Kajian salaf
Salaf menurut para ulama adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in).
Tiga generasi awal inilah yang disebut dengan salafush sholih (orang-orang terdahulu yang sholih).
*Islam Dibangun di atas Lima Dasar*
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
> Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.”
_Diriwayatkan oleh Imam al Bukhari (8 dan 4514) dan Muslim (16)_
*Rukun Islam, Iman, dan Ihsan*
عَنْ عُمَرَ رضي الله عنه أَيضاً قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
> Dari Umar radhiyallahu ‘anhu p**a dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata: ‘Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata: ‘Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: ‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling berlomba dalam meninggikan bangunan.”
> Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemudian laki-laki itu pergi, aku pun terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.”
_Diriwayatkan oleh Muslim (8)._
*Amalan Bergantung pada Niat*
عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (( إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ )). رَوَاهُ إِمَامَا الْمُحَدِّثِيْنَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ بَرْدِزْبَهْ الْبُخَارِيُّ، وَأَبُوْ الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ بْنِ مُسْلِمٍ الْقُشَيْرِيّ
النَّيْسَابُوْرِيّ، فِيْ صَحِيْحَيْهِمَا اللَّذَيْنِ هُمَا أَصَحُّ الْكُتُبِ اْلمُصَنَّفَةِ
> Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab adia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” (Diriwayatkan oleh dua Imamnya para ahli hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi dalam dua kitab shahih mereka, yang keduanya merupakan kitab yang paling shahih diantara kitab-kitab yang ada.).
_Diriwayatkan oleh al Bukhari (1) dan Muslim (1907)._
APA BUKTI MENIKAH ITU MEMBUKA PINTU REZEKI?
Mari kita mulai dari merenungkan ayat berikut ini, Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32).
Dari ayat di atas, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
اِلْتَمِسُوا الغِنَى فِي النِّكَاحِ
“Carilah kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.” (Diriwayatkan dari Ibnu Jarir). Imam Al-Baghawi menyatakan p**a bahwa ‘Umar menyatakan seperti itu p**a. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:533.
Sumber motivasi muslim
🥀🥀
🎙️Berkata Asy Syaikh Al´Allamah Sholih Bin Abdul Aziz Aalus Syaikh _Hafizhohulloh_:
“hal terbesar yang dapat digunakan untuk memerangi musuh-musuh Allah dan syaithon adalah dengan cara menyebarkan ilmu. maka oleh karena itu, sebarkanlah ilmu di seluruh tempat sesuai dengan kapasitas kemampuanmu۔”
📚Al Washoyaa Al jaliyyah (46)
✍🏿Alih Bahasa: Al Ustadz Abu Sholih Al Atsary _Hafizhohulloh_
📱Join_Save_Share Channel Telegram
🌐telegram/salafylamongan2
🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Bismillah
Silsilah at Targhib wa at Tarhib
By: Berik Said
BISA JADI INILAH YANG MENJADI SEBAB UTAMA MENGAPA KEHIDUPAN KITA KHUSUSNYA DALAM HAL EKONOMI SELALU TERASA SULIT...
By: Berik Said
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ، فَإِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ
Carilah keridhoanku dengan (cara) PEDULI KEPADA MEREKA KAUM YANG LEMAH, karena KALIAN DIBERI RIZKI DAN DITOLONG (ALLAH) DENGAN SEBAB ORANG-ORANG LEMAH (YANG SUDI KALIAN TOLONG) !”
