Penerbit Mnc
Penerbit buku Mayor
Penerbit Buku Indie
Percetakan Print on Demand
Percetakan Offset
Distributor Buku
Plastik Shrink Buku
Satu Abad Stadion Gajayana
Mungkin terlalu jauh kalau kita mau menelusuri jejak-jejak sejarah Budaya Literasi di Malang Raya, dengan menggunakan masa sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Malang Raya. Bisa lebih dari 500 tahun atau bahkan ribuan tahun yang lalu. Meskipun, kajian jejak-jejak sejarah Budaya Literasi di Malang Raya, harus terus dilakukan hingga mungkin bisa mencapai masa sebelum Masehi. Atau bahkan bisa jadi pada masa jauh sebelum itu. Namun, pasti dibutuhkan temuan-temuan bukti yang bisa mendukungnya. Bisa dalam bentuk prasasti, artefak atau temuan bukti sejarah Budaya Literasi yang lainnya. Itulah kenapa setiap karya Literasi, yang saat ini lazim dalam bentuk Buku yang ditulis dan diterbitkan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Sebagai salah satu contoh, adalah penulisan dan penerbitan Buku Spektrum Kota Malang. Yang dimulai Edisi Pertama pada tahun 2023. Penulisan dan Penerbitan Buku Spektrum Kota Malang Kedua, diterbitkan pada bulan April 2024. Dua buku tersebut, saat ini mungkin kurang mendapatkan apresiasi dari generasi saat ini. Namun, para penulis di dalamnya mempunyai keyakinan bahwa kelak pada suatu saat di masa depan, Buku Spektrum Kota Malang akan menjadi rujukan atau referensi utama bagi generasi masa depan, untuk lebih mengenal, menggali ilmu pengetahuan, mencari inspirasi dan berbagai hal terkait Kota Malang. Bayangkan 20 sampai 50 tahun ke depan, ketika generasi di masa itu, ingin mempelajari Kota Malang, dimana mereka bisa menemukan referensinya yang bisa dipertanggung jawabkan? Pasti, salah satu sumber utamanya adalah Buku Spektrum Kota Malang.
Buku Spektrum Kota Malang edisi kedua tahun 2024 ini, secara khusus mengangkat tema utama Satu Abad Stadion Gajayana Malang. Kenapa Satu Abad Stadion Gajayana Malang dijadikan tema utama? Ada apa di dalamnya!? Bagaimana sejarah panjangnya hingga satu abad? Apa pengaruh dan manfaatnya pada ekosistem kehidupan di Kota Malang dan Malang Raya? Bagaimana masa depan Stadion Gajayana Malang? Ada peristiwa bersejarah apa saja di dalam Stadion Gajayana Malang selama usianya Satu Abad? Bagaimana ilmu arsitektur juga bisa digali dari Stadion Gajayana Malang?
Workshop Creative Writing & Learning
Upload ke Instagram video aktivitas berkunjungmu ke Creative Book Fair 3 di Gazebo Perpustakaan UB
(boleh di-upload di Story atau Feed)
lalu tag dan mention kami
Sertakan juga hashtag
Video dengan isi pesan dan caption menarik, akan mendapatkan hadiah buku dari masing-masing peserta pameran Creative Book Fair 3 (total 12 Buku serta berlaku untuk 1 orang pemenang)
Periode lomba:
23-26 September 2024
Tanggal terakhir upload video:
26 September 2024. Pk. 00:00 WIB
Pengumuman pemenang serta pengambilan hadiah:
Jumat 27 September 2024,
Bertempat di Gazebo Perpustakaan UB
Dalam rangka menyambut Mahasiswa Baru Kota Malang, UB Media Press dan IKAPI Kota Malang Bersama Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang, Mengadakan pameran buku:
“CREATIVE BOOK FAIR #3”
yang akan diselenggarakan:
Tanggal : 17 – 27 September 2024
(Senin s.d Jumat. Sabtu & Minggu libur)
Jam : 08:00 - 17:00 WIB
Tempat : Gazebo Perpustakaan Universitas Brawijaya
Dapatkan buku-buku bermutu, penuh ilmu dengan promo-promo menarik:
• Harga mulai dari Rp.5.000/Buku
• Diskon 10 s.d 50%
• Free Gift! (Ballpoint/Bookmark/Blocknote/Totebag)
• Atau kalian juga bisa dapatkan buku satu kantong penuh dengan harga Cuma Rp50.000!
