Rendi Purnama Sidik

Dalam kamar terdengar seperti peperangan
Oleh : Rendi Purnama Sidik

Anak itu terbangun dari tidur lelapnya, ia berdiri dari ranjang berjalan hendak ingin membuka pintu kamar, tetapi di depan pintu ia merasa ketakutan untuk membuka pintunya, tepatnya bukan takut melainkan tak ingin melihat pemandangan yang tak ia harapkan.

Anak itu berdiri depan pintu, terdengar dari luar kamarnya seperti peperangan, ia tahu di luar kamarnya ada dua orang yang sedang saling memiliki kebencian, terdengar omongan dengan nada tinggi penuh cacian, selain itu terdengar entah gelas, piring atau kaca yang menjadi pecahan.

Selang beberapa waktu, pada akhirnya di luar kamarnya menjadi sunyi. Ia membuka pintu, terlihat dua orang yang melangkah pergi, dengan arah yang berbeda, seorang lelaki menuju ke luar rumah dan seorang perempuan ke dalam kamar.

Anak itu menuju meja makan, melewati beberapa pecahan-pecahan gelas, piring juga kaca. Ia tak peduli telapak kakinya tertusuk pecahan-pecahan itu, baginya jika tertusuk kakinya tidak begitu sakit, seperti sakit di hatinya karena pecahnya sebuah keharmonisan dalam rumahnya.

Baginya, dia hanya seseorang yang menjadi penghambat untuk kedua orang untuk melakukan perpisahan. Kalau tidak ada dirinya, mungkin saja sudah terjadi perpisahan kedua orang yang berperang tadi, pergi membawa ego sendiri-sendiri.

Anak itu makan, dengan senyuman kepalsuan dan tangisan di hati karena pecahnya keharmonisan dalam rumahnya.

Tasikmalaya, 02 Februari 2023