Gallery Aisha
Penulis aktif di Fizzo
Nama Pena: Ananda Aisha
Mau dapat cuan dari membaca?
Gabung di Fizzo, yuk!
Caranya:
1. Download aplikasi Fizzo di Play store
2. Follow Akun Author Ananda Aisha
3. Baca semua bukunya
4. Kumpulkan point dari membaca
5. Dapatkan cuannya, dan kirim ke akun Dana
Selamat Mencoba... GRATIS!!! 🤗🙏
Terbaru, dan rekomend untuk dibaca.
Warning!!! Cerita ini mengandung bawang. Siapkan tissue sebelum baca! 🤗
Blurb
"Namanya Analisa Widyani.” Ikhsan menatap iba pada bayinya Widya. “Mas harap. Adik bisa memperlakukannya dengan baik, seperti Adik memperlakukan anak-anak kita lainnya.” sambung Ikhsan, memperkenalkan bayi merah dalam pangkuannya.
Mendengar penuturan Ikhsan. Sontak, Rianti menoleh padanya. “Menerima pengkhianatan yang kamu lakukan bersama Widya saja, aku tidak sanggup, Mas!” Rianti memekik. “Sekarang, kamu justru malah memintaku menerima anak dari hasil pengkhianatan yang kalian lakukan? Di mana nuranimu, Mas?”
Rianti meraung. Sakit bekas luka di jalan lahir beberapa jam lalu, masih terasa perih. Kini, harus ditambah dengan pedihnya luka batin yang ditorehkan suaminya. Tepat, di hari ia melahirkan anak keduanya.
Mampukah Rianti mengasuh anak dari istri kedua suaminya, yang diamanahkan kepadanya, sesaat sebelum wanita itu menghembuskan napas terakhirnya?
Lalu, bagaimana Analisa dapat menjalani hidup dengan bayang-bayang sebagai anak pelakor yang disematkan kepadanya? Ikuti kisahnya, yuk! 🤗
Benih Haram yang Kau Titipkan
Part. Kontraksi
Bandung, Juli 2003
Untuk kesekian kalinya, Rianti melakukan panggilan pada Ikhsan, suaminya. Tapi, tidak satu pun mendapat jawaban darinya. Beberapa kali ia juga mengirimkan SMS, tapi hasilnya sama saja. Tidak satu pun pesan yang dikirimkan mendapat balasan dari suaminya.
“Kamu sebenarnya di mana, Mas? Kenapa tidak menjawab teleponku?” gumam Rianti, sambil sesekali meringis menahan sakitnya kontraksi yang mulai intens dirasakannya.
Dilihatnya jam di dinding, sudah menunjukkan pukul 23.00.
‘Tidak biasanya, kamu pulang dari toko sampai selarut ini, Mas’ batin Rianti, terus mempertanyakan keberadaan suaminya. ‘Apa ada sesuatu yang terjadi denganmu?’
“Di, Abdi. Bangun, Nak!” Rianti mengguncang tubuh Abdillah, anak pertamanya yang tengah tertidur pulas di sampingnya.
Anak kecil yang baru genap berusia tiga tahun itu, menggeliatkan tubuhnya. Lalu terbangun, sambil mengucek kedua mata dengan jari tangannya.
“Abdi bisa tolong Bunda panggilkan Nenek, Nak?” tanya Rianti, sambil mengusap perutnya yang membuncit.
Batita yang belum lancar bicara itu, terdiam sejenak. Menelisik wajah ibunya yang tengah kesakitan.”Ibu, kenapa?” tanyanya dengan pengucapan kata yang masih belum jelas.
“Sepertinya dede bayi mau keluar. Bisa ‘kan, Abdi panggilkan Nenek?”
Anak kecil itu mengangguk. Lalu turun dari tempat tidurnya.
Rianti terpaksa meminta tolong pada putranya yang belum mengerti apa-apa itu, untuk memanggilkan uminya di rumah utama, yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari kediamannya. Karena lewat jam 21.00 akses telepon di rumah orang tuanya sengaja diputus. Ponsel yang dimiliki pun sudah pasti dinonaktifkan.
Begitulah peraturan di pondok pesantren Al-fatah, yang diasuh oleh ustadz Zulkarnain, abinya Rianti.
25 menit kemudian. Abdi kembali bersama bu Fatimah, uminya Rianti.
Melihat Rianti sudah tergeletak di lantai sambil menahan sakit akibat kontraksi yang dialami. Bu Fatimah, gegas memanggil beberapa santri yang tadi diminta ikut dengannya.“Tolong panggilkan pak Supri. Minta beliau bawa mobil ke sini, ya!” titahnya pada salah satu santri yang siaga di depan teras.
Lalu, santri itu pun gegas menuju area samping pondok pesantren, tempat pak Supri bermukim.