Sobat Pustaka jangan sampai ketinggalan dan sebarkan juga kabar menarik ini ke teman-teman kalian❤📚
Setiap malam kita tidur,
kita tdk tahu apakah kita masih akan hidup esok hari,
tapi kita masih saja mempunyai rencana utk besok..
Itulah " HARAPAN"
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445H
Mohon Maaf Lahir dan Batin
Memperingati Jumat Agung
Wafat Isa Almasih
Om Shanti,
suksma hyang Widhi Wasa
ngaturang bhakti sajroning rahina Nyepi.
Rahajeng rauh nyepi 2024!
Celebrating Our 9th Anniversary
- Journey To 9reatness -
Throughout our journey together, your loyalty has been a constant source of strength and inspiration. Your trust in our partnership has allowed us to overcome challenges, seize opportunities, and achieve milestones that we can be proud of.
Thank you for your ongoing support, hard work, and loyalty. I look forward to many more years of shared successes and accomplishments.
Kupas Buku
Setelah 59 tahun Tan Malaka diakui sebagai salah seorang Bapak Bangsa, terdapat berbagai usaha untuk mengontekstualkan pandangan Tan Malaka dalam praktik tata kelola negara hingga kritik konsep kemakmuran. Dalam Kupas Buku "Berpisah Kita Berjuang, Bersatu Kita Memukul" karya Tan Malaka kali ini kita akan mencoba mengupas pandangan Tan Malaka mengenai arti kemerdekaan Indonesia di tengah perjuangan bangsa-bangsa lainnya.
Mengharapkan kehadiran kawan-kawan untuk belajar bersama dalam mengkaji kembali pemikiran Tan Malaka yang akan dilaksanakan secara luring bersama Abdul Hafidz Ahmad akan dipandu oleh Yogi T. Ardani di Dialectic Gallery Jl. Sumbing 11 - Malang pada hari Rabu, 24 Agustus 2022 pukul 15.00 WIB.
Sampai jumpa dalam Kupas Buku "Berpisah Kita Berjuang, Bersatu Kita Memukul"
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
"Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini,
tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup,
tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi "
- Jenderal Sudirman -
Dirgahayu Republik Indonesia
MERDEKA...!!!! INDONESIA MAJU
:
MNC Publishing, Museum Musik Indonesia dan Dirjen Kemendikbud Republik Indonesia
https://borobudurwriters.id/resensi-buku/petikan-sejarah-musik-di-indonesia-1967-1978/
Judul buku : Dokumentasi Sejarah Musik Populer Indonesia 1967-1978
Penyusun: Hengki Herwanto, Ari Yusuf P, Ratna Sakti Wulandari, Achmad Djauhari, Johanes A.Lestarijanto, Anang Maret, Abdul Malik, Usman Mansur.
Fotografer: Johanes A.Lestarijanto
Cetakan pertama: Desember 2020
Penerbit: Media Nusa Creative, Malang Kerjasama dengan Museum Musik Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
ISBN: 978-602-462-553-5
Tebal: xii + 242 hal.