(HR. Abu Dawud [2594] dll. Kata Syaikh Muqbil rohimahulloh dalam as Shohihul Musnad [1044] :’’Shohih, seluruh perawinya kredibel’)
Sementara itu saat Sa’d Ibnu Waqqosh rodhialloohu anhu -seorang shahabat yang dianugerahi Allah rizki yang banyak- menyangka bahwa dirinya memilki kekayaan yang lebih itu adalah karena merasa bahwa dirinya memiliki beberapa keutamaan yang lebih dibanding shabata yang lainnya -rodhialloohu anhum-, maka segera Nabi shollalloohu ‘alayhi wa sallam memperingatkannya dengan bersabda :
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini DENGAN SEBAB DARI ORANG-ORANG YANG LEMAH DARI MEREKA, yakni dengan sebab DO’A-DO’A MEREKA, SHOLAT MEREKA, dan KEIKHLASAN MEREKA
(HR. Nasa’I [3178] dll. Kata al Albani rohimahulloh dalam Shohih al Jami’ [2388]:’Shohih’.
*🌹Kaidah Penting🍁*
*_(Tidak ada keselamatan tanpa ilmu, kemudian tidak ada keselamatan tanpa hikmah setelah berilmu)._*
Seorang yang memiliki hikmah, dia akan pandai menempatkan segala sesuatu pada tempatnya
وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ (البقرة: ٢٦٩)
Dan barangsiapa yang diberikan hikmah,maka ia benar-benar telah diberikan kebaikan yang banyak dan hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.
(Al Baqarah:269).
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Madzhab Dalang vs Madzhab Safi'i
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ustadz Yani Fahriansyah.Lc
Saya bersyukur adanya pementasan wayang basalamah. Dengan itu, ilmu, adab dan etika yang ditampilkan KHB -hafidzahullah- semakin tinggi menjulang, semakin bermartabat dan terhormat; sementara pementasan tsb menampilkan kerendahan adab. Sejatinya ocehan dan ejekan terhadap Sunnah di dalamnya adalah proklamir kemenangan Sunnah. Sungguh, ada saja cara Allah memperlihatkan para hamba-Nya mana mutiara dan mana sampah.
_____
Semoga Allah memberikan hidayah, taufik dan petunjuk-Nya.
Allaah Ta'ala menjaga memberkahi dan memuliakan Ust Khalid Basalamah & guru2 kita semua aamiin.
🌼🌼SEMUA CINTA BUTUH BUKTI🌼🌼
Hakikat cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mengikuti (ittiba’) setiap ajarannya dan mentaatinya.
Namun, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Nabimu. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa mendapatkan cinta nabimu.
Begitu p**a, yang terpenting bukanlah engkau mencintai Allah. Namun yang terpenting adalah bagaimana engkau bisa dicintai-Nya.
Syarh ‘Aqidah Ath Thohawiyah, 20/2
Allah sendiri telah menjelaskan bahwa siapa pun yang mentaati Rasul-Nya berarti dia telah mentaati-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Qs. An-Nisa’: 80)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada ajarannya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
“Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)
Sehingga, seorang Abu Bakar As-shiddiq Radhiallahu Anhu berkata :
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.”
(HR. Abu Daud no. 2970. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa atsar ini shohih)
✍️Baabulkhairaat West Covina
ORANG YANG S**A MENGHITUNG-HITUNG MUSIBAH DAN MELUPAKAN NIKMAT
BBG AL ILMU
🌴🌴🌴
Ada seorang ibu mengadu kepada saya putrinya yang murtad. Saat ditanya mengapa ia murtad..
Dia menjawab dia sudah tidak percaya kepada Allah karena ia pernah punya pengalaman buruk sama Allah…
🌴🌴🌴
Ya Robb.. Pengalaman yang buruk mungkin karena doa-doanya tak didengar…
Sungguh benar yang Allah firmankan:
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
“Sesungguhnya manusia itu kepada Robbnya benar benar kanud”
Al Hasan Al Bashri menafsirkan, “Kanud adalah orang banyak kufur yang s**a menghitung hitung musibah dan melupakan nikmat..” (Tafsir Thobari)
🌴🌴🌴
Itulah cara setan agar seorang hamba menjauh dari Robbnya…
Diingatkan kepadanya tentang do’anya dahulu yang belum terkabul..