***
Di Rumah Sakit. Rianti yang sudah mendapatkan penanganan dari tenaga medis, tampak masih berusaha menghubungi Ikhsan. Tapi, suaminya itu masih saja tetap tidak bisa dihubunginya.
“Sudah lah, Ri. Jangan pikirkan dulu Ikhsan, ada Umi di sini yang akan menemani kamu lahiran.” ucap bu Fatimah, menenangkan Rianti yang terlihat gelisah.
“Tapi, Umi. Sebelumnya mas Ikhsan tidak pernah tanpa kabar seperti ini? Rianti takut terjadi sesuatu dengannya.”
“Kamu harus tenang, Ri. Tidak boleh banyak pikiran.” ujar bu Fatimah.”Kamu tidak perlu khawatir, Abi sudah meminta santri untuk menyusul Ikhsan ke toko. Mana tahu dia masih ada di sana. Mungkin ketiduran atau ada sesuatu yang membuatnya tertahan di toko.”
“Nomor handphonenya tadi sempat aktif, Mi. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Riyanti bingung harus bertanya pada siapa. Kalau terjadi sesuatu dengan mas Ikhsan bagaimana, Umi?” tanya Rianti, di tengah kesakitannya.
“Tenangkan hatimu. Hadapi persalinan dengan pikiran jernih, agar Allah mudahkan prosesnya.”
Rianti pasrah. Ia tidak mungkin mungkin menunda kelahiran anak keduanya, hanya karena tidak didampingi oleh suaminya.
“Mohon izin ya, Bu. Saya periksa dulu, pembukaannya.” ucap salah satu bidan, yang turut mendampingi dokter jaga yang menangani Rianti. ”Alhamdulillah. Sudah masuk pembukaan tujuh. Atur napas, ya Bu. Rileks dan jaga tenaga agar saat mendorong janin nanti, Ibu punya tenaga yang cukup.”
Rianti mengangguk. Kemudian mengikuti arahan bidan yang membantu persalinannya.
“Ibu ke mushola sebentar ya, Ri.” bisik bu Fatimah di telinga Rianti.
Rianti hanya mengangguk lemah, sambil sesekali mengusap keringat yang membasahi wajahnya.
***
Bu Fatimah, baru saja menyelesaikan dua rakaatnya. Wanita paruh baya itu, tampak khusuk meminta pada sang Pemilik ruh, untuk memberikan kelancaran atas persalinan cucu keduanya. Tidak lupa, ia juga memintakan keselamatan untuk menantunya, Ikhsan.
Setelahnya, bu Fatimah pun bersiap kembali menemani Rianti di ruang bersalin.
Dan. Satu langkah lagi ia mencapai pintu ke luar Musholla. Telinganya menangkap ratapan do’a dari shaf laki-laki yang membuat langkah kakinya terhenti.
Ada dorongan dalam hatinya, untuk mendengar lebih lama suara yang sepertinya sudah tidak asing lagi di indra pendengarannya.
Penasaran, bu Fatimah berbalik kembali untuk memastikan seseorang yang tengah terisak di balik hijab yang menjadi pembatas antara shaf jamaah laki-laki dan perempuan.
“Ikhsan?” gumam bu Fatimah, saat netranya menangkap sosok yang tengah bersila sambil menengadahkan kedua tangannya. “Ikhsan ada di Rumah Sakit ini juga, tapi kenapa tidak menemani Rianti? Ada apa dengannya?”
Berbagai pertanyaan datang silih berganti di benak bu Fatimah.
Lalu kemudian ia mundur beberapa langkah, dan bergegas kembali ke luar Musholla.
***
Lima menit berlalu. Bu Fatimah yang sengaja menunggu seseorang yang diyakini adalah Ikhsan, menantunya, terlihat cemas.
Sampai kemudian, yang ditunggunya pun telah berdiri di ambang pintu dan tampak terkejut begitu menyadari keberadaannya.
“Umi!” seru Ikhsan, gugup.
Dengan tangan bergetar, dan mata sembab. Ikhsan mendekat pada bu Fatimah. Lalu mencium punggung tangannya dengan takzim.
“Sedang apa kamu di sini, San? Kenapa tidak menemui Rianti?” tanya bu Fatimah, tajam menatap menantunya.
Ikhsan bergeming. Air wajahnya tidak bisa menyembunyikan ketegangan juga kekhawatiran yang tersirat “Maafkan Ikhsan, Umi.” ucapnya, tampak penuh penyesalan.
“Maaf untuk apa, San? Memangnya, apa yang telah kamu perbuat? Kenapa kamu tidak menjawab telepon dari Rianti, juga tidak menemaninya? Kamu tahu, kehadiran suami di samping istri yang tengah dalam proses persalinan, sangat dibutuhkan. Tapi kenapa, kamu seolah menghindar darinya” cecar bu Fatimah.