Ukuran buku: 15 x 23 cm
Dari mana sejarah musik modern di Indonesia berawal? Tidak mudah menjawab pertanyaan ini. MMI (Museum Musik Indonesia) memandang bahwa momentum berkumandangnya lagu Indonesia Raya pada acara Kongres Pemuda bisa menjadi salah satu milestone yang penting. Itu adalah peristiwa bersejarah yang merupakan rintisan lahirnya kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Sumber Informasi
Dari tahun 1928 sampai 1966 musik modern di Indonesia banyak mengalami perkembangan dan menarik untuk ditelisik. Namun tulisan kali ini hanya akan fokus pada kurun waktu 1967-1978. Sumber data diperoleh dari tulisan-tulisan pada delapan buah majalah musik yang pernah terbit pada periode itu, yaitu majalah Diskorina (Yogyakarta), Favorita, Paradiso (keduanya dari Surabaya), Junior, Star, Top, Varianada dan Vista yang kelimanya terbit di Jakarta. Ini akan melengkapi data dari majalah Aktuil yang sebelumnya telah dibuat katalognya oleh MMI dan dapat diakses lewat website https://museummusikindonesia.id. Aktuil merupakan majalah musik yang terbit di Bandung tahun 1967-1978 dan populer di kalangan remaja pada zamannya.
Era 1967-1970
Sebelum industri pita kaset meledak di tahun 70an, musisi Indonesia lebih banyak berekspresi di atas panggung. Piringan hitam sendiri jumlah produksinya terbatas, juga harganya relatif mahal sehingga hanya bisa dimiliki oleh kalangan menengah ke atas. Masyarakat luas dapat menikmatinya melalui radio-radio siaran yang memperoleh piringan hitam gratis sebagai promosi dari label-label rekaman. Penyanyi-penyanyi yang sering ditulis di 8 majalah di atas antara lain Ernie Djohan, Titiek Puspa, Tetty Kadi, Christine, Lilis Suryani, Anna Mathovani, Diah Iskandar, Fenty Effendi dan Alfian. Dari kelompok atau group ada nama Dara Puspita, Koes Bersaudara, dan Pattie Sisters. Pada era itu nama-nama band pengiring juga populer di masyarakat. Mereka adalah Empat Nada, Zaenal Combo, Pantja Nada, Puspa Sari dan lain-lain.
Tak ada pembatasan kreatifitas atas kegiatan bermusik di awal-awal pemerintahan orde baru. Pengendalian lebih ditujukan pada izin penerbitan media. Musisi bebas berkreasi membuat album rekaman atau tampil di panggung. Sejarah mencatat bahwa di zaman itu seniman musik kita sudah seringkali berkiprah ke mancanegara. Singapore, Malaysia, Thailand, Hongkong dan beberapa negara Asia lainnya menjadi panggung mereka dalam mendulang devisa. Ada juga persaingan ringan dengan artis dari Filipina. Mereka yang menjelajah mancanegara, dari Surabaya ada The Exotic, AKA, Gembell’s disusul kemudian dengan Ervinna. Dari Jawa Barat tercatat The Peels, Rollies, Bimbo, Annie Rae dan Idaly Sisters (Cirebon). Dari Jakarta lebih banyak lagi, ada The Steps, Ernie Djohan, Tetty Kadi, Aida Mustafa, Tanty Josepha, Broery, Bob Tutupoly dan lain-lain. Cukup banyak musisi Indonesia yang saat itu merekam suaranya dalam piringan hitam di Singapura dan Malaysia yang diproduksi oleh label setempat.
Untuk wilayah Eropa, Belanda memiliki hubungan emosional yang erat dengan Indonesia dalam urusan musik. Achmad Albar, sebelum mendirikan God Bless pernah menjadi motor sebuah band Belanda, namanya Clover Leaf dan telah menghasilkan beberapa album rekaman. Penyanyi rock Sylvia Saartje yang berdarah Maluku juga lahir di Belanda. Beberapa artis musik negara kincir angin yang lahir di Indonesia adalah Anneke Gronloh, Blue Diamonds, Sandra Reemer, Wieteke van Dort, Masada dan group legendaris Tielman Brothers. Lagu berjudul Nasi Goreng yang dilantunkan Wieteke cukup populer dan banyak dinyanyikan ulang oleh artis-artis musik lainnya.
