Elul Maning

Setiap naik kereta saya selalu memilih kursi samping kaca. Karena keindahan yang ditawarkan juga memanjakan mata. Meskipun yang dilihat paling pemandangan alam seperti sawah, perbukitan, kadang gunung, pepohonan rindang, orang ngantri dipalang pintu rel.

Namun itu saja sudah menghibur saya. Dan setiap kali melihat orang di sawah, motor atau truk visualisasi yang saya rasakan dari kursi penumpang seperti sedang menonton miniatur ukuran besar.

Truk yang ada di foto dari posisi saya duduk terlihat seperti mainan sewaktu saya kecil. Seperti mengindikasikan bahwa di dunia ini berisikan permainan. Tau kapan harus bermain dan kapan berhenti.

Juga jaga diri jangan sampai dipermainkan oleh dunia. Toh kamu hidup di dunia ini punya misinya masing-masing kok. Ga perlu iri dengan kesuksesan teman apalagi tetangga.

Nikmati saja. Semua juga akan berlalu hanya waktunya saja yang kita tidak tahu. Jadi bersabarlah lagi.

Nggak disangka-sangka beberapa hari ini aku menikmati keindahan pagi. Dengan warna langit yang indah biru muda ngundang biru tua, ditengahnya terdapat banyak turunan warna.

Selain itu, awan grey keputihan mengisinya sebagai ornamen. Bentuknya yang tadi aku lihat memanjang dengan lengkungan yang berlawanan. Membantuku mengingat sang pencipta.

Mataku terasa teduh saat melihatnya membuatku berinterpretasi bahwa akan ada waktu indah, pada waktu yang sama, tapi tidak setiap hari.

Untuk mencapai hal itu hal penting pertama adalah ketenangan. Selainnya bebas tidak ada batasan.

Yang disayangkan bahwa saya tidak bisa mengabadikan momen itu. Bukan tidak bisa saya sendiri juga punya smartphone tapi keadaan tidak mendukung. Meskipun aku punya smartphone tapi spek kentang kata netizen.

Satu hal yang bisa aku lakukan adalah memuji sang pencipta.

Tadi sore sesudah adzan ashar tiba-tiba tanganku gatal. Liat sapu lidi bawaannya pengen nyapu. Beranda halaman juga sedang kotor-kotornya wong udah satu bulan nggak disapu. Malas. Iya.

Dengan sigap kepala menjadi komando yang menggerakkan tangan dan kaki. Tak terasa baru sebentar daun-daun kering sudah berkumpul. Mereka sedang seperti dikerumunan ketika ada kecelakaan di jalan. Rame ndak karu-karuan.

Jangan salah sebenarnya orang Indonesia bisa mengalahkan para peraih Nobel. Orang Indonesia itu rasa ingin tahunya tinggi, tinggi betul. Baru ada kejadian perempatan bangjo. Belum hitungan menit. Mereka sudah berbondong-bondong meramaikan jalan. Kenapa tidak ada orang Indonesia yang meraih Nobel? Apakah intelektual orang Indonesia terlalu tinggi sehingga tidak diakui?

Kembali bersih-bersih tadi setelah terkumpul saya membakarnya. Kegiatan seperti ini membuat saya bernostalgia dengan masa kecil saya. Di mana orang-orang desa biasanya sering bakar sampah entah pagi maupun sore. Tidak seperti sekarang yang mengambil jalan pintas dengan membuang sembarang.

Ingat kata-kata di tiktok, "nikmati momentnya karena setiap waktu ada masanya masing-masing".

Untuk fase sekarang apa" secukupnya saja lah ya

11 Desember 2023
Semalem aku bersama pacarku ngobrol di cafe terdekat anak-anak sekarang menyebutnya nge-date. Hanya sedikit yang mengunjungi cafe itu. Mereka juga saling berpasangan, kecuali sang penjual.

Aku dan pacarku saling berhadapan saling memandang mata. Dalam hati aku kagum betapa cantiknya wajah kekasihku ini. Dalam mengaguminya terbersit kekhawatiran aku kehilangnya. Tapi aku menepisnya untuk apa memenjara pikiran pesimis.

