BARET Banten Barisan Relawan TGB

Assalamualaikum sahabat Netizen
Mohon informasi nya
Yg kenal dgn no Hp maupun nama orang tersebut
Inbox ya..
Sudah 1 tahun polisi hanya menerima laporan Aduan tanpa tindakan apapun.

Insya Allah kebaikan saudara Allah akan balas dgn lebih baik

Semua Orang

Terima kasih banyak untuk penggemar berat baru saya! 💎 Jayyen Mania, Permatan Andhika

Apa harus korban Judi online di rekomendasi kan masuk DTKS untuk mendapatkan Bantuan Sosial

Sedang Tuhan sendiri menghukumi mereka dgn cara memiskinkan nya
Agar mereka tersadar

Hidayah

Tidak semua mimpi akan jadi kenyataan..

Jika berpolitik membuat mu menjadi bermusuhan dgn saudara mu
Patut di renungi
Mungkin ada yg salah

Race and Identity digunakan sebagai instrumen dalam kontestasi politik. Politik identitas ini sangat berbahaya karena dalam tataran ekstrim pernah terjadi pelanggaran HAM dan kebencian-massal (mass-hatred) pada suatu kaum, yaitu di masa Hi**er ketika Hi**er memisahkan bangsa-Arya dengan bangsa non-Arya di Jerman.

Sejarah juga mencatat politik apartheid di Afrika Selatan yang sangat radikal (politik apartheid percaya bahwa "orang kulit putih lebih mulia daripada kulit hitam").
Resiko dalam memainkan politik ras dan identitas, di Indonesia, isu yang dimainkan adalah agama dan mazhab dalam agama adalah menguatnya sentimen perbedaan ras dan identitas serta perpecahan bangsa.

Dua basis kontestasi tersebut pernah menjadi isu penting di awal abad 20 di Nusantara Indonesia modern, sampai kemudian Budi Utomo muncul dan pada 1928 sumpah pemuda terpaksa dilahirkan demi menangkal dua basis kontestasi tsb. Para pemuda di tahun 1928 sadar akan dua alat pemukul persatuan itu hingga perlu membuat antitesis berupa sumpah pemuda.
Bagi Indonesia, jelas bahwa dua basis kontestasi itu sangat berbahaya bila dimainkan, karena diakui atau tidak *racial & identity gap* kita masih tinggi, terutama jika bicara ihwal pribumi vs non-pribumi, kota vs desa, serta bicara Jawa dan Luar Jawa, muslim vs non-muslim, Islam nusantara vs Islam garis-lurus dst.
Jarak sosial dan ekonomi antara dua kelompok inilah yang menjadi missi pembangunan sejak jaman B**g Karno hingga jaman Presiden Jokowi, agar jaraknya mendekat. Bukan dilebarkan.
Mengeksploitasi dua basis kontestasi itu sama saja kita Bermain dengan api.
Saya kira sudah saatnya publik sadar bahwa publik berpotensi atau bahkan sedang dikerjai oleh segelintir free riders yang paham dalam memainkan isu perbedaan ini. Akuisisi kekuasaan, membuat keutuhan berbangsa dan bernegara yang sudah kita ikat melalui Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945 didekonstruksi kembali oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab.

Baru selesai Pilpres
Pileg
Sebentar lagi pilkada
Ga lama pilkades
Apa Negeri ini di siapkan hanya untuk urusan2 siapa yg berkuasa?
Anggaran habis
Rakyat tetapenangis

Selamat sore