk segera menyusul mereka. Sampai di sana, Najaba tidak menemukan teman-temannya. Akhirnya dia mencoba menelpon temannya yang tadi bilang sedang ngopi di Kauman. Sayang, telepon Najaba tidak diangkat.
Akhirnya, Najaba duduk dan memesan minuman, kopi dicampur oreo dingin. Najaba lupa namanya, sulit untuk diingat-ingat. Melihat ada tangga, Najaba Tanya pada penjaga warung. “Apakah Najaba boleh pindah ke atas saja?” Penjaga pun memperbolehkan. Di atas, Najaba melihat beberapa rombongan orang sedang ngopi, tapi tidak ada teman-temannya sama sekali. Najaba duduk di pojokan, menikmati indahnya malam di bawah langit, di samping masjid Al-Akbar, dengan beberapa bola-bola temaran warung kopi. Minuman pun datang, Najaba menikmatinya sambil memainkan handphone di tangannya.
Ketika sedang memainkan handphone, ada panggilan whatsapp masuk.
“Ya, halo. Ada apa?” Halo, halo halo. Suaranya tidak jelas, matikan saja. Biar Najaba telepon pake pulsa biasa saja biar jelas.”
Najaba menelpon balik.
“Ya, halo, ada apa Ndul?”
“Aku balik jam enam. Tambah seorang lagi. jadi empat orang.”
“Jam enam pagi?” Jawabku, masih heran.
“Yang jam enam petang, c*t*l*n*.”
“oalah, ok, ok. Nama lengkap yang satunya lagi dikirim segera ya?”
Awalnya saya mengira panggilan masuk dari teman-teman yang ngopi. Ternyata bukan. Panggilaln masuk dari teman Najaba yang tadi siang pesan tiket. Sekarang pesan tiket lagi buat kembali ke Jakarta hari selasa depan. Dia sekeluarga, ditambah satu penumpang lagi, adik kandungnya.
Najaba segera menyeruput es kopi oreonya. Najaba baru mengerti kalau temannya di whatsapp tadi hanya bergurau. Dia tidak benar-benar ngopi di Kauman. Benar-benar gila kan teman-teman Najaba di dalam grup whatsapp yang satu itu. Tapi tidak apalah, toh harga kopinya lebih murah dari prosentase keuntungan issued tiket yang kudapat dari temanku itu.
www.najabatorutravel.com
Najaba dan Buku Anak Semua Bangsa
Beberapa hari belakangan ini, Najaba sedang asyik menyelesaikan bacaan Bumi Manusia. Bacaan itu habis diselesaikan pada hari sabtu malam minggu. Kisah cinta Minke dan Annelies yang diakhiri dengan pelayaran paksaan Annelies ke negeri Kincir Angin itu, menyisakan tanda tanya besar dan rasa ingin tahu yang menggebu-gebu di hati Najaba. Karena Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi tulisan Pram, maka Najaba sangat berkeinginan membaca buku kedua, Anak Semua Bangsa.
Pada keesokan harinya, minggu, Najaba berada di rumah sendirian. Dan memang pada hari-hari weekend, Najaba lebih sering sendiri karena teman-temannya hampir tiap weekend pulang kampung. Karena merasa sepi dan penasaran akan lanjutan cerita Minke dan Annelies, Najaba memutuskan untuk mencari seri kedua dari tetralogi buku itu.
Dia menuju ke salah satu toko buku yang sering dikunjungi, T*** Mas. Di sana hanya ada seri ketiga dari tertalogi itu, Jejak Langkah. Seri keduanya sudah habis. Akhirnya Najaba memutuskan untuk mencari buku kedua itu di toko buku lainnya di pusat kota, Gr***dia. Ini kali pertama ia masuk toko buku itu di Surabaya.
Sesampai di toko, ia berkeliling, membaca-baca rak-rak buku, mencari rak yang bertuliskan novel atau fiksi. Setelah ketemu, dia melihat-lihat deretan buku di rak-rak tersebut. Ketemulah buku-buku tetralogi itu. Dilihatnya harga yang tertera di belakang sampul buku. Setelah itu, buku itu dikembalikan pada tempat semula. Najaba menurutkan kedua langkah kakinya, kedua matanya tetap terarah pada buku-buku yang berjajar-jajar, berbaris-baris.
Tak lama, handphonnya berdering.
“Halo, pie Ndul, ada apa?”
“Kamu lagi apa?”
“Jalan-jalan di toko buku.”
“Carikan tiket hari ini, dari Jakarta ke Semarang.”
“Hari ini.?! Jam berapa? Mendadak sekali.” Jawab Najaba.
“Jam 15 an, tadi aku cek di web-web online ada.”
“Sebentar ya, aku lagi di toko buku. Belum bisa transaksi, token e-banking ku di rumah. Nanti kalau sudah di rumah Najaba carikan.”
“Masih lama pulangnya?”