Pada era tersebut tercatat p**a nama Norma Sanger, penyanyi berdarah kawanua yang memperoleh kontrak untuk menghibur tentara Amerika di Vietnam. Dialah penyanyi lagu Gembala Sapi yang pernah hit dan rekamannya terdapat dalam album Aneka 12 produksi Remaco. Beberapa musisi lainnya bahkan berhasil pentas di negara-negara Eropa, Amerika dan Australia. Mereka antara lain adalah Dara Puspita, Nidya Sisters, The Pro’s, Gipsy, Sitompul Sisters, Idaly Sisters, Bubi Chen, Broery, Bob Tutupoly, Duddy Iskandar dan lain-lain. Negara Suriname yang sebagian penduduknya berasal dari Jawa juga merupakan pasar yang subur bagi musisi-musisi Indonesia. Sudah seringkali Waldjinah, Mus Mulyadi, Ervinna dan belakangan Didi Kempot diundang khusus untuk pentas di sana.
Semua pentas di luar negeri tersebut diupayakan dan dilakukan oleh masing-masing artis musik dan nyaris tanpa campur tangan strategis dari pemerintah. Band Dara Puspita saat pentas di Iran tahun 1968 harus mengangkut, memasang peralatan musik dan sound system sendiri di atas panggung. Tak ada bantuan tenaga setempat atau perwakilan negara. Selesai pertunjukan masih harus membongkar dan mengatur kembali semua peralatan di dalam kendaraan. Semuanya dilakukan dalam waktu yang singkat bahkan sering dihadapan penonton. Kejadian seperti ini terus berulang di negara Turki, Belgia dan Jerman. Peralatanpun mulai sering rusak, kabel putus atau terjadi korsleting. Terpaksa mereka memperbaiki sendiri sambil menunggu jawaban surat dari Tonny Koeswoyo apakah bisa membantu meminjamkan teknisi. Akhirnya Handi, teknisi Koes Bersaudara berangkat menyusul Dara Puspita dan bergabung di Hongaria. Handi mencatat bahwa selama enam setengah bulan di Eropa, Dara Puspita telah mengadakan 274 kali pertunjukan di 70 kota besar dan kecil.
Pelajaran apa yang bisa diambil dari petikan sejarah ini? Pertama, kita bisa membaca bahwa di luar sana membentang pasar yang luas untuk musik/musisi Indonesia. Kedua, kita memiliki asset berharga berupa keanekaragaman seni budaya, termasuk seni musik. Ketiga, kita memiliki sumber daya manusia kreatif, yaitu para seniman musik yang menyebar dari Sabang sampai Merauke. Yang mungkin perlu ditangani serius adalah pengemasan produk dan pemasaran internasional. Sukses Korea dengan K-Pop-nya barangkali bisa menjadi inspirasi. Kuncinya, Negara wajib hadir dalam membangun industri kreatif ini dan menghasilkan ekonomi kreatif untuk kemakmuran bangsa.
Sementara Dara Puspita masih berkiprah di Eropa, pada tahun 1969 di Jakarta terbentuk band Koes Plus sebagai penerus dari Koes Bersaudara. Perkembangan group dibawah pimpinan Tonny Koeswoyo ini sunguh luar biasa. Koes Plus menjadi band legendaris yang paling sukses di negeri ini. Mereka memainkan musik populer dan berbagai jenis musik lainnya seperti keroncong, melayu, dangdut, pop jawa, dan juga lagu untuk anak-anak. Lagu-lagunya banyak digemari masyarakat dan menjadi hit di berbagai acara tangga lagu-lagu yang disiarkan radio selama bertahun-tahun.
Era 1971-1974
Tahun-tahun berikutnya merupakan zaman keemasan musik di Indonesia. Industri kaset tumbuh subur. Satu album kaset bisa terjual sampai jutaan buah. Itu penjualan resmi, belum termasuk yang bajakan.