Diingatkan tentang keinginannya yang tak menjadi kenyataan…
Padahal jika Allah kabulkan bisa jadi itu mudhorot untuk hidupnya…
Demikianlah…
Bila seorang hamba yang ia pikirkan hanya kepentingan dan hak dirinya saja pasti ia akan terputus dari Allah…
🌴🌴🌴
Pikirkanlah hak Allah kepada kita, apakah kita telah melaksanakannya ? Yakinlah bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba hamba-Nya yang beriman…
Namun…
Keyakinan seringkali goyah…
Ditulis oleh,
Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى
========🌴🌴🌴🌴🌴========
*Perkara ringan namun bisa bernilai besar jika diniatkan untuk mencocoki sunnah.* Pastikan...apapun makanan dan minumannya, pakai tangan kanan! Biasakan juga pada anak-anak kita sejak kecil! Perbaikilah tiap kali mereka makan pakai tangan kiri. Jangan pernah bosan! Tidak bosan kan berinvestasi untuk akhirat kita? 🌹 *Muslimah Belajar Sunnah* 🌹
﷽
Introspeksi diri, Berhenti Menghakimi.
Tahukah kamu apa pekerjaan yang paling mudah?
Pekerjaan yang dianggap paling gampang yaitu,
Menghakimi orang lain,
Menilai keburukan orang lain,
Menghitung cacat dan borok orang lain. Gampang kan?
Untuk urusan ini, banyak orang bisa bepredikat “cum laude alias sempurna”
Ibarat kata, jika disuruh “menguliti” aib orang lain bisa jadi tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
Nyatanya tidak semua tapi begitulah keadaan kebanyakan orang sekarang.
Konon katanya, sebagian orang meyakini
“menghitung cacat orang lain” sudah dianggap perbuatan yang menyenangkan bahkan sudah menjadi kebiasaan
Ibarat sayur tanpa garam, katanya.
Adrenalinnya mendadak bangkit jikalau urusannya tentang “ngomongin” orang.
Apalagi terhadap orang yang tidak dis**ai. Sudah paling juara, kadang sampai lupa kalau punya agama.
Kenapa sih bisa sampai begitu?
Kenapa manusia mudah untuk menghakimi tapi sulit untuk introspeksi diri?
Jawabanya karena orang tersebut penuh dengan prasangka buruk ke orang lain, mereka terjebak sifat s**a mencari-cari kesalahan orang lain.
Padahal Allah sudah memperingati,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”
(Al-Hujurat : 12)
Tetapi dalam diri mereka ada penyakit hati,
terlalu banyak sifat iri, dengki dan selalu merasa dirinya lebih baik dari pada orang lain, disebabkan karena tidak pernah introspeksi diri.
Padahal, semakin kita mencari-cari kesalahan dan keburukan orang, maka semakin terlihat keburukan diri kita sendiri tanpa kita sadari.
Semakin enggan istrospeksi maka semakin sering menghakimi, akhirnya tenggelam dalam sifat buruk akibat terjangkiti penyakit hati.
Sadarilah bahwa belum tentu juga orang yang dihakimi, seperti yang dia pikirkan atau lebih buruk dari yang dia bayangkan.
Bisa jadi orang yang dia hakimi lebih baik, jauh lebih baik dari orang yang menghakimi.
Orang itu kalau sudah rajin menghakimi orang lain, pasti lupa cara menghargai orang lain.
Bawaannya hanya bisa “ngomongin” aib dan kekurangan orang lain.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Jawabnya sederhana, banyak-banyaklah INTROSPEKSI DIRI.
Menghitung aib dan kekurangan diri sendiri sebelum menilai orang lain.
Tunjuk diri sendiri sebelum menunjuk orang lain.
Senantiasa introspeksi diri, boleh jadi itulah akhlak yang udah sering dilupakan kebanyakkan manusia saat ini.