“Mungkin sejam lagi.”
“Nanti keburu ga bisa berangkat lah.”
Kenapa ga cari di web-web ticketing aja? Coba sambil cari dulu. Kalau belum dapat, nanti sesampai di rumah Najaba bantu carikan.”
“Sudah, tapi time limit bayarnya cuma sebentar, tidak cukup waktuku. Oke.”
Beberapa saat kemudian, Najaba mengambil seri kedua buku tetralogi itu dan menuju ke kasir. Setelah membayar harganya, Najaba langsung pulang ke rumah untuk segera membuka lanjutan cerita itu.
Sampai di rumah, Najaba menghubungi temannya yang minta bantuan dicarikan tiket tadi.
“Sudah dapat tiketnya? Siapa yang mau bepergian?”
“Belum, saya sekeluarga, bertiga.”
Najaba segera membuka website miliknya, membuka laman ticketing pesawat. Melakukan booking perjalanan untuk temannya sekeluarga dari Jakarta ke Semarang.
“Jam 15. 15, S**w*j**a air. Issued?”
“ok. Issued langsung. Saya siap-siap lalu langsung menuju bandara.”
“Issued done. Tiket sudah Najaba kirim ke WhatsApp.”
“Ok. Terimakasih.”
“Yup. Sama-sama. Ngomong-ngomong, ada apa kok mencari tiket mendadak?”
“Mbah saya ada yang meninggal di kampung.”
“Semoga khusnul khotimah, turut berduka cita. Dan semoga perjalannya lancar.”
“Ya, terimakasih. Amin.”
Dalam hati, Najaba bergumam.
“Untungnya punya website tour travel sendiri sehingga dapat membantu teman yang sedang membutuhkan. Selain itu, sedang apa dan di mana pun, kita tetap dapat melayani orang yang membutuhkan jasa kita. Belum lagi, kita masih dapat prosentase keuntungan tersendiri, meskipun kita menjual tiketnya sama dengan harga yang diberikan dari maskapai.”
www.najabatorutravel.com
Tiket mudik, tiket mudik. Siapa lagi yang mau tiket mudik?
NAJABA tour travel, kemana saja kapan saja.
www.najabatourtravel.com
Suatu sore di Cianjur
www.najabatourtravel.com
Rencanakan mudik lebaran anda sejak sekarang, sebelum datang rasa penyesalan di belakang.
TOUR TRAVEL
www.najabatourtravel.com
S**a dapat transferan dan bonus2an?? Mari bergabung bersama NAJABA. ;)
Tak disangka bisnis travel semudah ini menjalankannya. :)
Trimakasih pak Wijanarko di Solo yang mempercayakan penerbangannya kepada NAJABA TOUR TRAVEL. Semoga perjalanannya menyenangkan.
Warm Regard
Titis Aryasupang
Director NAJABA
Mau ikut jualan tiket???
MudahMudah saja prosedurnya.
Fly anywhere, anytime.
Lets begin to be businessman with
new logo, new spirit.
www.najabatourtravel.com
Libur panjang; jalan darat semakin macet dan melelahkan, jalan udara lancar jaya sentosa. Siapa lagi yang mau booking tiket pesawat, mari merapat.
Bukan saatnya papa minta saham, waktunya papa minta tiket.
www.najabatourtravel.com
Bagi anda yang s**a dengan dunia travelling, NAJABA TOUR TRAVEL menyediakan ribuan tiket PROMO dengan harga yang super bersaing. Buktikan saja di www.najabatourtravel.com
a nice trip :)
Click here to claim your Sponsored Listing.
Category
Website
Address
Jalan Raya Magelang-Purworejo Km. 19 Magelang
Magelang
Jalan Borobudur Ngadiharjo, Dusun Ngaran 2, RT. 001/RW. 006, Borobudur
Magelang, 56553
SvargaBumi Borobudur adalah Destinasi Wisata Sawah favorit untuk Swafoto
Jalan Raya Candirejo, Kaliduren, Candirejo, Kec Borobudur
Magelang, 56553
Sewa VW borobudur melayani : �Paket VW tour �Wedding car �Prewedding Untuk info dan pemesanan
Borobudur
Magelang, 56553
Kami adalah penyedia layanan pariwisata VW Borobudur di Desa Wisata Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Barepan Rt. 02 Rw. 05, Wanurejo, Borobudur
Magelang, 56553
Kami melayani paket wisata Explore Borobudur dan sekitarnya, Wisata Edukasi, Wisata Budaya, Capacity Building, Outing Class,Demo Product Batik Tulis, Demo Produk Wayang Kertas, Si...
Parakan, Ngargogondo, Borobudur, Kab. Magelang
Magelang
Selamat datang para pengunjung wisata Taman Kelinci Desa Bahasa Borobudur, silahkan menikmati suasana dan rangkaian acara wisata dan edukasi ala Desa Bahasa Borobudur, -Istana Ke...