Dari penelisikan tulisan-tulisan yang dimuat dalam 8 majalah tersebut nama-nama artis adalah Emilia Contessa, Tetty Kadi, Ida Royani, Anna Mathovani, Titiek Sandhora dan Inneke Kusumawati untuk kelompok penyanyi wanita. Sedang untuk penyanyi pria muncul nama-nama Benyamin, Broery Marantika, Bing Slamet, Deddy Damhudi, Frans Daromez dan Oslan Husein. Group Panbers yang dibentuk di Surabaya dan berkarier di Ibukota paling banyak ditulis oleh wartawan, menyusul kemudian Koes Plus. Band lainnya adalah Pretty Sisters, The Rollies, Favourites Group, D’lloyd dan AKA. Group yang disebut terakhir ini dikenal dengan atraksi panggung yang gila-gilaan. AKA sempat melahirkan lagu hit Badai Bulan Desember dalam salah satu album rekamannya yang bercampur dengan lagu-lagu ciptaan mereka yang mempergunakan lirik bahasa inggris.
Lagu-lagu barat yang selama ini hanya bisa dinikmati lewat piringan hitam, kaset atau radio rupanya menggelitik para promotor pertunjukan musik untuk mendatangkan langsung artisnya. Mayoritas adalah artis-artis yang lagunya populer di Indonesia. Dari Inggris dihadirkan Bee Gees, Christie, Hollies, Marmalade, The SweetdanTremoloes. Dari Belanda ada The Cats dan penyanyi cilik Heintje. Penggemar musik rock juga memperoleh kesempatan untuk menikmati konser dari Shocking Blue, Ike & Tina Turner, El Chicano, dan Osibisa. Konser terbesar adalah dari group Deep Purple yang berlangsung di Stadion Utama Senayan tanggal 3-4 Desember 1975. Lagu Bagimu Negeri ciptaan Kusbini sempat berkumandang melalui pencetan keyboard yang dimainkan oleh John Lord.
Festival Musik Summer 28, menurut catatan MMI merupakan konser musik terbesar di Indonesia yang melibatkan 20 band/penyanyi yang telah dikenal masyarakat. Acara yang berlangsung 16-17 Agustus 1973 di lapangan terbuka Pasar Minggu, Jakarta Selatan ini bisa jadi terinspirasi oleh Festival Woodstock di Amerika tahun 1969.
Dari puluhan kelompok musik yang hadir, The Rollies dari Bandung tampil menarik dengan musik brass-nya. Yang unik, Bangun Sugito menabuh gamelan, memadukan musik tradisi dan musik modern. Saat itu MMI belum lahir sehingga tidak hadir langsung di Summer 28. Tetapi satu bulan kemudian, September 1973, salah satu pendiri MMI, Hengki Herwanto, menjadi saksi konser The Rollies di kota Malang. Lagu Manuk Dadali kembali bergema di GOR Tenun di kota yang dulu berhawa sejuk ini. Bulan berikutnya, foto Gito Rollies di belakang gamelan muncul di majalah Aktuil edisi nomor 132. Usai Summer 28, konser musik serupa diadakan di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Medan, Bandung, dan Surabaya.
Era 1975-1978
Penampilan Manuk Dadali di Summer 28 yang menggabungkan musik tradisi dan modern auranya terus menggelinding. Eksperimen yang berangkat dari musik Bali dilakukan oleh Guruh Sukarno lewat album Guruh Gipsy bersama Chrisye, Keenan, Oding, Abadi dan Ronny Harahap. Hal yang sama juga dilakukan oleh Harry Roesli lewat album Titik Api dan Opera Ken Arok. Malahan ada Eberhard Scoener, musisi dari Jerman yang merangkul seniman-seniman p**au dewata menggarap album yang diberi judul Bali Agung dan diedarkan ke seluruh dunia.
Melewati tahun 1978 eksplorasi musik tradisi makin berkembang. Ada Ian Antono dengan Gong 2000, Emha Ainun Najib dengan Kyai Kanjeng. Dari Pulau Dewata ada sebuah nama yang mungkin tidak terlalu kita kenal yaitu I Ketut Suwentra atau lebih dikenal dengan nama Pekak Jegog. Album rekamannya yang berisi komposisi seni musik Jegog diedarkan di Jepang dengan tulisan huruf kanji. Selain itu masih ada nama-nama lain yang terus mengulik musik tradisi seperti yang dilakukan oleh Krakatau, Dwiki Dharmawan, Dewa Bujana dan masih banyak lagi yang dari jalur non mainstream.