“Rianti mau melahirkan, Umi?” tanya Ikhsan, menegakkan badannya.
“Jadi, kamu tidak tahu kalau Rianti ada di Rumah Sakit ini, San?” bu Fatimah balik bertanya.”Kalau keberadaanmu di sini bukan untuk Riyanti, lalu untuk siapa?”
Hening.
Ikhsan menundukkan wajahnya, tidak berani menatap wajah ibu mertuanya yang menatapnya curiga.
“Apa sebenarnya yang terjadi denganmu, Ikhsan?” tanya bu Fatimah.
Ikhsan bergeming. Kian dalam, menundukkan wajahnya.
Brukkk
Tiba-tiba, Ikhsan menjatuhkan dirinya. Bersimpuh di kaki ibu mertuanya.”Maafkan Ikhsan, Umi!” Kembali, hanya kalimat permintaan maaf yang mampu diucapkannya.
“Katakan pada Umi! Ada apa sebenarnya, Ikhsan?” desak bu Fatimah, meraih pundak Ikhsan dan memintanya untuk berdiri.
Ikhsan menangis. Lalu dengan terbata-bata, mulai mengurai apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Sehingga membuat dirinya mengabaikan pesan penting dari Rianti.
Sungguh di luar prasangka bu Fatimah. Ikhsan yang dipandangnya sebagai menantu yang baik. Sayang dengan keluarga, hormat dengan dirinya dan suaminya sebagai mertua. Ternyata, tega berkhianat. Tanpa sepengetahuan mereka, Ikhsan telah memiliki istri lain selain Rianti.
Dan mirisnya, perempuan lain itu adalah mantan santriawatinya sekaligus sahabat Rianti, yang juga tengah berjuang melahirkan anak pertamanya di Rumah Sakit yang sama dengan putrinya.
Itulah alasannya, kenapa Ikhsan mendadak tidak bisa dihubungi dan mengabaikan pesan yang dikirimkan Rianti kepadanya.
***
Bu Fatimah masih mematung. Apa yang disampaikan Ikhsan kepadanya, seperti gada yang menghantam keras di kepalanya.
Seketika tubuhnya terasa lemas. Kaki yang dijadikan penopang, pun seperti tak bertulang.
“Kenapa, kamu tega melakukan ini pada anak Umi, San?” tanya bu Fatimah kemudian, berderai air mata. “Apa yang harus Umi katakan pada Rianti nanti?”
Bersambung...
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Benih Haram yang Kau Titipkan" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7780022543460596989&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Baca juga judul lainnya, dan kumpulkan poin untuk mendapatkan cuannya! 😍🙏
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Ayah, Jangan Ceraikan Ibu!" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7746177917314399486&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Hilang dalam Pendakian" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7728359854456175870&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Frekuensi 94.9" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7822727991393254654&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Akad Yang Tergadai" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7809897779412598013&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Arsenik di Kopi Ibu Mertua" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7796650256229203198&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Frekuensi 94.9" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7822727991393254654&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Bismillaah. Yang s**a baca novel. Mampir yuk... Dapatkan cuan dari membaca!
Download aplikasinya, baca novelnya, dan dapatkan koinnya yang bisa diuangkan. Happy reading 🤗😍
Novel rekomend untuk dibaca semua usia 🤗
Ini novel yang luar biasa untukmu:"Ayah, Jangan Ceraikan Ibu!" 🌟🌟🌟🌟🌟 Ayo, periksa sekarang.
https://www.fizzo.org/page/share/?bid=7746177917314399486&isNew=1&from=copy_link&group=2&d=7916408816175904509&u=7918739465980884221&language=id®ion=ID
Bismillaah.. New syar'i by Gallery Aisha
Matt. : New Shakila
SZ Gamis : LD 110, PB 140
SZ Hijab : 80/105
Buy one get one
Only 210
wa.me/6285211146601
Click here to claim your Sponsored Listing.
Videos (show all)
Category
Contact the public figure
Telephone
Website
Address
Tasikmalaya
46182
Opening Hours
Monday | 09:00 - 17:00 |
Tuesday | 09:00 - 17:00 |
Wednesday | 09:00 - 17:00 |
Thursday | 09:00 - 17:00 |
Friday | 09:00 - 17:00 |
Saturday | 09:00 - 17:00 |
Tasikmalaya
📩http:wa.me//85589983782 https://heylink.me/TOP1SITUSGACOR/ SALAM HANGAT DARI ⚔️ TOP1TOTO ⚔️
Tasikmalaya
Silahkan Like And Share Postingan Ini, Jangan Lupa Undang Temen Kalian Juga Ya:)
Depok Ll
Tasikmalaya, 46196
Grateful People Still Love You, There's Still Much For That have lost their loved ones