Sadarilah kelemahan diri sendiri ketika melakukan introspeksi.
Untuk bisa melakukan introspeksi diri, maka kita harus menempatkan diri pada posisi yang paling rendah.
Dengan kerendahan hati, kita akan lebih mampu untuk menyadari kesalahan yang telah kita lakukan.
Berkebalikan dengan kerendahan hati, introspeksi yang dilakukan tanpa menyingkirkan rasa sombong tidak akan mungkin bisa dilakukan.
Orang yang sombong tidak akan mau melakukan evaluasi diri saat melakukan introspeksi karena selalu merasa benar.
Orang yang sombong dalam introspeksi diri hanya akan terus menerus menyalahkan orang lain, situasi, bahkan Tuhannya sendiri.
Karenanya, selalu rendahkan hati kita ketika hendak melakukan introspeksi diri.
•
•
📃Urgensi Muhasabah
Pertanyaan untuk diri kita,
Sudahkah kita memperbaiki diri kita?
Sudahkah kita muhasabah diri dan mencari apa yang salah dari diri kita?
Ataukah kita tanpa kita sadari, sudah menjadi munafik?
Wahai diri, jika dirimu HANYA mengetahui baik dan jahat, benar dan salah, dari perbuatan orang lain tanpa mau belajar MUHASABAH DIRI
Dijamin dirimu akan senang menjadi orang yang s**a “menghukumi dan memvonis” orang lain.
Ketahuilah bahwa sahabat Rasulullah Ustman bin Affan berkata,
“Diantara orang-orang berdosa, yang paling parah adalah dia yang meluangkan waktunya untuk membahas kesalahan orang lain.”
Jadi berhentilah menghakimi dan mulai muhasabah diri.
Karena kita tidak akan selamat dari pertanggungjawaban kecuali dengan bermuhasabah diri.
Jika di dunia ini kita mau untuk selalu bermuhasabah diri maka di akhirat kelak akan ringan dalam menghadapi pertanggungjawaban.
Umar bin Khattab pernah mengatakan,
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat.”
Kemudian dia mengutip surah Al Haqqah ayat 18,
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).”
(QS. Al-Haqqah: 18)
Mari lihat beberapa keutamaan dan manfaat yang akan kita dapatkan ketika melakukan muhasabah diri,
°Menghindarkan manusia dari sikap merasa paling suci.
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”
(QS An-Najm: 32)
°Menghindarkan manusia dari sikap sombong
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Muhammad bin Wasi,
“Andaikan dosa itu memiliki bau, tentu tidak ada dari seorang pun yang ingin duduk dekat-dekat denganku.”
°Menyadarkan untuk memanfaatkan waktu dengan baik
Ibnu Asakir pernah menceritakan tentang Al-Faqih Salim bin Ayyub Ar-Razi bahwa ia terbiasa mengoreksi dirinya dalam setiap nafasnya. Ia tidak pernah membiarkan waktu tanpa faedah. Kalau kita menemuinya pasti waktu Salim Ar-Razi diisi dengan menyalin, belajar atau membaca
°Menenangkan hati dan mendapatkan petunjuk
Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya mengatakan bahwa seseorang bisa terus berada dalam petunjuk jika rajin mengoreksi amalan-amalan yang telah ia lakukan.
(Tafsir Al-Baidhawi)
Tanpa kita sadari ketika membuat story di wa di instagram di facebook apakah termasuk curhat kepada sesama manusia 😢
📚*REMINDER SURAH AL IKHLAS DAN AMALAN SUBUH DIBACA 10X SETIAP HARI... AMALKAN YUK*
HADITS-HADITS YANG MENERANGKAN KEUTAMAAN SURAT AL-IKHLAS
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ {1} اللَّهُ الصَّمَدُ {2} لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ {3} وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ {4}
Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa. (1)
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. (2)
Dia tiada beranak dan tiada p**a diperanakkan, (3)
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4).