Pasar yang cukup besar dan global ternyata dapat diciptakan melalui penggarapan musik tradisi dengan sentuhan musik pop yang sederhana. MMI mengamati bagaimana dahsyatnya lagu Poco-Poco, Sajojo dan Maumere mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Di luar negeri, lagu-lagu ini beserta gerakan tarinya juga dengan mudah diterima masyarakat, walaupun masih di lingkungan sekitar kedutaan atau perwakilan negara. Ini adalah catatan sejarah masa lalu yang bisa menjadi inspirasi untuk membangun sejarah ke depan.
Pop Progresif
Radio Prambors Jakarta membuat gebrakan pada tahun 1977 dengan menggelar Lomba Cipta Lagu Remaja. Hasilnya luar biasa, lagu-lagu pop menjadi lebih variatif, progresif, kreatif dan memenuhi selera remaja. Muncullah nama-nama baru atau nama-nama yang selama ini terpendam semacam Guruh, Chrisye, Eros Djarot, Yockie, Keenan Nasution, James F Sundah, Berlian Hutauruk, Louise Hutauruk, Benny Soebardja, Fariz RM dan lain lain. Salah satu yang terkenal pada era itu adalah sebuah lagu ciptaan Christ Manusama yang dinyanyikan oleh Chrisye, judulnya Kidung.
Melengkapi musik populer yang mudah dinikmati dan relatif mudah dinyanyikan ini, muncul jenis musik yang memiliki kekuatan dari lirik-liriknya. Dari Jawa Timur terbit karya-karya dari Konser Rakyat Leo Kristi, Franky & Jane, dan Gombloh. Ada juga Anto Baret dari Malang yang berkarier di Wapres Bulungan Jakarta dan membentuk KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan). Albumnya berjudul Kembang Pete malah sempat direkam ulang oleh sebuah label di Malaysia. Pada era ini Iwan Fals baru merintis kariernya dan sempat mendukung KPJ. Segmen penggemar musik jenis ini tentu tak sebanyak penggemar musik pop. Namun fanatismenya cukup besar sampai para fans-nya membentuk komunitas tersendiri walau musisinya sudah meninggal. Ekspresi merdeka bermusiknya Harry Roesli yang penuh muatan vulgar mengkritisi rezim orde baru sering kena sensor bahkan sampai diciduk aparat seperti yang terjadi di Semarang Desember 1979 saat pementasan opera Ken Arok. Perlakuan yang sama juga dialami Iwan Fals beberapa tahun kemudian.
Dari jalur Rock tercatat banyak nama yang lahir di era 70an. Dari Jakarta yang tetap eksis sampai sekarang adalah God Bless. Nama Ho**er Man sempat mencuat lalu hilang ditelan zaman. Dari Jawa Barat ada Giant Step, Freedom of Rhapsodia, Rawe Rontek dan Superkid. Belakangan lahir Nicky Astria, Mel ShandydanNike Ardilla. Mewakili Jawa Tengah ada Group Ternchem dari Solo, dari Yogya Christmas Camel dan dari Semarang Renny Jayusman. Sedang dari Jatim muncul nama-nama SAS, Pretty Sisters, Yeah Yeah Boys, Ogle Eyes, Sylvia Saartje. Dari luar jawa tak terlalu banyak. Tercatat ada nama Black Brothers (Papua), Rhythm Kings, Great Session (Medan), Golden Wing (Palembang), Equator Child (Pontianak) dan Medinos (Manado).
