Rieff

Ya.. Semua kami awali dari serba kekurangan, bermodalkan keinginan dan kecintaan.

Pendapatku tentang Parfum

Parfum tidak jauh beda dengan seni yang lain.
Jika seni musik adalah seni yang menghasilkan keindahan atau exspresi emosional yang ditangkap dan berinteraksi dengan indra telinga, maka seni lukis adalah mata dan parfum adalah hidung.
Semua indera atau apapun yang ada dalam diri kita adalah hadiah dari Tuhan yang sangat istimewa, ini merupakan sedikit bukti dari kasih sayang Tuhan terhadap kita, masih banyak bukti2 yg lain.

Secara teori, semua hal yg dilakukan untuk membuat sesuatu adalah dengan menggunakan ukuran yg pasti, misalkan lukisan dengan memakai cat berwarna cmyk/rgb/ mejikuhibiniu untuk mewarnai atau menggambar sesuatu. musik dengan memakai note ABCDE dst untuk membuat nada yg diinginkan, penyanyi juga spt itu. Tidak jauh beda dengan parfum yg mencampur aroma dengan takaran gram untuk menimbang secara akurat agar sesuai dg harapan, karena minyak tidak dinilai dg liter, melainkan berat. TAPI, itu semua berlaku hanya untuk kita yang masih belajar, agar memahami dasar2nya agar tidak nyasar, ketika sudah mahir maka seorang seniman bisa menggunakan skillnya sesuai dg apa yg dia kehendaki bahkan rumus/aturan baku terkadang tidak terlalu mereka fikirkan, karena semua yg mereka lakukan sudah mencapai ranah ekspresi, dan aturan yg mereka pakai dengan menggunakan RASA, apakah volume dan berat bisa menakar rasa? Jika bisa maka itu akan sulit :) .

Seorang Leonardo davinci tidak menggunakan timbangan untuk menakar berat kebutuhan cat yg ia gunakan melukis, dan warna yg ia coretkan juga tidak membutuhkan berapa persen kandungan warna kuningnya, merahnya dll, karena ia sudah memakai rasa sebagai timbangannya sebagai tolok ukurnya, begitu juga dengan steve vai atau joe satriani ketika memainkan gitar, sudah nggak terlalu penting lagi yg namanya note ABCD dst, mereka semua bisa melakukan apa yg ia inginkan sesuai dg timbangan rasa yg mereka miliki.

Perfumer juga spt itu, francois demachy, Francis Kurkdjian, guru saya william SW dan nenek guru saya isabelle gelle juga tidak jauh beda dalam membuat parfum yaitu dengan mengekspresikan pengetahuan, keinginan, emosi atau apapun yg dirasakan untuk mewujudkan sebuah karya yang diinginkan dengan menggunakan tetesan tetesan aroma yg mereka pilih untuk menuahkan seluruh yg ia rasakan dengan mencurahkan segala kemampuan menjadi sebuah karya berwujud parfum seperti apa yg mereka harapkan.

So.. Status Perfumer tidak jauh beda dg status yg lain entah itu pelukis, pemusik, chef/juru masak bahkan pebisnis sekalipun.

Disini aku menyadari batasanku, bahwa untuk menjadi seorang ahli, tidak hanya membutuhkan waktu, uang, dan tenaga tetapi TOTALITAS.
Ingin sekali seperti valentino rossi, tapi faktanya yg gua naikin seekor honda scoopy, jangankan skill bermotor,, sekelas baut knalpotnya aja gak mampu beli, udah jauh kelasnya😂🤣. Ingin sekali menjadi pebisnis seperti elon musk, bernard arnault, atau jeff bezos tapi apa daya, karakter, sifat, kepribadian aja udah jauh beda, belum lagi ilmunya, tekadnya, dll. 😂😂😂
Sadar diri, tau diri, itu baru passs untuk menakar level anda, siapa anda, sekelas apa anda😂.

Solusi : ihlaskan semua yg menjadi takdir mereka, kembali ke diri anda, ingin total di jalan yg mana dan pilih takdirmu sendiri. Tuhan maha Indah