Sebagaimana sudah dijelaskan pada tafsir terdahulu
📚KEUTAMAAN SURAT AL IKHLASH SECARA UMUM
1. Hadits A’isyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ بَعَثَ رَجُلاً عَلَى سَرِيَّةٍ، وَكَانَ يَقْرَأُ لأَصْحَابِهِ فِي صَلاَتِهِ، فَيَخْتِمُ بِـ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، فَلَمَّا رَجَعُوا، ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ ، فَقَالَ: ((سَلُوْهُ، لأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟))، فَسَأَلُوْهُ، فَقَالَ: لأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ، وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ : ((أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ يُحِبُّهُ)).
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang kepada sekelompok pas**an, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam shalatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka kembali p**ang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau pun bersabda: “Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?” Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab: “Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya”.[1]
2. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
كَانَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ، وَكَانَ كُلَّمَا اِفْتَتَحَ سُوْرَةً يَقْرَأُ بِهَا لَهُمْ فِي الصَّلاَةِ مِمَّا يَقْرَأُ بِهِ، اِفْتَتَحَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، حَتَّى يَفْرَغَ مِنْهَا. ثُمَّ يَقْرَأُ سُوْرَةً أُخْرَى مَعَهَا، وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ. فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ، فَقَالُوا: إِنَّكَ تَفْتَتِحُ بِهَذِهِ السُّوْرَةِ، ثُمَّ لاَ تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِأُخْرَى، فَإِمَّا تَقْرَأُ بِهَا، وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِأُخْرَى. فَقَالَ: مَا أَنَا بِتَارِكِهَا، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِذَلِكَ فَعَلْتُ، وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ. وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْ أَفْضَلِهِمْ، وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ. فَلَمَّا أَتَاهُمْ النَّبِيُّ n أَخْبَرُوْهُ الخَبَرَ، فَقَالَ: ((يَا فُلاَنُ، مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ؟ وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُوْمِ هَذِهِ السُّوْرَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ؟)) فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّهَا، فَقَالَ: ((حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَـنَّةَ)).
“Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para shahabat lainnya) di Masjid Quba. Setiap ia membuka bacaan (di dalam shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia (selalu) membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, sampai ia selesai membacanya, kemudian ia lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal demikan itu di setiap raka’at (shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat lainnya berbicara kepadanya, mereka berkata: “Sesungguhnya engkau membuka bacaanmu dengan surat ini, kemudian engkau tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai (engkau pun) membaca surat lainnya. Maka, (jika engkau ingin membacanya) bacalah surat itu (saja), atau engkau tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surat lainnya”. Ia berkata: “Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian s**a untuk aku imami kalian dengannya, maka aku lakukan. Namun, jika kalian tidak s**a, aku tinggalkan kalian,” dan mereka telah menganggapnya orang yang paling utama di antara mereka, sehingga mereka pun tidak s**a jika yang mengimami (shalat) mereka adalah orang selainnya. Sehingga tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka, maka mereka pun menceritakan kabar (tentang itu), lalu ia (Nabi) bersabda: “Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa p**a yang membuatmu selalu membaca surat ini di setiap raka’at (shalat)?” Dia menjawab,”Sesungguhnya aku mencintai surat ini,” lalu Rasulullah n bersabda: “Cintamu kepadanya memasukkanmu ke dalam surga”.[2]
3. Berkata Asy Syaikh Badr Al Anazy Hafizhahullah :
Dari Mu’adz bin Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam : “barang siapa yang membaca Qul Huwallahu Ahad sampai akhir surat , sepuluh kali, Allah akan bangunkan bagi dia Istana di Jannah”
Dalam bab ini diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, riwayat Ath Thobarani dalam Al Ausath (1/198) dengan sanad yang dhoif (lemah), juga diriwayatkan oleh Al Ghofiqi dalam Lumhatul Anwar (1597), juga diriwayatkan oleh Sa’id bin Al Musayyib secara mursal dalam Sunan Ad Darimi, Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya , ini adalalah hadits Mursal yang Jayyid (baik), Berkata Asy Syaikh Al Albany dalam Shohihah, Sanad hadits ini Shohih.