Kami ngobrol ngalor ngidul saling bertanya kesibukan masing-masing, tapi ditengah-tengah percakapan itu pacarku agaknya lesu mungkin saja capek. Pikirku. Tak lama berselang pengunjung makin rame. Dari suatu arah ada yang menggoda kami. Aku pikir siapa karena tidak ada yang kami kenal. Setelah aku tengok ternyata teman-teman.

Kami tak merasa nyaman karena mereka. Kami memiliki pindah tempat yang tidak kelihatan oleh mereka. Pacarku menjadi pendiam tak mau bercerita katanya. Tanpa disadari juga semakin banyak pengunjungnya.

Kami dikeliling banyak orang yang awalnya sepi kini seperti pasar malam. Aku duga mungkin karena malam Jum'at jadi rame. Pacarku merasa canggung ia hanya dia, ketika aku tanya ia hanya menjawab dengan isyarat. Mengangguk dan menggeleng, sesekali dengan "heem".

Mencoba cara untuk memecah suasana aku memesan menu di tempat pelayanan. Aku terkejut melihat orang yang datang ternyata mereka yang s**a dengan pacarku. Kekhawatiran makin menjadi, ku lihat pacarku masih duduk sendiri di sana.

Alasan mengapa pacarku canggung mungkin karena yang datang mantan dan orang yang s**a padanya. Saat aku kembali aku mengajaknya pulang saja. Tapi ia tidak mau. Aku tinggal mengambil pesanan di meja.

Lah ndilalah pacarku pindah duduk dengan cowok lain. Hatiku mak nyesss. Aku bergumam kenal dari manakah lagi engkau dengan luak-luak itu. Aku cemburu tapi aku bisa apa.

Spontan aku duduk.
Oh ternyata hanya mimpi.

Malam Membakar Cemburu

Semalem aku bersama pacarku ngobrol di cafe terdekat anak-anak sekarang menyebutnya nge-date. Hanya sedikit yang mengunjungi cafe itu. Mereka juga saling berpasangan, kecuali sang penjual.

Aku dan pacarku saling berhadapan saling memandang mata. Dalam hati aku kagum betapa cantiknya wajah kekasihku ini. Dalam mengaguminya terbersit kekhawatiran aku kehilangnya. Tapi aku menepisnya untuk apa memenjara pikiran pesimis.

Kami ngobrol ngalor ngidul saling bertanya kesibukan masing-masing, tapi ditengah-tengah percakapan itu pacarku agaknya lesu mungkin saja capek. Pikirku. Tak lama berselang pengunjung makin rame. Dari suatu arah ada yang menggoda kami. Aku pikir siapa karena tidak ada yang kami kenal. Setelah aku tengok ternyata teman-teman.

Kami tak merasa nyaman karena mereka. Kami memiliki pindah tempat yang tidak kelihatan oleh mereka. Pacarku menjadi pendiam tak mau bercerita katanya. Tanpa disadari juga semakin banyak pengunjungnya.

Kami dikeliling banyak orang yang awalnya sepi kini seperti pasar malam. Aku duga mungkin karena malam Jum'at jadi rame. Pacarku merasa canggung ia hanya dia, ketika aku tanya ia hanya menjawab dengan isyarat. Mengangguk dan menggeleng, sesekali dengan "heem".

Mencoba cara untuk memecah suasana aku memesan menu di tempat pelayanan. Aku terkejut melihat orang yang datang ternyata mereka yang s**a dengan pacarku. Kekhawatiran makin menjadi, ku lihat pacarku masih duduk sendiri di sana.

Alasan mengapa pacarku canggung mungkin karena yang datang mantan dan orang yang s**a padanya. Saat aku kembali aku mengajaknya pulang saja. Tapi ia tidak mau. Aku tinggal mengambil pesanan di meja.

Lah ndilalah pacarku pindah duduk dengan cowok lain. Hatiku mak nyesss. Aku bergumam kenal dari manakah lagi engkau dengan luak-luak itu. Aku cemburu tapi aku bisa apa.

Spontan aku duduk.
Oh ternyata hanya mimpi.