Dang Dut
Sekitar separo kaset yang beredar di pasaran adalah jenis musik dangdut, demikian tulis Theodore KS, wartawan musik, dalam bukunya Rock n Roll Industri Musik Indonesia. Dangdut memang memenuhi selera mayoritas masyarakat sampai ke pelosok desa. Harga jual kaset juga masih dalam jangkauan mereka. Tokoh sentral musik dangdut pada era itu yang terus bertahan, bahkan sampai sekarang, ya sang raja dangdut Haji Rhoma Irama bersama Soneta groupnya. Professor Andrew Weintrub dari Pennsylvania tertarik untuk membuat penelitian tentang Rhoma Irama ini, sampai-sampai dia pentaskan Rhoma Irama di Amerika. Rhoma tidak sendirian, di zaman itu juga Berjaya nama-nama artis dangdut seperti Ellya Kadham, Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, A Rafik, Latief, dan Ida Laela.
Itulah petikan sejarah musik di Indonesia yang ditulis ulang MMI berdasar materi dari 8 majalah musik di Indonesia tahun 1967 sampai 1978. Selepas tahun 1978 musik Indonesia masih terus berkembang. Muncul juga majalah baru macam News Musik, Tabloid Citra, Nagaswara dan belakangan Rolling Stones. Semoga MMI bisa melanjutkan dan melengkapi program digitalisasi majalah musik ini. Majalah yang terbit hari ini akan memiliki nilai sejarah 20 tahun kemudian.
*Catatan Khusus: Majalah music digital di website www.museummusikindonesia.id dapat dipergunakan oleh siapapun namun hanya untuk kepentingan pendidikan, riset dan dokumentasi.
*Penulis adalah Direktur Museum Musik Indonesia (Malang)
Petilan Sejarah Musik di Indonesia 1967-1978 Oleh Hengki Herwanto Judul buku : Dokumentasi Sejarah Musik Populer Indonesia 1967-1978 Penyusun: Hengki Herwanto, Ari Yusuf P, Ratna Sakti Wulandari, Achmad Djauhari, Johanes A.Lestarijanto, Anang Maret, Abdul Malik, Usman Mansur. Fotografer: Johanes A.Lestarijanto Cetakan pertama: Desember 2020 Pe...
Think BIG,
Trust your Self and
Make It Happen
~MNC Publishing dan UB Media~
Something Big is going to Happen,
Terimakasih banyak Pak Mokhamad Nur, STP., M.Sc, PhD
(General Manager UB Media)
PRAPESAN
(29 Juni -14 Juli 2022)
MENCARI INDONESIA 4
Dari Raden Saleh sampai Ayu Utami
Esai 67 Sosok Intelektual
Penulis : Riwanto Tirtosudarmo
Prolog : Peter Carey
Epilog : Ruth Indiah Rahayu & Mohamad Sobary
Link Pemesanan : https://forms.gle/izWGA7YuDyHx759q9
Harga Prapesan : Rp. 149.000,-
Narahubung :
Gede (0812.3334.0088)
MNC Publishing
Buku ini merupakan seri keempat dari Mencari Indonesia yang merupakan kump**an tulisan tentang berbagai isu demografi politik di Indonesia.
Sedikit berbeda dari buku-buku sebelumnya, Mencari Indonesia 4 merupakan kump**an sketsa-sketsa biografis dari sosok-sosok intelektual, akademisi, tokoh sejarah dan para penggerak perubahan sosial dan politik di Indonesia sejak zaman kolonial hingga sekarang.
Seri keempat ini menyoroti secara singkat profil para tokoh intelektual tersebut dan peran mereka dalam dinamika sosial politik di Indonesia. Pemilihan sosok-sosok dalam buku ini didasarkan terutama oleh pentingnya sosok-sosok tersebut dalam bidang yang menjadi tempat mereka berkiprah dalam masyarakat.
Buku ini berusaha mendudukkan sosok laki-laki dan perempuan secara setara dan menempatkan mereka sebagai bagian penting dalam berbagai konteks kesejarahan semasa mereka hidup.
Buku ini diharapkan dapat menjadi bacaan populer bagi pembaca yang berasal dari berbagai kalangan, baik kalangan yang bersifat akademis maupun non-akademis.