Kesimp**an : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad (15588) Asy Syaikh Al Albany menyebutkan dalam Ash Shohihah, (589) : “HADITS INI HASAN DENGAN ADANYA SYAWAHID (PENDUKUNG DARI RIWAYAT LAIN: PEN)”
Sumber : https://telegram.me//baderAlbder
Alih bahasa oleh : Ustadz Abu Khuzaimah Fadanji Hafizhahullah
📡 https://rumaysho.com/16269-kalimat-laa-ilaha-illallah-yang-luar-biasa.html (amalan magrib dan subuh)
Read more https://almanhaj.or.id/2613-hadits-hadits-yang-menerangkan-keutamaan-surat-al-ikhlash.html (Al ikhlas)
▶️ Mari ikut berdakwah dengan turut serta membagikan artikel ini, asalkan ikhlas insyaallah dapat pahala.
Mati Syahid Tidak Menghapus Hak Bani Adam, Tapi Menghapus Hak Allah Ta’la | Almanhaj MATI SYAHID TIDAK MENGHAPUS HAK BANI ADAM, TAPI MENGHAPUS HAK ALLAH TA'ALA Pertanyaan Bagaimana cara menyatukan diantara dua hadits ini: Dari Amr bin Ash radhiallahu anhu sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang mati syahid diampuni semua dosanya, kecuali hutang." Dari U...
Sudah hijrah tapi masih s**a masturbasi
📨 *MARI BESOK KITA BERPUASA SUNNAH... BOLEH JADI INI PUASA KITA YANG TERAKHIR KALINYA...*
*📨 HUKUM MENGUCAPKAN “IBLIS LAKNATULLAAH“*
Mohon pencerahannya ust, Iblis itu kan mmg terlaknat. Lantas boleh ga kita mendoakan dasar iblis Laknatullah…setan Laknatullah…?
Syukron atas jawabannya ust..
Jawaban:
_Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam’ala, Rasulillah wa ba’du._
Iblis dan bala tentaranya berusaha keras mengajak manusia menjadi penghuni neraka bersamanya. Allah berfirman,
إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ
Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS. Fathir : 6)
Dari sinilah kemudian muncul dorongan untuk melaknat Iblis. Karena memang mereka makhluk yang pantas mendapat laknat.
Namun, ada hadis shahih yang menerangkan larangan melaknat atau mencela Iblis. Hadis tersebut bersumber dari seorang sahabat yang menceritakan pengalamannya saat membonceng Nabi shallallahu’alaihi wasallam,
كنت رديف النبي فعثرت دابته فقلت تعس الشيطان فقال لا تقل تعس الشيطان فإنك إذا قلت ذلك تعاظم حتى يكون مثل البيت ويقول بقوتي ولكن قل بسم الله فإنك إذا قلت ذلك تصاغر حتى يكون مثل الذباب
“Aku pernah membonceng Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu unta beliau terpeleset. Maka aku berkata, ”Celaka setan !”
Nabipun menegurku” Jangan katakan: Celaka Setan. Jka kamu katakan demikian, setan akan membesar sampai sebesar rumah. Setan akan berkata, ”Dengan kekuatanku”. Akan tetapi ucapkanlah: Bismillah, karena jika kamu mengucapkan bismillah setan akan mengecil sampai menjadi sekecil lalat.” (HR. Abu Dawud dan lainnya)
Hadis Ini, menunjukkan makruhnya ucapan laknat kepada Iblis/setan. Setidaknya karena dua alasan berikut :
[1] ucapan laknat, atau yang semisalnya, akan membuat setan makin percaya diri. Dia mengira bahwa peristiwa yang menimpa kita karena sebabnya.