•Perkembangan yang pesat dan manfaat dari Internet bukan berarti tidak menimbulkan Masalah, Pemanfaatan jasa internet juga mengundang Kejahatan•
-Dr. Yurizal, Sh. Mh.
--
tentang media sosial bisa menjadikan dirimu lebih mawas diri dalam penggunaannya. Menggunakan media sosial memiliki sisi positif dan negatif.
Di satu sisi, media sosial dapat menghubungkan kamu dengan peluang baru baik secara pribadi maupun profesional. Kamu juga dapat menggunakan platformmu untuk membuat perubahan positif di komunitas.
Di sisi lain, ada banyak informasi palsu atau hoaks di media sosial.
Di media sosial, kabar positif dan negatif sama-sama dapat menyebar dengan cepat. Itulah mengapa, kamu perlu menyaring informasi yang tersebar di media sosial secara baik dan benar.
===================
Tertarik dengan buku ini ?
Pemesanaan bisa melalui DM/Whatsapp atau melalui Web resmi kami yang Tertertera Di Bio
Tertarik dengan buku ini ?
Pemesanaan bisa melalui DM/Whatsapp atau melalui Web resmi kami yang Tertertera Di Bio
Tentang media sosial bisa menjadikan dirimu lebih mawas diri dalam penggunaannya. Menggunakan media sosial memiliki sisi positif dan negatif.
Di satu sisi, media sosial dapat menghubungkan kamu dengan peluang baru baik secara pribadi maupun profesional. Kamu juga dapat menggunakan platformmu untuk membuat perubahan positif di komunitas.
Di sisi lain, ada banyak informasi palsu atau hoaks di media sosial.
Di media sosial, kabar positif dan negatif sama-sama dapat menyebar dengan cepat. Itulah mengapa, kamu perlu menyaring informasi yang tersebar di media sosial secara baik dan benar.
===================
Tertarik dengan buku ini ?
Pemesanaan bisa melalui DM/Whatsapp atau bia melalui Web resmi kami yang Tertertera Di Bio
•Perkembangan yang pesat dan manfaat dari Internet bukan berarti tidak menimbulkan Masalah, Pemanfaatan jasa internet juga mengundang Kejahatan•
-Dr. Yurizal, Sh. Mh.
--
tentang media sosial bisa menjadikan dirimu lebih mawas diri dalam penggunaannya. Menggunakan media sosial memiliki sisi positif dan negatif.
Di satu sisi, media sosial dapat menghubungkan kamu dengan peluang baru baik secara pribadi maupun profesional. Kamu juga dapat menggunakan platformmu untuk membuat perubahan positif di komunitas.
Di sisi lain, ada banyak informasi palsu atau hoaks di media sosial.
Di media sosial, kabar positif dan negatif sama-sama dapat menyebar dengan cepat. Itulah mengapa, kamu perlu menyaring informasi yang tersebar di media sosial secara baik dan benar, tanpa menelan mentah-mentah informasi tersebut,terlebih harus menyebarkan berita tersebut yang belum pasti kebenarannya.
===================
Tertarik dengan buku ini ?
Pemesanaan bisa melalui DM/Whatsapp atau bisa melalui Web resmi kami yang Tertertera Di Bio.
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Category
Contact the business
Website
Address
Bukit Cemara Tidar H5 No. 34-36, Karang Besuki, Sukun
Malang
65147
Malang
Malang
Percetakan Buku Yasin Malang, Percetakan Buku Yasin Murah, Percetakan Buku Yasin Makassar, Percetakan Buku Yasin Magelang, Percetakan Buku Yasin Murah di Bandung, Percetakan Buku ...
Malang, 65146
Toko Mainan Edukasi menyediakan buku-buku pintar (english time baby pack,widya wiyata pertama,cakrawala pengetahuan dasar, muhammad is my hero,little abid) dan mainan edukasi anak...
Malang
"cuma butuh1 buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta" Najwa Shihab