[2] Setan adalah makhluk terlaknat tanpa perlu kita laknat.
Allah berfirman,
إِن يَدۡعُونَ مِن دُونِهِۦٓ إِلَّآ إِنَٰثٗا وَإِن يَدۡعُونَ إِلَّا شَيۡطَٰنٗا مَّرِيدٗا
Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah inasan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang terlaknat. (QS. An-Nisa’ : 117)
Sementara s**a mengucapkan laknat, bukan sifat orang Mukmin. Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan p**a orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan lain-lain)
Sebagaimana diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, saat beliau menjelaskan mengapa Nabi shallallahu’alaihi wasallam melarang mencela setan,
إن العبد إذا لعن الشيطان يقول: إنك لتلعن ملعناً “. ومثل هذا قول القائل: أخزى الله الشيطان ، وقبح الله الشيطان، فإن ذلك كله يفرحه ويقول علم ابن آدم أني قد نلته بقوتي ، وذلك مما يعينه على إغوائه ، ولا يفيده شيئاً، فأرشد النبي صلى الله عليه وسلم من مسه شيء من الشيطان أن يذكر الله تعالى، ويذكر اسمه ، ويستعيذ بالله منه ، فإن ذلك أنفع له، وأغيظ للشيطان
Seorang jika melaknat setan, dia telah melaknat sesuatu yang telah dilaknat (pent, tanpa perlu dia laknat).
Ucapan yang semisal laknat seperti,
“Semoga Allah menghinakan setan!..
Moga Allah memperburukmu setan!” (pent, ucapan yang populer di tengah kita adalah “setan alas”). Ucapan seperti ini, akan menyenangkan setan.
Dia akan berkata, “Manusia tahu kalau kejadian yang menimpanya karena sebab kekuatanku.”
Tentu ini akan menolong setan dalam menggoda manusia. Sehingga ucapan semacam ini sama sekali tidak bermanfaat. Oleh karenanya Nabi shallallahu’alaihi wasallam memberi arahan saat setan menggoda manusia untuk berdzikir kepada Allah, mengucapkan namanya (pent, dengan ucapan bismillah), atau berlindung kepada Allah dari godaan setan (ber-ta’awwudz). Itu justeru lebih manfaat dan membuat setan jengkel. (Lihat : Zadul Ma’ad, hal. 276)
Ucapan yang Lebih Manfaat
Saat setan menggoda, akan lebih bermanfaat jika kita ucapkan :
[1] bismillah, seperti diajarkan dalam hadis di atas.
[2] atau mengucapkan ta’awwudz :
A’udzbillah minas syaitoonir rojiim.
(Artinya : Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)
Karena Allah telah memerintahkan,
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ نَزۡغٞ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ
Dan jika setan mengganggumu dengan suatu godaan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Fushilat : 36)
Wallahua’lam bis showab.
***
Ditulis oleh Ustadz Ahmad Anshori
(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta)
Referensi: https://konsultasisyariah.com/34604-hukum-mengucapkan-iblis-laknatullah.html
Hukum Mengucapkan “Iblis Laknatullah” KonsultasiSyariah.com
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Category
Contact the business
Telephone
Address
Surabaya
Pacitan
Surabaya, 60000
Semoga dgn vidio" yang saya upload dapat menghibur bermanfaat serta dapat menjadi motivasi buang yg negatif ambil yang positif
Surabaya
Halaman ini menyajikan video video kajian dari para ustadz yang tinggi ilmunya, silahkan s**ai halam
Surabaya
Halo semuanya disini saya akan kasih Aplikas penghasil uang setiap harinya
Surabaya
Yuk tonton video dari halaman ini jagan lupa ikuti dan like untuk update vedo dari kami
Jalan Raya Gn Anyar Sawah Baru No 61
Surabaya, 60294
menjual barang barang bekas berkwalitas